Refleks Laras membekap mulut yang terbuka. “Bisa nggak sih, Pak Satya nggak meledekku terus gini? Kalau aku ngarep Mas Evan beneran gimana?” batin Laras jengkel. “Saya bukan mau jalan sama Mas Evan, Pak. Saya cuma mau nunggu bentar buat nyerahin laporan.” “Ya, sudah, lanjutin kerjaanmu. Aku juga nunggu Evan. Lama banget nggak sampai-sampai.” Satya keluar ruangan dan kembali duduk di depan. Laras menarik napas lega melihat Satya keluar. Sigap tangannya membereskan stopmap dan isinya yang berserakan. “Nambah-nambah kerjaan saja, nih, Pak Satya,” gerutunya. Langit telah berubah warna ketika mobil Evan memasuki halaman, bersamaan dengan masuknya Laras. Gadis itu memutuskan pergi ke angkringan terdekat demi mengisi perut dan menghindari Satya. Ia khawatir kalau menunggu di kantor akan menjadi bulan-bulanan Satya. “Sorry, Ras, nunggu lama. Aku ada urusan tadi,” ujar Evan saat mereka berjalan beriringan. “Nih buat kamu. Tanda maaf.” Evan menyodorkan kantung plastik berisi sekotak serabi
Read more