“Cari tahu tentang pemilik mobil yang saya kirimkan dan saya membutuhkannya cepat.” Samudra tidak ingin menjadi bodoh dengan membiarkan lelaki tak berguna itu terus menyakiti Melody. Terlebih lagi, dia sudah terlibat dengan permasalahan Melody dengan Tama. Kata-kata menyebalkan yang baru saja dilontarkan oleh lelaki itu mau tak mau menyentil perasaannya. Samudra memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya sebelum berbalik untuk pergi dari rumah Melody.Menutup pintu pagarnya dan memastikan semua aman, barulah Samudra benar-benar pergi dari sana. Mengendarai mobilnya ke apartemennya. Keesokan harinya ketika dia sudah mendapatkan apa yang dia mau, segera saja dia memanggil Melody ke ruangannya. “Ada beberapa hal yang perlu saya katakan ke kamu.” Samudra segera berbicara kepada Melody. Meletakkan tab miliknya di depan Melody, “Bacalah.” Melody awalnya tidak paham tentang apa pun. Tapi dia segera mengetahui tentang Tama yang sebenarnya. “Gimana ini bisa terjadi?” gumam Melody dengan
“Atas dasar apa kalian meminta kami untuk datang ke balai pertemuan?” Samudra menatap satu per satu orang yang menggerebek rumah Melody dengan tatapan tajam. Entah siapa yang sedang mempropaganda warga, tapi ini sangat memalukan. Samudra seperti benar-benar diinjak-injak harga dirinya. Orang-orang ini tidak tahu siapa Samudra sampai harus memperlakukannya begitu buruk.“Kita akan membicarakannya setelah kita berada di balai pertemuan. Mari ikut kami atau kami akan berbuat kasar kepada kalian!” Salah satu warga dengan tidak sabar segera bersuara dan mendapatkan persetujuan dari yang lainnya. Melody yang melihat orang-orang itu bergetar ketakutan. Bagaimana bisa dia digerebek oleh warga sedangkan dia tidak melakukan kejahatan apa pun di rumahnya. “Pak RT, sepertinya Bapak salah paham tentang kami. Kami benar-benar tidak melakukan apa pun. Kami hanya ….”“Ibu bisa jelaskan saja di balai pertemuan. Mari ikut kami.” “Tapi kami benar-benar tidak melakukan apa-apa, Pak.” Melody hampir me
Dibandingkan dengan Samudra, Sagara sedikit lebih kejam. Dia seolah tak memiliki ampun terlebih lagi ketika itu menyangkut keluarganya. Tentu, semua orang yang ada di balai pertemuan itu pun merasa bergidik karenanya. Mereka jelas tahu keluarga Samudra bukan keluarga yang sembarangan. Namun tampaknya mereka cukup tahu diri untuk tidak mengeluarkan suaranya. “Bisa Bapak jelaskan apa yang terjadi dengan putra saya?” Vier langsung menghadap Pak RT dan meminta penjelasan. Tentu, meskipun sedikit bergetar karena takut, Pak RT menceritakan kronologi kejadiannya. Di tempat itu benar-benar hening seolah tidak ada yang berani mengeluarkan suaranya ketika mendengarkan penjelasan Pak RT. Kini tatapan Sagara mengarah pada seorang lelaki yang tadi membeberkan bukti yang dilihat. Lelaki itu bahkan sampai sesekali menunduk saking takutnya. Tampaknya, Sagara tidak memiliki ampun. “Yang dikatakan oleh Bian memang benar, Melody adalah asisten pribadi putra saya. Sepertinya, Bapak sekalian salah pah
“Bapak tidak perlu khawatir tentang itu. Saya akan menjaga Melody.” Samudra dengan tegas mengatakan itu dan menunjukkan keseriusannya. Sebuah janji tidak akan pernah ada artinya jika tidak sesuai dengan tindakan. Tapi sekarang Samudra sudah mengatakan itu dan artinya dia sudah mengucapkan janji kepada Melody dan keluarganya, disaksikan oleh keluarganya sendiri. Sagara yang melihat kesungguhan kakaknya pun segera menyeletuk.“Melody, kamu tidak perlu khawatir tentang apa pun lagi sekarang. Kalau memang Abang pertama nggak bersikap baik sama kamu, kamu bisa adukan ke kami. Kami akan menghajarnya untukmu.” Sagara tidak sedang bercanda, tapi dia benar-benar akan melakukannya. Samudra sudah mengambil keputusan dan dia harus menjalankannya. “Tapi, bolehkah saya meminta tolong?” Melody akhirnya berbicara kembali. “Tolong rahasiakan pernikahan ini dari kantor. Saya tidak ingin ada gunjingan yang memojokkan saya. Saya, benar-benar takut menghadapi itu.” “Kenapa harus menutupi berita baik,
