Wajah Mas Adam sekarang sudah memerah. "Bagaimana Bisa Nia? Bagaimana bisa mereka menolak naskahmu." Mas Adam mendengus berat. Terlihat kekecewaan yang tergambar pada wajah suamiku. "Ya, karena sekarang banyak sekali penulis Baru, Mas. Karya mereka jauh lebih bagus daripada karyaku," ceritaku dengan nada sedih. Mas Adam menghela nafas panjang, "Nia, untuk kali ini, tolonglah pinjamin dulu uang tabungan kamu untuk Ibu. Nanti, jika usaha Mas sudah maju, pasti Mas akan menggantinya. Bahkan, Mas akan ganti lebih dari itu!" Mas Adam membelai lembut kepalaku yang berbalut kerudung. Ia mengakhiri ucapannya penuh penekanan. Mungkin, supaya aku yakin dengan permintaanya. Cih! Tentu saja tidak. "Tapi, Mas! Aku benar-benar sudah tidak punya--" Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Mas Adam sudah menyela lebih dulu. "Kamu sudah mulai perhitungan sama, Mas?" Mas Adam menyipitkan matanya padaku. Aku mendengus berat. "Bukan begitu Mas, tapi ibu sudah sangat boros sekali. Dia tidak hanya
Terakhir Diperbarui : 2022-09-27 Baca selengkapnya