Home / Lainnya / Ibuku Bukan Pembantumu, Mbak! / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Ibuku Bukan Pembantumu, Mbak!: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Bab 11 Secercah Harapan

"Mbak Sinta! " teriakku ketika tiba-tiba mbak Sinta merebut uang yang sedang aku pegang. "Nak, tolong kembalikan uang itu, Nak, " ucap ibuku memohon. "Hah, enak saja! Uang ini jadi milikku! Ingat Ibu masih punya hutang sama aku, buat ganti baju yang dulu Ibu rusakin, " tolak mbak Sinta dengan nada sinisnya. Terlihat mbak Sinta menghitung uang yang dirampasnya tadi. Sedangkan uang yang tadi aku sudah hitung aku sembunyikan lebih dalam dibawah tasku. Aku segera berdiri kemudian mencoba mengambil kembali uang yang diambil mbak Sinta tadi. "Ini, uang milik Ibuku! Mbak Sinta nggak berhak atas uang ini! " bentakku mencoba merebut uang di tangan mbak Sinta. Tetapi mbak Sinta juga menarik uang itu dengan lebih kuat. "Enak saja! Berani sakali ya kamu, Zahra! Ini tuh uang aku! " Terjadi tarik tarikan antara aku dan mbak Sinta. Tak ada yang mengalah di antara kami. Jelas aku tak ingin uang itu jatuh di tangan mbak Sinta.
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more

Bab 12 Kabar baik

"Mungkin rumah makan ini yang di maksud Mamang tukang bakso tadi, Man, " ucapku sambil menghentikan laju sepeda motor Amanda tepat di depan sebuah rumah makan yang lumayan ramai pengunjungnya. Setelah makan bakso tadi, memang aku dan Amanda langsung beranjak untuk melihat lowongan pekerjaan yang di sebutkan mamang bakso tadi. Aku yang betada di depan memboncengkan Amanda, melajukan kendaraan akhirnya di pojok jalan ini, kami berhenti tepat di depan rumah makan. "Kita turun dulu yuk, Ra. Kita tanya sama bapak tukang parkir itu, " ucap Amanda sambil menunjuk seorang bapak paruh baya yang sedang menata sepeda motor pengunjung. Akhirnya kami turun dari sepeda motor setelah kami ikut parkir di parkiran rumah makan ini. "Ini, Neng. Kartu parkirnya, " ucap bapak parkir tadi yang ternyata sudah ada di belakang kami. "Iya, Pak. Terimakasih, " ucapku menerima kartu parkir itu. Walau sebenarnya kedatangan kami disini tak berniat makan
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Bab 13 Sungguh Keterlaluan

"Haduh, Man. Aku capek banget hari ini, " keluhku sambil memijat lenganku, saat aku dan Amanda keluar menuju ke parkiran kampus. "Sama, Ra. Rasanya badanku kaya robot, " ujar Amanda yang juga meregangkan otot lehernya. Ya, memang hari ini adalah hari pertama semua mahasiswa baru menjalankan ospek. Rasanya tubuhku sudah tak karuan. Padahal nanti sore kami masih harus bekerja part time di warung makan. Aku dan Amanda memang memutuskan untuk tetap menjalankan pekerjaan sebagai pelayan di rumah makan waktu itu, bahkan kami sudah menerima gaji pertama kami, karena kami sudah satu bulan bekerja di rumah makan milik bu Lina itu. "Oh, iya, Man. Nanti aku langsung ke rumah makan aja sendiri, kamu nggak usah jemput aku. Kasihan kamu kalau harus bolak-balik antar jemput aku terus, " ucapku sambil menstater sepeda motor Amanda. "Aku nggak apa-apa, Ra. Kaya sama siapa aja kamu nih, " ujar Amanda sambil naik di bagian belakang. "Bukan begitu, Man. Hari ini kan kamu pasti masih capek kalau ha
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Bab 14 Merampas

