Home / Romansa / Penakluk Cinta Sang Dosen / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Penakluk Cinta Sang Dosen: Chapter 31 - Chapter 40

84 Chapters

Rencana Makan Malam

“Se.. Sebenarnya, saya mau mengajak kamu bekerja sama.” ujar Caca dengan suara yang masih gelagapan.Dalam hati Caca mengumpat. Caca benci dirinya sendiri yang tidak bisa menguasai dirinya sendiri.Indra menatapnya. Tatapan mata Indra seolah-olah menelanjanginya. Lutut Caca sudah menyerah tidak mampu menahan berat badannya sendiri.“Bekerja sama?” mata Indra menyipit, dahinya berkerut.“Ya. Sebelumnya, apakah kamu sudah menjalani seminar akademik atau proceeding sebagai salah satu syarat kelulusan?”“Belum Bu. Saya berencana untuk menerbitkan jurnal saya di jurnal internasional. Saya tidak berniat untuk ikut seminar atau proceeding karena butuh persiapan yang lama dan kemungkinan juga dilaksanakan di luar kota atau bahkan luar negeri. Lagipula waktu pelaksanaannya proceeding sudah ditentukan, tidak sepanjang tahun seperti publikasi jurnal. Jadi saya berpikir publikasi di jurnal saja lebih cepat daripada ikut proceding.”“Kebetulan sekali kalau begitu, saya mau menawarkan bagaimana jik
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

Sang Wakil Direktur Rumah Sakit

Senin dini hari, dua hari yang lalu.Satrio sedang makan roti bakar dan menyeruput cappuccino di ruang tunggu eksekutif maskapai Emirates di Bandara Internasional Dulles, Washington D.C. yang tenang dan nyaman. Makanan dan minuman tersedia gratis bagi penumpang kelas bisnis dan kelas satu di ruang tunggu itu. Satrio menunggu pesawatnya akan berangkat jam lima pagi menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.Selama itu pula, pikiran Satrio mengarah pada Caca.Selama hampir seminggu Satrio berada di negeri adidaya itu. Satrio diundang sebagai pembicara ahli di sebuah konferensi medis internasional yang diadakan di kampusnya, Johns Hopkins University. Kampusnya yang membiayai semua akomodasi Satrio.Seminggu itu pula, intensitas komunikasinya dengan Caca berlangsung baik. Caca sering membalas pesan pendeknya.Jam lima tepat, pesawatnya berangkat. Untunglah Satrio ada di kelas bisnis, perjalanan selama dua belas jam ke Dubai, menjadi tidak masalah karena dia bisa meluruskan kaki
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Sang Direktur Rumah Sakit

Satrio mengetuk pintu ruangan Direktur Rumah Sakit. Tak sampai semenit, Satrio sudah duduk di hadapan Sang Direktur.“Wah, Mas Satrio, kapan pulang dari Amerika?” sambut Pak Bondan, sang direktur rumah sakit.“Tadi dini hari Pak.”Pak Bondan terlihat sedikir terhenyak. “Mas Satrio langsung ke sini?”Satrio mengatakan bahwa dirinya sempat ke tempat prakteknya terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit.“Bagaimana presentasinya? Lancar?”Satrio mengangguk. Dengan sopan, Satrio menerangkan secara ringkas kegiatannya selama seminggu di Amerika.Setelah berbasa-basi, Satrio berkata, “Saya mau bertanya perihal surat tugas penelitian yang terbaru Pak.”“Iya Mas ada apa dengan surat tugas itu?”“Dokter Irene, dokter residen bimbingan saya, tidak ada di surat tugas tersebut sebagai peneliti di tim saya. Penelitian ini penting bagi dokter Irene karena penelitian ini adalah salah satu syarat kelulusan dokter Irene. Ada apa Pak?”“Oh,” Pak Bondan mengibaskan tangannya sambil melemparkan tawa konyol.
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more

