"Wasiat?" tanyaku pada diri sendiri. Heran membaca judul halaman yang ada di pertengahan. Ada tulisan namaku.[Mir, kamu pasti sedang membaca diary Mbak. Seganas apapun penyakit Mbak, Mbak menunggu untuk bertemu denganmu. Semoga, masih bisa. Mbak membujukmu berusaha pulang, tapi urusanmu di kota begitu memakan waktu. Maka, Mbak tak bisa memaksa. Namun, sebelum Mbak pergi, Mbak harap kamu membaca tulisan wasiat ini.][Mir, boleh tidak Mbak minta satu permintaan saja. Mbak Janji tidak akan meminta lagi. Hanya ini saja. Mbak sudah memikirkannya matang-matang.]Drat ... drat....Belum selesai membaca, ponselku berdering. Akhirnya, aku tutup buku, dan menggerakkan jari menekan tombol hijau. "Akhirnya lu angkat telepon gua, Mir. Ya Allah, gua khawatir. Lu susah banget dihubungin."“Maaf, Ra. Aku ….”"Iya-iya, gua paham. Lu harus kuat yah, Mir. Jangan lupa makan, dan tidur dulu. Gua yakin lu belum tidur."“Iya, Ra. Nggak usah khawatir.”"Ya, gua khawatirlah. Apalagi pacar lu. Dia nanyain te
Terakhir Diperbarui : 2023-01-04 Baca selengkapnya