Semua Bab Ibuku Bukan Pembantumu, Mbak!: Bab 21 - Bab 30

45 Bab

Bab 21 Berputar dalam pikiranku

Pov Rayhan"Haish, kenapa aku jadi kepikiran cewek itu sih, " gumamku sambil memijat pelipisku. "Kamu kenapa, Ray. Sakit? " tanya Angga sahabatku. "Enggak kok, Ngga. Cuma sedikit pening aja, " ucapku berbohong. Tak mungkin kan aku jujur mengatakan kalau aku tiba-tiba kepikiran cewek yang kemarin jadi pelayan di rumah makan tempat kami berkumpul kemarin. "Kamu istirahat aja dulu, Ray. Biar nanti para mahasiswa baru aku yang urus sama anak-anak yang lain, " ujar Johan, salah satu sahabatku juga. Aku, Angga dan Johan sedang berada di kantin. Menyiapkan energi untuk nanti mengospek para mahasiswa baru. "Udah tenang aja kalian. Aku nggak apa-apa kok, " ucapku menenangkan. "Semua persiapan sudah beres, kan? " tanyaku lagi. "Sudah, Ray. Kamu tenang aja, " ujar Angga kemudian menyantap sarapannya. Aku, Angga dan juga Johan adalah salah satu senior yang di tugaskan untuk mengatur jalannya ospek ini. "Ya sudah kita habiskan sarapan kita, setelah itu kita cek anak-anak yang sedang ospek
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-28
Baca selengkapnya

Bab 22 Terimakasih,Bu.

"Ish, apaan sih. Kenapa cowok nyebelin ini pakai berhenti disini sih, " gumamku dalam hati. "Heh, kamu dengar aku bicara nggak sih? " tanyanya datar. "Eh, iya, Kak. Aku nungguin temanku yang baru ambil sepeda motor di parkiran, Kak, " jawabku mencoba ramah. Kalau tak ingat dia adalah ketua panitia ospek, tak sudi lah aku bicara ramah dengannya. Ish, dasar cowok nyebelin. "Oh." Hanya satu kata yang dia ucapkan, setelah itu dia berlalu meninggalkanku. "Dasar cowok nyebelin! " teriakku saat cowok itu pergi dengan sepeda motor nya. Aku langsung menutup mulutku ketika tiba-tiba dia menoleh ke belakang. Entah ekspresi apa yang ditunjukkan padaku, sebab wajahnya yang tertutup oleh helmnya. "Kamu kenapa, Ra? "Aku terlonjak karena tiba-tiba Amanda sudah berada di belakangku dengan menaiki sepeda motornya. Kapan dia datang? Kenapa aku tak mendengar suara sepeda motor nya. Apa gara-gara aku mengumpat cowok nyebelin itu? "Woi! " teriak Amanda di depan wajahku yang membuat aku sedikit ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-02
Baca selengkapnya

Bab 23 Jadwal padat

"Jujur apa, Nak? " tanya ibuku menatap lembut ke arahku, sedangkan tanganya masih memegang kakiku yang ada di pangkuannya. "Sebenarnya .... ""Bu! Ibu! Kamu dimana sih! Itu Sindi nangis! "Belum sempat aku mengungkapkan kejujuran, tiba-tiba sudah terpotong oleh teriakan nenek lampir, eh, maksudku mbak Sinta dari luar. Dan apa aku tak salah dengar? Kenapa dia malah manggil ibuku, padahal yang nangis kan anaknya. Dasar tak tau malu. "Sebentar ya, Nak, " ucap ibuku sambil meletakkan kaki kiriku ke atas kasur dengan hati-hati. Sebelum ibu beranjak, aku langsung menahan lengannya. "Bu, sudahlah, Bu. Sindi itu anaknya Mbak Sinta. Kenapa yang kerepotan malah Ibu? " ucapku sendu. "Nggak apa, Nak. Sindi juga cucu Ibu. Ibu senang kok ngajak Sindi, " ucap ibuku dengan seulas senyum. Kalau sudah begini, aku tak bisa mencegah ibu melakukan pekerjaan yang sebenarnya bukan tugasnya. Kakiku sudah tak begitu sakit setelah di urut oleh ibuku. Karena tadi saat pulang meja depan tak ada jualan ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-07
Baca selengkapnya

