Lahat ng Kabanata ng Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir: Kabanata 151 - Kabanata 160
198 Kabanata
Part 150. Ayo, Honeymoon!
Semesta menepuk-nepuk bokongnya yang dipenuhi pasir. Seharian ini, dia bersama dengan kedua kakaknya sedang bermain-main di pantai. Weekend yang menyenangkan bagi si kembar karena sudah berbulan-bulan lamanya, orang tuanya kembali mengajaknya liburan. “Abang dua, aku akan mencari kepiting di sana untuk menghuni Istana Krabby. Wah, Abang dua hebat sudah membuat Istana pasir yang besar!” Mata bobanya membulat karena kekaguman yang begitu hebat. Dia begitu bahagia melihat kedua kakaknya yang berhasil dengan pembangunan mereka. “Abang dua, aku akan pergi sekarang mencari Tuan Crab.” “Ya, carilah yang banyak!” Samudra yang menjawab. Sedangkan Sagara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Sejurus kemudian, Semesta segera pergi meninggalkan kedua kakaknya. Tapi suara Sagara akhirnya keluar. “Semesta, jangan jauh-jauh. Berteriaklah kalau ada sesuatu yang mengganggumu!” “Siap, Abang Saga!” Semesta mengangguk-angguk kepalanya dengan kuat sebelum berbalik untuk mencari k
Magbasa pa
Part 151. Meminta Izin
“Kamu yakin?” Vier kembali meyakinkan lagi ucapan istrinya karena dia merasa tujuan mereka terlalu jauh. Lelaki itu hanya tidak ingin membuat istrinya tidak nyaman dan tiba-tiba saja mengajaknya pulang ketika liburan mereka belum berakhir. Mereka membutuhkan waktu 28 jam lebih, hanya untuk berangkat. “Aku yakin.” Violet mengangguk dengan keyakinan tinggi. “Kita bisa di sana selama dua minggu.”“Yakin nggak akan ngajak pulang karena tangisan Semesta?” Pertanyaan itu membuat Violet sedikit ragu. Vier menunggu jawaban istrinya dengan sabar. Violet menarik nafasnya panjang sebelum memberikan jawaban.“Aku yakin. Aku nggak akan mengajak kamu pulang karena itu.” “Oke, kalau begitu. Pulang nanti kita bicarakan masalah ini dengan orang tua kita. Setelah itu, aku yang akan mengurus semuanya. Kamu tinggal bilang tujuan tempat wisatanya.” Violet mengangguk sedikit kurang yakin saat dia menatap ketiga anaknya. Selama ini dia tak pernah jauh dari mereka sejak mereka masih kecil. Meskipun itu
Magbasa pa
Part 152. Zermatt (END)
“Ayah, Bunda, jangan lupa Barbie yang besar.” Suara Semesta masih terdengar di telinga Violet bahkan saat dia baru saja bangun tidur. Dia dan sang suami sudah sampai di Swiss setelah melakukan perjalanan yang begitu panjang. Malam sekitar pukul satu malam dia sampai di kota tujuan. Masih melakukan perjalan lagi untuk sampai di sebuah pedesaan bernama Zermatt. Matahati belum keluar dari peraduannya dan Violet kembali mengeratkan selimutnya kemudian kembali menutup matanya. Rasa lelahnya membuat Violet mudah sekali tertidur. Bakan Vier saja tampak seperti orang mati tergeletak di samping Violet. Keesokan harinya, mereka mulai merencanakan jalan-jalan mereka. Namun alih-alih melakukan banyak hal, Violet dan Vier hanya berjalan di sekitar penginapan melihat keindahan di sekitar mereka. “Bang, kita harus mengajak anak-anak kalau mereka sudah lebih besar.” Vier dan Violet kini duduk disebuah kursi menghadap sungai kecil dan gunung-gunung yang menjulang tinggi. Ada sisa-sisa butiran
Magbasa pa
Book 2 : Part 1. Terjebak Masalah
