Share

Dilamar Hafidz

Penulis: Sriayu23
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Soal itu, bapak serahkan sama kamu, Fidz. Bicarakan dulu sama orang tua kamu. Kalau sudah yakin dan setuju, datanglah ke sini untuk melamar."

"Baik, Pak."

Percakapan mereka selesai. Mas Hafidz mau masuk ke ruang keluarga tempatku mengintip. Aku segera pergi ke kamar.

Baru mau memejamkan mata, ponsel berdering. Tiara menelponku. Aku geser tombol hijau.

"Akhirnya diangkat."

"Kenapa, Ra?"

"Aduh, lu malah nanya kenapa. Lu tuh, yang kenapa? cerita, Mir. Kenapa putus. Kesian Bumi."

"Orang tua Bumi tidak merestui, Ra."

"Ya elah, masih bisa negosiasi kalau gitu. Lu ko, jadi lembek sih."

"Aku sudah punya pria pilihanku, Ra."

"Hah? ma-maksudnya."

"Kamu bisa bantuin aku gak?"

"Bantuin apa?"

"Tolong bantu Bumi biar pergi jauh dari aku. Jangan sampai dia ke sini."

"Emang kenapa sih, sumpah kepala gua pusing. Lu aneh banget. Demi Alex."

Aku ceritakan semuanya. Tentang wasiat, perasaanku, keputusan dan pilihan yang sudah dipilih. Tiara mendengarkan dengan serius. Berkali-kali dia menyayangkan pil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Bumi Datang Dihari Pernikahan

    "Apa kamu yakin, Mir?" tanya Mas Hafidz untuk sekian kalinya. Kami duduk berdua di ruang tamu. Sementara Om dan Ibu Mas Hafidz sudah pulang. Bapak dan Mamah di kamar. "Insyallah Mas Demi Nayla."Mas Hafidz hanya menampakan senyuman. Lalu, dia pamit pulang ke rumahnya. Sementara Nayla, tidur di kamarku. "Anak cantik," ujarku mengelus kepala Nayla yang sedang terlelap. Aku melihat wajahnya, seolah-olah sedang melihat Kak Rina. "Kak, Mira bakal jaga Nayla terus. Kakak jangan khawatir, yah."Air mata menetes. Meskipun Mbak Rina sudah pergi berbulan-bulan, kesedihan tetap tidak bisa menghilang. Sosok Mbak Rina selalu melekat diingatan. Sejak kecil, kami selalu melakukan apapun bersama. Layaknya anak kembar. Saat dipisahkan seperti ini, tentu sakitnya luar biasa. [Mir, Si Bumi mau ke tempat lu. Gimana dong.]Mataku melotot membaca pesan dari Bumi. Setelah hampir tiga bulan, Bumi tidak menghampiriku, kenapa dia mendadak mau ke sini?[Satu bulan lagi aku mau menikah dengan Mas Hafidz. Tol

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Hancur (POV Bumi)

    Pov Bumi“Maaf, tidak bisa. Mira bukan muhrim kamu, sebagai suami, saya harus menjaga kehormatannya.”Perih. Hatiku bagaikan ditusuk belati. Tak menyangka hari paling meyedihkan ini terjadi. Kekasih yang dicinta malah jadi milik orang lain. Aku memang pria lemah. Tidak bisa memperjuangkan apa yang menjadi keinginanku.“Baiklah. Selamat untuk kalian. Semoga kalian bisa bahagia, walaupun menjalani pernikahan tanpa cinta,” ucapku dengan senyum miring.Mira hanya membisu. Begitu pula dengan suaminya. Mungkin mereka sadar atas uacapanku. Semuanya sudah menjadi bubur. Pernikahan di anatra Mira dan Hfidz sudah terlaksana. Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Namun, niat buruk ingin memisahkan mereka tetap ada.“Bumi, lu harus sabar, yah,” ujar Tiara menghampiriku di luar.“Kenapa kamu tidak jujur ​​soal semua ini, Ra? Kamu pasti tahu banyak tentang semua ini. Apa alasan Mira menikah dengan mantan kakak iparnya?”“Sudahlah, lu fokus aja sama masa depan lu. Gak usah kepo soal hidup Mira lagi