"Astagfirullahalazim." Aku yang baru saja memejamkan mata, seketika membuka mataku setwlah mendengar suara mbak Sinta yang cukup keras. "Ibu itu bagaimana sih! Bisa kerja apa enggak! " Suara mbak Sinta terdengar lagi. Saat aku menajamkan pendengaranku, sepertinya mbak Sinta sedang membentak ibuku. Segera aku beranjak dari kasur ku menyambar kerudung instan di sampingku dan langsung keluar kamar. "Lagi-lagi Ibu ngerusakin baju kesayangan aku! " Aku segera berlari ke arah kamar belakang tempat cucian baju, karena arah suara mbak Sinta dari sana. "Maafkan Ibu, Nak. Ibu nggak sengaja, tadi Ibu tinggal sebentar karena ada seseorang yang mengetuk pintu depan. " Aku yang baru saja sampai di kamar belakang, seketika membelelakan mata melihat ibuku tertunduk di depan mbak Sinta yang sedang berkacak pinggang dengan mata yang melotot melihat ke arah ibuku. "Halah, alasan terus Ibu ini!" ucap mbak Sinta lantang. "Mbak Sinta! " Mbak Sinta langsung menoleh ke arahku yang berjalan mendekat ke a
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Bab 15 Menghindar

Bab 15"Zahra! " Aku yang sudah akan melangkah menuju kamar, seketika berhenti mendengar bentakan mas Dika. "Ada apa lagi? " tanyaku tanpa menoleh ke arah mas Dika berada. "Kamu itu kalau bicara di jaga. Apalagi kalau bicara dengan orang yang lebih tua, " ujar mas Dika yang membuatku tersenyum miring kemudian berbalik menghadap ke arah mas Dika. Terlihat mbak Sinta yang tersenyum sinis duduk di samping mas Dika dengan bergelayut di lengan mas Dika. Ish, rasanya aku jijik melihatnya. "Aku tau kok, Mas. Masalah itu. Mas Dika nggak usah repot-repot ingatin aku masalah sopan kepada yang lebih tua. Lebih baik mas Dika ajari saja istri tersayangmu itu, agar bisa punya tata krama, " ucapku sinis. Mengingat apa yang di lakukan mbak Sinta kepada ibuku. Dimana ibuku adalah orang yang lebih tua yang seharusnya bisa dihormati, bukan seperti mbak Sinta yang berbuat semena-mena kepada ibuku, dan juga tak ada sopan santun kepada ibuku. "Maksud kamu apa, Zahra? " tanya mas Dika dengan alis bert
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Bab 16 Zahra tak pulang

Pov Dika"Nak, kamu tahu Zahra pergi kemana? Kok Ibu cari di kamarnya nggak ada ya? " tanya ibuku saat aku sedang makan malam bersama anak dan istriku. Tadi setelah menyajikan makanan di meja makan, ibu tak langsung duduk bersama aku dan Sinta yang sudah terlebih dulu duduk di kursi meja makan, ibuku pergi ke kamar Zahra. Kalau ibu tak mengetahui Zahra kemana, berarti tadi Zahra pergi tanpa berpamitan. Ish, dasar anak itu. Sebenarnya tadi aku merasa sedikit bersalah saat aku tak sengaja menampar Zahra. Tetapi sepertinya itu memang harus aku lakukan agar dia bisa di didik dengan benar. Pergaulan anak jaman sekarang memang harus di perhatikan. Apalagi Zahra seorang perempuan yang harus ekstra pengawasannya. "Pah, kok bengong sih. Itu, Ibu tanya, " ucap Sinta lembut sambil memegang lenganku. "Eh, iya. Maaf, " ucapku sembari tersenyum. "Tadi sore Zahra keluar, Bu. Mungkin ke rumah temannya itu, soalnya dia juga nggak pamit sama aku, Bu, " jawabku jujur kemudian melanjutkan menyuap ma
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Bab 17 Sinta Terpegok

Pov Dika "Ibu taruh berapa sendok gula ke dalam gelas ini, ha? "Aku yang sedang melangkah perlahan menuju ke pintu depan, bisa mendengar suara Sinta yang tak seharusnya dia berkata seperti itu pada ibuku. Aku tak langsung memergoki mereka, ingin tau lebih banyak apa yang terjadi saat ini. "Maaf, Nak. Ibu tadi kurang fokus, Nak. Ibu masih memikirkan Zahra, " ucap ibuku yang terdengar seperti gemetar. "Halah, alasan! Cepat buatkan aku minum lagi! "Sudah tak tahan dengan sikap Sinta pada ibuku, aku mempercepat langkah dan memasuki rumah. "Sinta! Apa yang kau lakukan!? " bentakku setelah masuk ke dalam rumah. Dan mendapati Sinta duduk di kursi ruang tamu, sementara ibu berdiri sambil membungkuk mengambil cangkir di meja. "M-Mas Di-Dika, " ujar Sinta gugup. Aku segera melangkah mendekati ibuku yang masih setia memegang cangkir di tangannya. Segera ku ambil cangkir itu dari tangan ibuku. Sungguh tak menyangka Sinta tega berbuat seperti itu kepada ibuku. "M-Mas Dika kok u-udah pula
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Bab 18 Dasar tak tau diri!