“Di mana Melody?” Samudra bertanya pada sekretarisnya dan mencari seorang gadis yang selalu bersamanya. Tapi kali ini gadis itu tak ada di tempatnya saat dia baru saja datang ke kantor. “Melody izin tidak masuk bekerja, Pak. Dia sedang sakit. Dia bilang semalam muntah-muntah dan dia benar-benar tidak bisa bekerja hari ini.” Samudra yang baru saja mendaratkan pantatnya di kursi kebesarannya itu harus kembali mendongak dan menatap lelaki yang ada di depannya. Tatapannya selalu seperti pisau tajam yang mampu menyayat tubuh manusia. “Kamu sudah memastikan dia baik-baik saja? Apa dia tidak perlu ke rumah sakit?” “Dia mengatakan tidak perlu, Pak. Melody hanya perlu istirahat.” Meskipun sedikit berat hati, tapi dia akhirnya mengangguk dan mulai membuka setiap berkas untuk dipelajari. Baru saja dia membuka sebuah map berwarna kuning dan membacanya sebentar, dia mengingat untuk menghubungi asisten pribadinya yang sedang izin kerja. Mengirimkan chat untuk menanyakan kabarnya, tapi di
Magbasa pa
Part 2. Pak (Otoriter) Bos
“Kenapa saya harus menuruti ucapanmu?” Samudra menaikkan alisnya seolah ucapan Melody adalah sesuatu yang mengganggunya. “Karena ini rumah saya dan saya berhak menerima atau menolak seseorang untuk masuk. Dan untuk saat ini, saya menolak keberadaan Bapak di sini.”“Saya tidak mau.” Samudra menolak terang-terangan. “Saya datang ke sini bukan untuk merecoki kamu melainkan untuk membantumu.” “Saya tidak butuh bantuan, Bapak!” Melody sedikit berteriak di depan Samudra saking kesalnya. Seharusnya Samudra tak bisa melakukan ini kepadanya. Saat di kantor, Melody sudah tunduk dan patuh kepada lelaki itu tak peduli apa. Sekarang, saat dia ada di rumahnya, di wilayahnya, Samudra tak memiliki hak memaksanya juga. Samudra tampak menarik nafasnya panjang. Mengangkat tangan kanannya dan dia memegangi sekantong makanan. “Saya membawakan ini untukmu. Makan malam. Saya tahu kamu belum makan, jadi ayo kita makan dan jangan membantah lagi.” Samudra adalah lelaki yang suka seenaknya sendiri dan set
Magbasa pa
Book 2 : Part 3. Kalimat Ambigu
“Maaf, Pak?” Melody tidak ingin salah paham dengan ucapan bosnya itu kepadanya. “Bapak mengatakan kalau ….”“Baguslah kalau kamu sudah sehat. Artinya, kita bisa bekerja sekarang. Siapkan apa pun yang perlu saya kerjakan.” Samudra memotong ucapan Melody yang belum selesai dan dia segera mengatakan apa yang perlu dia katakan. Ketika Melody mengangguk dan pergi dari ruangannya, Samudra mengeluarkan nafasnya kasar.“Sial, kenapa aku harus mengatakan kalimat keramat itu? Peduli dengannya? Sejak kapan aku peduli dengan perempuan lain selain Bunda dan Semesta? Lelucon macam apa ini?” Untung saja dia bisa segera memutus ucapan Melody sehingga dia tidak terjebak dengan situasi yang canggung. Itu hanya akan membuatnya mengalami kesulitan. Berusaha mengeluarkan semua hal buruk di dalam kepalanya, Samudra segera melanjutkan pekerjaannya. Melupakan apa pun yang tidak berguna dan melemparkannya jauh-jauh.Di tempatnya, Melody sedikit linglung setelah mendengar ucapan Samudra kepadanya. Dia menden
Magbasa pa
Part 4. Batalkan Saja
“Kalau kamu bodoh, seharusnya kamu sekolah. Kenapa lagi-lagi kamu mengatakan kalimat ambigu seperti itu? Aku benar-benar bisa gila kalau begini.” Samudra benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Ada hal aneh yang dirasakan ketika bersama dengan Melody. Dia tak suka melihat Melody yang murung karena seseorang. Selama gadis itu bekerja dengan Samudra, Melody hanya karyawan biasa yang cekatan dan Samudra suka dengan pekerjaannya. Meskipun terkadang Samudra ‘memarahinya’ tapi itu tak memengaruhi Melody. Dan Samudra menyukai perempuan yang kuat seperti itu.“Menyukai?” guman Samudra lagi. “Tidak, itu hanya sebuah simpati.” “Pak!” Tiba-tiba saja Melody mengejutkan Samudra. “Ini sudah sore, apa kita nggak kembali ke kantor saja?” Samudra melihat jam yang ada di pergelangan tangannya dan itu pukul tiga. Lalu dia mengangguk kemudian berbalik begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Diikuti Melody yang mendengus kesal karena suasana hati Samudra yang terus berubah-ubah. Namun dia tak