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Bumi Kecelakaan

    “Mau ke mana pun saya, bukan urusan Anda. Kalau Anda mau tetap kerja sama sama perusahaan ini, tunggu besok, kalau tidak, terserah.”“Stres lu. Gua tahu lu CEO di sini, tapi gak bisa seenaknya gini dong.”“Ini hidup saya, jadi terserah saya.”“Wah, parah, gara-gara ditinggal nikah sama Mira, lu jadi kurang sekilo kaya gini.”Aku diam, mendekati Tiara. Menatapnya dengan tajam. Tubuh perempuan itu mepet di mobil. Dia menujukan ekspresi ketakutan. Raut mukanya tegang. Sementara aku, terus membulatkan bola mata, dengan pancaran amarah.“Jangan pernah sebut nama perempuan itu lagi, paham?” tanyaku dengan intonasi tinggi.“I-iya, Bumi. Le-lepasin tangan gua.”“Arggh!” teriak perempuan itu kesakitan saat aku mencengkram tangannya sekuat tenaga. Saat dilepaskan, Pergelangan tangannya memerah.“Dasar stres!” umpat perempuan itu saat mobilku melaju.Aku tak tahu siapa diriku saat ini. Merasa menyesal atas perbuatanku, tetapi aku tidak tahu cara mengontrol emosi. Di hati hanya ada amarah, benci,

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   2 x 24 Jam Bersamamu

    “Tenang yah, Mas. Saat ini yang paling penting, Mas harus sehat dulu. Jangan banyak pikiran.”“Tapi aku mau kamu di sampingku, Mir.” Mira mengangguk samar. Dia memanggil suster untuk membenarkan selang infusku. Mamah dan Tiara menyaksikan aku bersama Mira dari pintu. Aku tak peduli kehadiran mereka. Hanya kedatangan Mira yang membuatku bahagia. Suasana di ruang rawat ini menjadi hangat. Layaknya suasana musim semi yang dipenuhi kelopak bungan yang berguguran.“Kamu belum makan, Mas?” Aku mengangguk.“Ya sudah, kita makan dulu, yah.”“Suapin?”“Iya aku suapin. Asal Mas Bumi janji makan yang banyak terus minum obat.”“Siap.” Aku mengacungkan satu jempol.Mira menyuapiku bubur. Rasa makanan ini terasa sangat lezat saat dia yang menyuapi. Kecelakaan malah membawa berkah untukku. Bak mimpi, aku bisa bersama Mira lagi.“Kamu tidur Mas.”“Jangan pergi.” Saat menjelang malam, mata mulai ngantuk. Aku pegang erat tangan Mira. Tak mau dia pergi sedetik pun dariku. Cinta ini begitu dalam. Sampa

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Surat Gugatan Cerai

    Pov Naya“Kamu kenapa diam saja, Mir?”“Gak papa, Mas.”“Apa masih berat meninggalkan Bumi?”“Kamu ngomong apa sih, Mas?” tanyaku sedikit marah.Marah pada diri sendiri. Ditambah rasa malu, karena Mas Hfidz bisa menelaah hatiku.Jiwa rasanya bergoyang. Mungkin ini termasuk cobaan dalam pernikahanku yang kedua. Suami baik, ekonomi lancar, tapi hati imbang. Antara belajar mencintai, tapi masih tertaut di masa lalu.“Mas paham, pernikahan ini rumit. Satu hal yang harus kamu tahu, Mas mantap menikahimu bukan hanya semata-mata karena wasiat, tapi memang niat Mas untuk beribadah, Mir.”Aku tersenyum manis pada suamiku. Memegang tangan. Selama satu bulan pernikahan, Mas Hfidz memang memperlakukanku layaknya seorang istri. Dia memberikan nafkah lahir maupun batin. Meskipun tidak bisa dipungkiri, hati kami mungkin masih terikat dengan pasangan masing-masing.“Bimbing aku jadi istri yang salehah, Mas.”“Bismillah, kita sama-sama belajar lebih baik. Mas tahu, seseorang di masa lalu kita memang ti