Bab 24 Ide cemerlang

Pov Sinta"Hai, anak manja! Kamu dengar aku bicara nggak sih? " tanyaku menekan setiap kata. Karena merasa kesal dengan Zahra yang menghiraukan ketika aku tegur, tak mungkin aku meneriakinya, karena ini sudah malam dan tak ingin membuat mas Dika menyalahkanmu lagi. "Ish, dasar anak manja kurang ajar! " ucapku sambil merapatkan gigiku karena rasa kesal yang tak tersampaikan, karena melihat Zahra berlalu masuk ke kamar tanpa merespon ucapanku. "Huh." Aku menghela nafas kemudian melanjutkan langkahku yang ingin ke kamar mandi. Semua penghuni rumah mungkin sudah tidur, suami dan anak-anakku sudah tidur setelah isya tadi. Sementara aku dari tadi masih scrolling sosial mediaku. Supaya tak ketinggalan berita terbaru. Tapi kemudian aku merasa ingin buang air kecil, baru keluar kamar aku mendengar seseorang membuka pintu depan."Bagus, jam segini baru pulang. Kuliah kok sampai jam segini, " ucapku sambil menyilangkan kedua tanganku. Seperti tak mendengar ucapanku, Zahra berlalu melewatiku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-11
Baca selengkapnya

Bab 25 Khawatir

Pov Bu Ami"Bu, aku berangkat kuliah dulu ya. Dan mungkin nanti aku akan pulang malam lagi, soalnya mau ngerjain tugas di rumah teman Zahra, " pamit putriku seraya mencium telapak tanganku. "Iya, Nak. Tapi kalau boleh Ibu tau, kenapa kok kamu sering pulang larut malam, Nak? " tanyaku penasaran, karena beberapa hari ini aku perhatikan Zahra selalu pulang sekitar jam sepuluh malam. "I-itu, Bu. A-aku .... "Oeeek oeek. Tiba-tiba terdengar suara tangisan Sindi. Aku dan Zahra segera melangkah ke kamar Dika untuk melihat Sindi. Karena tadi aku lihat Sinta mengajak Bian keluar dari rumah. Entah kemana mereka. Saat aku buka pintu kamar putraku itu, terlihat cucu perempuan ku itu sudah menangis histeris. Aku segera menggampirinya dan mencoba menenangkannya. "Sindi kenapa, Bu? " tanya Zahra yang berdiri di belakangku. "Ibu juga kurang tau. Sepertinya dia haus. Emm, nanti kalau kamu berangkat kuliah dan melihat kakak iparmu tolong suruh pulang ya, Nak. Bilang kalau Sindi rewel, dan Ibu mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-15
Baca selengkapnya

Bab 26 Kejujuran

"Ugh, hari ini begitu melelahkan. Banyak pelanggan yang datang ke rumah makan. Sampai biasanya ada istirahat setengah jam, tapi hari ini tadi di potong karena pelayan yang lain pada keteteran, " gumamku sambil melangkah menuju ke rumahku,setelah tadi turun dari ojek online.Ojek online yang aku tumpangi tidak mengantar sampai rumah karena memang di desaku ini ada jam malam, dimana kalau sudah jam sebelas portal ditutup. Biasanya kalau aku di antar Amanda, portal masih dibuka. Sedangkan tadi, aku harus menanti lama pesanan ojek online ku. Sebenarnya Amanda tadi menawarkan untuk mengantarku, tapi aku menolaknya karena sungkan dan kasihan juga kepada Amanda kalau harus bolak balik. Saat berbelok menuju gang rumahku, tampak di depan rumahku masih ramai, itu artinya ibu belum menutup warungnya. "Eh, Neng Riska. Darimana, Neng? Kok baru pulang? " tanya pak Jamal yang berpapasan denganku. "Itu, Pak. Tadi ada urusan, " ucapku sambil tersenyum. "Pak Jamal dari warung Ibu ya? " tanyaku menc
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-16
Baca selengkapnya

Bab 27

"Haah, sungguh cerah hati ini, " gumamku sambil berjalan menuju ke jalan raya, untuk naik angkot berangkat ke kampus. Bagaimana tak cerah, pagi ini rasanya begitu tenang. Tak ada suara nenek lampir yang biasanya selalu mengoceh tak henti-henti. Karena kata ibu, mbak Sinta dan mas Dika serta anak-anaknya akan berada di rumah orang tua mbak Sinta dalam waktu dua sampai tiga hari. Kata ibu sih, lagi ada acara nikahan adiknya mbak Sinta. Entahlah, aku juga tak begitu tertarik membahas tentang mbak Sinta. Yang penting dalam dua atau tiga hari lagi, rumah akan tenang dan juga Damai. Melewati rumah Bu Sulis, terlihat dia sedang menyapu terasnya. "Selamat pagi, Bu, " sapaku ramah. Tapi aku malah mengernyit ketika melihat bu Sulis yang tak merespon sapaanku. Dan terlihat dia menatap diriku sini. Ada apa ini? Tak ingin banyak berpikir, aku melanjutkan langkahku menjauhi rumah bu Sulis. Baru beberapa langkah aku berpapasan dengan bu Handa yang sepertinya baru pulang dari warung pojok, kare
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-20
Baca selengkapnya

Bab 28 Tanggung jawab?

