Sebenarnya, aku juga tak mau dia melakukannya. Tapi, bagaimana mungkin aku mengatakan semua itu? Yang ada, dia mengira kalo aku ... Argh, sudahlah! Ngapain juga aku berpikiran seperti itu! gumam Sakti dalam hati. Dengan langkah buru-buru, ia menuju ke arah mobil yang siap untuk mengantarnya ke kantor.Di satu sisi, Rania dengan telaten mengurus ayahnya. Senyumnya selalu tertoreh melihat sang ayah yang sudah mulai membaik."Rania, makasih, ya!" ucap Ayah."Ayah, justru Rania yang berterimakasih karena ayah sudah bertahan demi Rania," jelas Rania menyodorkan minuman.Ayah tersenyum. Jemari tangannya membelai rambut panjang yang di miliki putrinya itu."Ayah sangat bersyukur ibu kamu telah melahirkan putri secantik dan sebaik kamu!"Rania tersenyum. Jemari tangannya memegang tangan tua yang berselangkan dengan infus."Mungkin, karena kebaikan kamu ini, Tuhan memberikanmu seorang suami yang begitu baik dan sempurna."Senyum Rania memudar. Lagi dan lagi, saktilah yang selalu di banggaka
Last Updated : 2023-01-10 Read more