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Benih Cinta

    "Aku butuh waktu sendiri, Mas.""Dengarkan dulu penjelasan Mas, Mir.""Jangan halangi aku, Mas."Aku pergi begitu saja. Butuh waktu sendiri. Cukup kaget dengan sikap Mas Hafidz. Aku memang belum sepenuhnya mencintai dia. Namun, seharusnya dia tidak seenaknya. "Assalamu'alaikum, Ra, tunggu aku.""Waalaikumsalam, maksudnya apa?""Malam ini juga aku sampai di rumah kamu.""Hah, serius?""Iya.""Ada apaan, tumben banget lu kaya gini.""Nanti aku cerita."Entah setan apa yang merasuki, aku hanya ingin menjauh. Tak mau pulang ke rumah Mamah dan Bapak, takut mereka cemas dengan pernikahan ini. Lebih baik sejenak menenangkan diri di Jakarta.Selama perjalanan menggunakan bus, aku banyak merenung. Menyadari kesalahanku, belum sempurna menjadi istri. Sesekali Mas Bumi masih menganggu. Sehingga, kadang kami bertukar pesan. Namun, aku berani bersumpah, tidak ada niat mengakhiri pernikahan ini. Aku malu, jika harus gagal lagi. "Ah, masa Mas Hafidz tiba-tiba mau cerai sama lu? gua gak percaya di

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Hamil?

    "Bohong," ujarku ingin memastikan ucapan Mas Hafidz. "Kadang, kita tidak tahu kapan perasaan itu bisa datang. Yang pasti, Mas selalu mengamati kamu saat bersama Nayla, itu yang membuat rasa sayang ini jadi subur."“Hmmmm, entahlah, Mas. Bingung,” jawabku asal. Diriku sendiri tak tahu perasaan ini. "Mir, perasaan memang tak terlihat. Hanya bisa dirasakan hadirnya. Mari kita perbaiki rumah tangga kita.""Mas mau bercerai dariku bukan?""Itu dulu, Mir. Saat aku pikir kamu sangat mencintai Bumi. Namun, Mas mengubah pola pikir itu. Saat kita sudah menikah, maka apapun rintangannya harus dilewati. Mas tidak mau kandas begitu saja. Maka, Mas akan memperjuangkanmu, sampai kita benar-benar saling mencintai .""Hmmm. Aku juga tidak mau pernikahan ini hancur begitu saja, Mas. Malu. Ditambah lagi, aku tidak mau menyakiti Nayla.""Maka dari itu perbaiki semuanya. Kita pasti bisa."Aku mengangguk. Rumah tangga bukan arena permainan. Bisa bersatu seenak hati, lalu pisah begitu saja. Ada janji suci

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Ela Mempermalukan Keluarga

    POV Adam "Lepaskan!" "Penjarakan dia, Pak."Dewa berhasil aku giring ke dalam sel tahanan. Dasar pria brengsek. Bisa-bisanya dia melecehkan adikku. Kondisi ibu dan Ela sudah aman di rumah. Kerusuhan tadi, sungguh membuatku syok. Beruntung, aku bisa bergegas pulang. Segera menelpon polisi. "Pak, saya mau anak itu dipenjara. Dia sudah melecehkan adik saya, dan tidak mau bertanggung jawab.""Tenang, Pak. Laporan bapak akan kami proses. Kita tunggu dulu orang tua dari pihak saudara Dewa.""Baik, Pak. Saya akan menunggu."Aku sengaja tetap di sini, mau menemui orang tua Dewa yang terkenal sebagai bupati kota ini. Manusia macam apa orang tua Dewa, kenapa bisa melahirkan anak tidak bermoral seperti pria itu. Sebenarnya, ini juga salah Ela. Anak itu mau-maunya bertindak bodoh. Aku juga tak habis pikir kenapa ibu mengundang banyak warga sampai mengeroyok Dewa. Awalnya, aku sudah mengusulkan untuk kembali ke rumah Dewa. Beberapa hari lalu, kami sudah ke rumah orang tuanya, tetapi tidak dipe