"Oh, Kak Rayhan. Boleh, Kak. Silahkan, " ujar Amanda yang membuatku seketika melotot. Aku langsung menyenggol kaki Amanda dengan kaki kananku. Seketika Amanda menatap ke arahku, dan aku langsung melemparkan tatapan tajam ke arahnya. Bagaiman tidak kesal, dia dengan mudahnya mempersilahkan manusia es itu duduk di sini, padahal Amanda tau kalau aku sangat tidak suka dengan pria ini. "Apa? " tanya Amanda tanpa suara. "Ish, " kesalku, aku memberikan kode dengan mataku yang melirik ke arah manusia es itu. Berharap Amanda faham kalau aku tak suka pria itu duduk di meja kami. Tapi Amanda malah mengerutkan keningnya. "Bagaimana? Bolehkan? " tanya pria itu lagi. "Oh, boleh, Kak. Kebetulan kami juga akan pergi, karena kami sudah selesai makan, " ucapku cepat sambil menampakkan senyum paksa. "Eh, tapi, Ra. Kan kita .... ""Iya, Man. Kita harus cepat ke kelas, kan. Soalnya kita ada kelas selanjutnya, " potongku cepat sambil menatap tajam ke arah Amanda. "Kami permisi ya, Kak. Ayo, Man, "
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-23
Baca selengkapnya

Bab 29 Cewek Aneh?

"Ayolah, Ra. Maafin aku. Tadi tuh aku benar-benar takut sama tatapan dingin kak Rayhan itu, jadi aku milih pergi aja. Maafin aku ya, Ra, " ujar Amanda sambil menyetarakan langkahnya denganku. Sejak tadi di kelas aku yang masih kesal dengan Amanda yang meninggalkan aku sendiri bersama cowok nyebelin itu, memilih untuk mendiamkan Amanda. Dan saat kelas sudah selesai, aku langsung berdiri dan keluar dari kelas tanpa menanggapi Amanda yang meminta maaf berkali-kali. "Ayolah, Ra. Maafin ya, " ucap Amanda sambil menghalau jalanku. Aku berhenti berjalan lalu menatap lekat Amanda. "Iya, aku maafin. Sebenarnya aku masih kesel sama kamu, Man. Tega benar ninggalin aku sama cowok nyebelin itu. Tapi karena aku anaknya pemaaf, baik hati dan tidak sombong, kali ini kamu aku maafin, " ucapku pede. "Terimakasih sahabat terbaikku, " ucap Amanda girang. "Oke, untuk menebus kesalahanku, bagaimana kalau aku anter kamu pulang, " tawar Amanda sambil menaik turunkan kedua alisnya. "Nggak usah lah, Man.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-27
Baca selengkapnya

Bab 30 Fitnah lain

"Oh, ternyata kamu ya, Mbak, yang menyebarkan fitnah itu? Bagus ..., bagus sekali, " ucapku sambil keluar dari dalam rumah sembari melipat kedua tanganku. Seketika semua ibu-ibu itu berhenti bergosip dan beralih menatap ke arahku tak terkecuali dengan mbak Sinta, dia terlihat membelalakkan mata mungkin terkejut karena tiba-tiba aku muncul dari arah dalam rumah. "Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Mbak. Sampai-sampai dengan gampangnya membuat kabar yang tak benar, " ucapku tenang. Mbak Sinta tampak salah tingkah, terlihat dari wajahnya yang berubah pucat. "Maksud kamu apa, Ra? Apakah yang dikatakan Sinta itu .... ""Emm ... Ibu-ibu jangan percaya sama dia, dia nggak mungkin mengakui kelakuan buruknya itu. Mana ada maling ngaku, Bu, yang ada nanti penjara penuh," ucap mbak Sinta tampak menyembunyikan kegugupannya, karena sepertinya ibu-ibu itu jadi curiga dengan mbak Sinta. "Begitu juga denganmu, Mbak. Mana mungkin Mbak Sinta bakal ngaku kalau sudah memfitnah aku didepan ibu-ibu dis
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status