Magbasa pa
Part 5. Sarapan Berdua
“Papa … yakin?” Meskipun inilah yang diinginkan oleh Melody, tapi gadis itu tentu masih tidak bisa menduga keputusan ayahnya akan secepat itu. Tapi, setelahnya dia segera tersenyum kecil dan mengangguk. “Terima kasih, Pa.” “Katakan, bagaimana kamu bisa membuktikan dia pernah melakukan kekerasan ke kamu. Itu akan kita tunjukkan pada orang tua Tama. Papa yang akan menolak mereka.” “Kenapa kamu hanya diam saja tanpa mengatakan itu kepada Mama atau Papa, Mel?” Kini ibunya menggenggam tangan Melody dengan lembut dan penuh penyesalan. Bagaimana bisa orang yang dipercaya bisa menjaga putrinya justru orang yang melukai putrinya. Ibu Melody tidak mengeluarkan air matanya, tapi penyesalannya menumpuk pada raut wajahnya. Perempuan itu tercekat di tenggorokannya berkali-kali tapi Melody segera menenangkan ibunya. “Ma, aku kira dia hanya akan melakukan itu sekali. Saat itu setelah melakukannya dia meminta maaf dan aku mencoba untuk memaafkannya. Tapi ternyata dia mengulanginya lagi. Jadi aku
Magbasa pa
Part 6. Menyinggung Samudra
“Ada noda di bajumu. Kamu tidak hati-hati saat makan.” Melody melirik pakaiannya dan dia menemukan noda kuning di bajunya dan mendesis kesal. “Gimana sih,” katanya dengan cemberut.“Ya kamu bersihkan.” Samudra menjawab dengan kening mengernyit aneh. “Kamu nggak sedang menyalahkan saya karena itu, kan?” Salah paham ini orang. Begitulah pikir Melody. Gadis itu lantas menggeleng dengan cepat. “Tentu saja tidak, Pak. Saya hanya kesal dengan kecerobohan saya.” Melody merasa tidak enak hati dengan Samudra karena dia mengeluh di depan bosnya karena kesalahannya sendiri. Dengan senyum terpaksa, Melody pamit pergi dari ruangan Samudra dan segera pergi ke toilet untuk membersihkan noda di pakaiannya sambil mengomeli dirinya sendiri.Gadis itu mendesah lelah karena merasa kesal dengan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari Tama yang membuat masalah dengannya dengan mendatangkan orang tuanya ke rumah, sampai pagi ini terjebak dengan bosnya. Entah sebuah kesialan apa yang akan didap
Magbasa pa
Part 7. Digerebek
“Cari tahu tentang pemilik mobil yang saya kirimkan dan saya membutuhkannya cepat.” Samudra tidak ingin menjadi bodoh dengan membiarkan lelaki tak berguna itu terus menyakiti Melody. Terlebih lagi, dia sudah terlibat dengan permasalahan Melody dengan Tama. Kata-kata menyebalkan yang baru saja dilontarkan oleh lelaki itu mau tak mau menyentil perasaannya. Samudra memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya sebelum berbalik untuk pergi dari rumah Melody.Menutup pintu pagarnya dan memastikan semua aman, barulah Samudra benar-benar pergi dari sana. Mengendarai mobilnya ke apartemennya. Keesokan harinya ketika dia sudah mendapatkan apa yang dia mau, segera saja dia memanggil Melody ke ruangannya. “Ada beberapa hal yang perlu saya katakan ke kamu.” Samudra segera berbicara kepada Melody. Meletakkan tab miliknya di depan Melody, “Bacalah.” Melody awalnya tidak paham tentang apa pun. Tapi dia segera mengetahui tentang Tama yang sebenarnya. “Gimana ini bisa terjadi?” gumam Melody dengan
Magbasa pa
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status