Bab terbaru

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   TAMAT

    "Mas, ko, datang ke sini?" tanya Alina merangkul pria itu.Kami semua langsung bengong. Kecuali ibu mertua, sepertinya dia sudah tahu. Siapa pria itu? kelihatan sangat dekat dengan Alina."Kalian kenapa pada bengong?""Hehehe, enggak, Tante. Dia siapa Tante, kayanya Kahfi pernah ketemu.""Itu Wendi, Kahfi.""Om Wendi siapa, Mbah?""Kenalkan saya calon suaminya Alina." Pria itu menyalami kami semua. Aku cukup kaget saat dia mengenalkan diri sebagai calon suami Alina. Tapi, kabar ini cukup baik."Biasa aja dong, Mbak Mira. Jangan bengong. Katanya aku gak boleh jadi perebut suami orang terus. Ya udah, nih, aku buktiin cari pria lajang. Ya, walaupun duda anak satu. Setidaknya aku gak merebut punya orang.""Bagus dong. Mas mendukung kamu, Alina. Segeralah menikah, tak usah acara yang mewah, asal segera sah.""Iya Mas Hafidz tenang saja.""Mira, maafkan ibu kalau selana ini sering menyakiti hati kamu. Ternyata kamu ini memang perempuan yang sangat dicintai Hafidz. Ibu gak bakal tega memisa

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Pusara Ibu dan Ayah

    "Ma-maksudnya Diana sudah meninggal?""Sesuai yang kalian lihat. Dia meninggal karena terkena penyakit paru-paru. Perempuan itu emang aneh, dia sendiri yang menyerahkan Salma pada kalian, tapi dia yang terus menerus meratapi anaknya.""Semua ini terjadi karena kesalahanmu juga, Max. Diana pernah datang padaku dengan kondisi banyak luka. Jangan-jangan dia meninggal karena kamu juga bersikap kasar sama dia.""Hahahaha, iya betul. Aku memang tidak suka dengan perempuan itu. Sudah aku bilang jangan mengurus bayi sialan. Dia malah berani membawanya. Bayi itu sama mengesalkan dengan Diana, berkali-kali aku coba membunuhnya tetap saja tidak berhasil. Ini semua karena kalian, orang asing yang malah ikut campur.""Ja-jadi semua ini ulah Om Max? kemarin Om bilang ibu meninggal hanya karena sakit. Ternyata ... Om jahat. Om mau membunuhku, dan juga sudah berhasil membunuh ibuku.""Kamu salah, anak cantik. Bukan hanya ibumu yang aku bunuh, bapakmu juga. Dia aku beri racun saat di penjara.""Astaga

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Pulanglah, Zea

    "Kamu anak laki-laki yang bisa ayah andalkan, jaga Mamah di sini, biar Ayah yang datangi diskotik itu.""Ya elah, Yah, emang kenapa kalau Kahfi ikut. Kalau ada Kahfi bisa makin kuat ngelawan musuhnya, Kahfi ini pinter bela diri, ayah 'kan tahu Kahfi juga pernah juara di bidang pencak silat.""Bukan waktunya berdebat, Kahfi."Mas Hafidz masuk ke kamar Heri. Mereka berdua mengobrol di sana untuk membahas rencana penggerebekan. Zea harus secepatnya diselamatkan. Aku temui Kahfi di kamar tamu. Dia tampak jengkel, mukanya ditekuk, sambil murung."Ikuti kata Ayah, Kahfi Sayang. Bukan waktunya buat ngambek. Kita ada dikondisi genting.""Iya, Mah," jawab Kahfi malas. Aku tinggalkan saja dia di kamar agar bisa istirahat. ***Keesokan malamnya, Mas Hafidz dan Heri sudah mendapat informasi terkait Max. Meliputi latar belakangnya, sekilas tentang bisnis ilegalnya, dan tempat persembunyian. Menyewa detektif memang lebih cepat mendapat banyak informasi.Kami juga bersekongkol dengan pihak polisi.