Sesaat Sebelum Berangkat

Caca menghela nafas panjang dengan pelan-pelan supaya Mbah tidak mendengarnya. Kakinya dan otaknya berseberangan. Kakinya menginginkan dirinya untuk segera pergi. Sedangkan otaknya menyuruhnya untuk menuruti kemauan Mbah.Kaki Caca ternyata lebih tahu daripada otaknya bahwa bencana dan badai sedang mengintai. Mbah pasti akan memarahinya atas sesuatu yang Caca tidak tahu.Caca menuruti kemauan otaknya karena tak sanggup membayangkan konsekuensi yang akan dihadapinya kalau tidak menuruti kemauan Mbah.“Kamu mau kemana?” tanya Mbah yang sedang menghisap rokoknya.“Mau keluar Mbah, ada acara dengan teman-teman kampus.” kata Caca sembari dengan sengaja mengambil duduk di seberang Mbah dengan meja di tengah-tengah.Caca selalu membenci Mbah yang merokok. “Apa kata Mas Satrio kalau tahu Mbah merokok?”“Kamu sama dokter Satrio sudah sejauh mana? Mbah perhatikan, dokter Satrio jarang kesini. Ada apa?” ujar Mbah tidak mempedulikan pertanyaan Caca.Jantung Caca berhenti untuk sepersekian detik.
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

Makan Malam dengan Indra

Wajah masam Caca langsung berubah ceria ketika melihat Indra sudah duduk menunggunya di salah satu meja di Neal’s. Caca duduk di kursi seberang Indra. Di sebelah kanan Caca, terhampar pemandangan lampu kota di bawah sana berkelip-kelip dan berwarna-warni. Tempat duduk yang sempurna untuk makan malam.Caca tampil dengan setelan hem warna krem bermotif bunga-bunga dan rok mekar panjang berkerut bawah lutut dengan warna krem yang lebih tua. Caca benar-benar percaya diri dengan penampilannya malam itu. Terlebih lagi, Caca mengenakan sandal model square toe tinggi.Indra sendiri tidak kalah menarik. Dengan paduan hem putih lengan panjang yang digulung sesiku dan jeans warna biru, Indra tampak mempesona. Caca tidak kuat menahan dirinya yang meleleh karena terpesona.“Ibu mau pesan apa?”Mata Caca menyipit. “Kamu panggil aku apa? Ibu? Kamu mau buat aku terlihat tua?”Indra melongo.“Panggil Caca.” terang Caca dengan senyuman manis.Indra menggeleng, “Saya akan panggil dengan Tante saja.”“Ka
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Rencana Izzy

Tidak ada hal yang hebat di Rabu pagi untuk Izzy. Tapi siang nanti, dia punya rencana memisahkan Indra dan Bu Syasmala. Izzy berencana untuk menemui seorang saudara jauhnya, lebih tepatnya mas keponakan. Izzy yakin mas keponakannya mampu membantunya.Meski begitu, sebelum jam empat dirinya sudah bangun. Izzy turun ke dapur. Ada hasrat tak tertahankan di hatinya untuk memasak sarapan untuk Papa dan Mama. Sudah lama mereka tidak pernah sarapan bersama.Izzy meolak bantuan dari beberapa asisten rumah tangganya. Izzy bersikeras ingin menghidangkan sarapan untuk Papa Mamanya. Izzy memasak sayur pedas atau orang Malang biasanya menyebut sebagai “jangan pedes”. Banyak versi dari jangan pedes ini. Tetapi, versi favorit Papa adalah olahan sayur yang terdiri dari kepala ikan tongkol, tahu, tempe, petai, dengan kuah kental yang terbuat dari gilingan kacang tanah.Tak lupa juga Izzy membuat tempe mendol. Olahan dari tempe yang sudah agak basi. Tempe tersebut dihaluskan, diberi bumbu-bumbu, lalu d
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Izzy Patah Hati

Pak Warek berdecak, “Memangnya kenapa dengan Bu Syasmala dan temanmu itu?”“Sepertinya Bu Syasmala orang yang sulit untuk diajak bekerja sama. Bu Syasmala mempersulit thesis temanku.”Pak Warek menggelengkan kepalanya. Senyum kemenangan tipis tersungging di bibirnya. Beliau berkata, “Mempersulit bagaimana?”“Panjang ceritanya Mas.”“Kamu bisa bawa teman kamu itu menghadapku?”“Eh, memangnya harus menghadap Mas?”“Ya kalau mau diteruskan pengaduannya, yang bersangkutan harus menghadap sendiri dan mengatakannya kepadaku. Kamu bilang pada temanmu, Aku bisa bantu apa saja. Aku bisa menggantikan Bu Syasmala dengan siapapun yang dia kehendaki asalkan dia mau menghadapku dan menyatakan keberatannya.”“Dia ketakutan Mas. Mas ‘kan bisa langsung mengganti Bu Syasmala dengan siapapun. Izzy yakin, dia tidak keberatan dengan siapapun asalkan bukan Bu Syasmala. Dengan surat rekomendasi dari Mas sekarang, Izzy bisa langsung ke kantor jurusan dan mengganti Bu Syasmala.”“Kamu tidak mengerti Izzy, kal
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Hati Caca Goyah