"Manda! Zahra! Ayo sarapan dulu, Ibu udah masak nasi goreng! "Terdengar suara Bu Nina, ibu dari Amanda memanggil kami untuk sarapan. Yah, tadi malam aku menginap dirumah Amanda. Aku bersyukur punya sahabat seperti Amanda, dia mengerti situasini yang sedang aku alami. Bahkan ibu dan juga bapaknya tak masalah kalau aku menginap di rumahnya. "Ayo, Ra. Kita sarapan dulu, " ajak Amanda yang sedang membenahi hijabnya. Aku yang dari tadi duduk memperhatikan Amanda langsung mengangguk mengiyakan ajakannya. Hari ini jadwal kami libur kerja dan juga kuliah. Rencananya nanti kami akan mencari kebutuhan ospek yang kemarin disampaikan saat ospek hari pertama. Aku dan Amanda keluar dari kamar, kemudian bergabung dengan semua keluarga Amanda yang sudah duduk di tikar depan televisi. "Kak Zahra tadi malam bisa tidur kan? " tanya Sekar, adik dari Amanda. Aku yang sedang menyuap nasi ke dalam mulut seketika mengernyit bingung dengan pertanyaan Sekar itu. "Iya, nyenyak kok, " jawabku setelah men
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Bab 19 Pemuda menyebalkan

"Aku samain aja sama kamu, " ujar pemuda itu datar. Aku yang melihat pemuda itu seketika menjadi kesal. Gara-gara dia aku hampir saja jatuh dari sepeda motor. Ya, pemuda itu adalah pemuda yang sama yang menyebrang jalan seenaknya sendiri. Bahkan saat membuat aku dan Amanda hampir jatuh, pemuda itu tak meminta maaf bahkan langsung pergi saja. "Mbak, " panggil pemuda berambut ikal itu yang membuatku seketika tersadar dari pemikiranmu tentang pemuda yang dipanggil Ray itu. "Oh, sudah, itu saja? " tanyaku mencoba bersikap biasa. "Iya, Mbak, " jawab pemuda berisi. "Baiklah, ditunggu sebentar ya, " ucapku menyunggingkan senyuman. "Yang cepet. Jangan lama, " ujar datar pemuda menyebalkan itu sebelum aku berbalik badan. Aku mencoba menanggapi dengan senyuman yang aku paksakan. Aku masih ingat kalau aku disini bekerja sebagai pelayan. Dan yah, dia adalah pelanggan kami yang harus dilayani dengan baik. Kalau tak ingat aku bekerja disini, mungkin sudah ku tonjok dia. Ish, sungguh kesal s
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

Bab 20 Kenapa harus pulang sih?

Pov Sinta"Biar aku saja, " ucapku penuh penekanan sambil merebut pekerjaan menyiapkan makan malam. "Nggak apa-apa, Nak. Biar Ibu saja, " ujar ibu mertua lembut. "Nggak usah. Aku saja, " ujarku menatap tajam ke arah ibu mertuaku. Terlihat ibu mertuaku langsung menunduk kemudian keluar dari dapur. Cih, dasar cengeng. Sebenarnya aku tak sudi melakukan pekerjaan rumah seperti ini. Tetapi gara-gara kemarin aku harus berpura-pura baik kepada ibu mertuaku agar mas Dika tak memarahiku lagi. Sungguh sial nasibku kemarin. Baru pertama kali aku di bentak oleh Mas Dika. Padahal sebelumnya mas Dika begitu tunduk kepadaku. Apapun kemauan ku pasti akan dituruti olehnya. Ish, aku merasa sangat kesal. Ini semua gara-gara Ibu mertuaku yang tak becus ngerjain sesuatu. Dan tak kusangka saat aku membentak ibu mertua, mas Dika tiba-tiba datang dan memarahiku. Jadi terpaksa untuk menghindari kecurigaan mas Dika, aku harus melakukan pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan oleh ibu mertua. Padahal seh
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status