Mendengar pertanyaan itu keluar langsung dari bibir Melody, Samudra tahu jika Melody memang akan selalu menjadi orang yang berani dengannya. Tanpa basa-basi, Samudra segera menjawab, “Tentu saja saya akan melakukan hal yang sama. Belajar mencintai istri sendiri bukan dosa besar. Kamu puas sekarang?” Berada di dalam mobil yang sama dengan Samudra bukanlah pertama kali bagi Melody, tapi jelas, ini pertama kalinya dia dibuat keki oleh lelaki itu. Setelah mendapatkan jawaban dari Samudra, Melody segera menutup mulutnya dengan rapat sampai mereka tiba di KUA. Orang tua dari Melody dan Samudra juga sudah berada di sana. Urusan surat-surat sudah diurus dengan cepat. “Aku jadi dejavu.” Vier yang berjalan bersisian dengan Violet itu berbicara. “Saat aku menikah dengan Hara.” Violet yang mendengar nama Hara disebut langsung mengeluarkan taringnya. Dia bilang, “Menggelikan.” Setelah itu dia langsung berjalan mendahului Vier dengan wajah tertekuk kesal. Vier nampaknya cari mati. Dia bahkan t
“Apa dia benar-benar mengatakan itu?” Suara batin Melody terdengar. Perempuan itu tidak pernah menyangka, kalau seorang Samudra akan mengatakan sesuatu yang seperti itu. Apa begitu memang kepribadian Samudra sebenarnya? Melody terus berpikir sampai dia lupa jika beberapa saat lalu, Samudra memintanya duduk agar mereka bisa berdiskusi. “Melody. Kamu sungguh-sungguh tidak ingin duduk?” Suara Samudra terdengar tidak bersahabat dan bahkan semakin rendah dan dingin. Melody meneguk ludahnya susah payah sebelum dia dengan pelan memutari sofa dan duduk di ujung sofa mengambil jarak yang jauh dari sang suami. Astaga, Melody sungguh-sungguh sudah memiliki suami sekarang? Dia bahkan tidak pernah menyangka akan menikah dan menjadi istri dari seorang Samudra. “Sekarang, aku akan mengatakan tentang beberapa hal kepadamu.” Kini Samudra duduk dengan menyerongkan tubuhnya menghadap Melody. Tangan kirinya ditumpukan di lengan sofa, sedangkan tangan kanannya berada di sandaran sofa. Melody dengan t
“Apa itu tadi? Samudra memanggilnya sayang? Itu benar-benar terjadi atau hanya bayanganku saja?” Suara itu berasal dari pikiran Melody. Perempuan itu tidak hentinya menatap Samudra dengan tatapan bodoh miliknya. Kali ini, Samudra tidak banyak bicara ketika menarik tangan Melody dan membawanya ke kamar. Samudra dengan entengnya mengunci kamarnya dan barulah dia melepaskan tangan Melody.Melepas kemejanya di depan Melody dan membuat istrinya menjadi over thinking karenanya. Apa yang akan dilakukan oleh Samudra? Melody tentu saja belum siap melakukan hubungan suami istri dengan Samudra. “Kamu nggak mau ganti baju?” tanya Samudra. Lelaki itu sudah berada di depan lemari dan mengambil satu kaos pendek, kemudian mengenakannya. Tidak peduli apa pun lagi ketika Samudra naik ke atas ranjang kemudian berbaring dan menutup matanya. Ini masih siang dan tidak biasanya Samudra tidur siang hari. Tapi karena hari ini adalah hari pernikahannya, tentu dia harus menikmati waktunya sebelum kembali be
“Melody, masuk!” perintahnya Samudra setelah itu. Melody mengangguk sebelum berjalan mengekori sang suami. Menutup pintu ruangan itu dan kemudian berdiri di hadapan Samudra saat lelaki itu duduk di kursi kebesarannya. Samudra menatap lurus pada Melody dan tertunduk khidmat. “Urusan tentang Tama dan kawan-kawannya sudah selesai.” Lapor Samudra kepada Melody. “Jadi mulai sekarang, kamu tidak perlu lagi memikirkan tentang lelaki itu dan hapus segera dari ingatanmu.” Samudra mengatakan itu seolah melupakan masa lalu adalah sesuatu yang mudah sekali dilakukan. Katakanlah kalau Melody tak begitu mencintai Tama di masa lalu. Tapi, hal-hal yang pernah mereka lalui tentu akan melekat di dalam kepala. Samudra tidak akan pernah tahu tentang sesuatu seperti itu karena dia belum pernah merasakannya sebelumnya.“Bapak, sebenarnya Bapak ini pernah pacaran nggak sih?” tanya Melody reflek. Sepertinya, mulut Melody terbuka begitu saja tanpa bisa dicegah. Namun sudah kepalang tanggung. Meskipun Samud