Sabtu pagi, kampus terlihat sepi. Tidak ada mahasiswa mahasiswa berjalan kesana-kemari. Tidak adanya jadwal perkuliahan di hari sabtu membuat hari itu adalah hari libur tak resmi bagi seluruh civitas akademik. Hanya ada beberapa mahasiswa yang ke kampus. Biasanya mereka yang aktif di organisasi atau yang sedang mengejar dosen pembimbing di hari sabtu.Meskipun tidak ada jadwal mengajar, para dosen harus tetap masuk untuk menjalankan tugas-tugas administratif. Oleh karena itu, jamak dosen yang memilih hari sabtu untuk membimbing mahasiswanya yang sedang menempuh skripsi atau thesis.“Apa Mbak? Indra masuk kesini karena beasiswa?” tanya Caca yang hampir melompat dari kursinya.“Psst…” sembur Jasmine sambil menempelkan telunjuknya ke hidungnya sendiri.Caca menutup mulutnya. Dia tidak sadar bahwa dia sedang ada di ruangan rapat dengan Ketua Program Studi Pascasarjana dan Pak Warek tentang rencana strategis program pascasarjana kampus. Teriakannya barusan membuat beberapa dosen yang duduk
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Harapan Semu Caca

Fokus Caca terhenti ketika pintu ruangannya yang terbuka diketuk pelan. Matanya menatap ke pintu. Bisa saja dia meninggal saat itu juga karena jantung berhenti berdetak lebih dari dua detik. Butuh lebih dari lima detik untuk memulihkan seluruh fungsi di tubuhnya.Caca tidak bisa mengendalikan bibirnya untuk mempersembahkan senyummannya yang paling manis pada Indra. Pipinya bersemu merah. Untuk menutupi malunya, Caca menundukkan kepalanya.Kupu-kupu itu lagi-lagi menggelitiki perutnya. Caca bahkan lupa apa yang dia pikirkan beberapa saat yang lalu.Dalam hati, Caca berkata, “Aku menginginkan Indra.”Hilang sudah apa yang Caca niatkan tadi. Hatinya melebihi logikanya. Hanya ada Indra di dunia Caca sekarang.Caca terhenyak, tak lagi menyandar pada mejanya. Caca berkata, “Masuk Ndra...”Sadar atas kesalahannya, Caca meralat ucapannya, kali ini dengan suara yang lebih keras, Caca berkata, “Silahkan masuk Pak Indra.”Indra tersipu, “Saya pikir, saya tidak akan bertemu Bu Syasmala.”“Saya se
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Kebenaran Tentang Indra

Satu jam kemudian, Caca sudah ada di food court sebuah mall besar. Wajahnya masih cemberut menyesali keputusannya yang akhirnya menuruti kemauan Indra.Sepertinya, Indra menyadari hal itu, dia bertanya pada Caca, “Kamu kenapa?”Caca menyembunyikan wajahnya yang cemberut, berusaha menampilkan senyum di bibirnya, dan menjawab, “Tidak apa. Ada masalah di kampus, tapi bukan suatu masalah besar.”Indra mengangguk saja. Sepertinya Indra percaya saja apa yang diomongkan Caca.“Kamu mau makan apa?” tanya Indra yang masih berdiri.“Apa ya? Mie ayam sepertinya enak deh.”“Minumnya?”“Terserah.”“Tidak ada stand minuman di food court ini yang menjual minuman terserah. Kalau ada, aku yakin, stand itu menjadi stand paling ramai di sini.”Caca tergelak, “Es teh.”Indra bergesa pergi memesankan makanan Caca. Selama Indra pergi, Caca kembali cemberut. Caca membenci dirinya sendiri yang tidak tegas dalam mengambil keputusan dan juga dalam menjalankan keputusan yang sudah dibuatnya sendiri. Caca sadar,
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more
PREV
1234569
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status