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Zea Diculik

    Pov Mira"Mas, mana Zea katanya di hotel ini?" tanyaku mengedarkan pandangan ke seluruh area hotel. Mas Hafidz mengajakku bertanya pada resepsionis. "Maaf Mbak, lihat anak perempuan sekitar kelas dua SMA, pakai hijab, kulit sawo matang, namanya Zea.""Oh, Adek bernama Zea. Tadi ada di sini, Pak, katanya dia menunggu keluarganya datang. Tapi, terkahir saya lihat dia keluar dan gak balik lagi. Saya pikir sudah dijemput orang tuanya.""Astagfirulloh, jangan-jangan ada yang berbuat jahat sama Zea, Mas.""Tenang, Sayang. Kita telpon Kahfi lagi.""Hallo, Kahfi?""Iya, Yah, udah ketemu Kak Zea?""Dia gak ada di sini. Apa kamu tahu ke mana kira-kira dia pergi?""Gak ada di situ? Kahfi udah nyuruh Kakak nunggu di situ aja. Pasti ada yang culik Kakak Zea. Soalnya pas telpon dia bilang udah berhasil ngelawan orang jahat. Pasti ada yang yang gak beres, Yah.""Astagfirulloh."Persendianku semakin lemas. Baru dapat kabar bahagia, sudah dihujam kenyataan pahit. Mungkin bahaya sedang mengincar anakk

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Pov Zea

    "Ini uang buat bekal kamu di Jakarta. Kamu pergi ke alamat yang sudah Tante tulis, yah.""Beneran gak Tante ini alamat ibu kandung aku?""Iya, cari aja pria bernama Max, itu suami Ibu kamu saat ini."Sebenarnya aku ragu dengan informasi yang diberikan Tante Alina. Secara selama ini perempuan itu judes dan malah suka menjelek-jelekkanku di depan Mbah. Namun, aku juga penasaran. Mamah juga pernah bilang kalau dia dulunya tinggal di Jakarta. Jadi, bisa saja ucapan Tante Alina benar. "Ya udah, Zea pamit dulu, Tante. Nanti bilang aja sama Mamah kalah Zea ke alamat ini.""Iya, gampang. Kamu matiin aja hapenya, jangan dulu di aktifin."Aku mengangguk. Kebetulan ponselku memang sedang lowbet. Aku nekat ke Jakarta naik bis tanpa sepengetahuan Mamah dan Ayah. Kalau mereka tahu, tentu tak akan setuju. Aku memang bahagia diasuh mereka. Sama sekali tidak kekurangan kasih sayang. Tetapi, aku juga ingin bertemu orang tua kandungku. ***"Ini alamatnya?" tanyaku heran. "Ponsel? arrgh, ke mana ponse

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Zea Kabur

    "Zea buka pintunya, Sayang.""Kak Zea buka pintunya. Kita semua sayang sama Kak Zea. Jangan dengerin nenek."Berkali-kali mengetuk pintu tak ada jawaban. Aku paham, perasaan Zea pasti sangat hancur. Meski aku bukan ibu kandungnya, tetapi perasaanku juga ikut terluka. Zea sudah seperti anakku sendiri. Kenapa semuanya terbongkar dengan cara seperti ini?"Zea ... maafin Mamah, yah, Sayang," ujarku menangis. "Mah, kita biarkan Kak Zea menenangkan diri dulu, Mah. Dia pasti butuh waktu menerima semua ini."Aku hanya mengangguk lemas. Biar zea tenang dulu. Aku melangkah menjauh dari kamarnya. Ibu mertua ternyata masih menunggu untuk berdebat lagi denganku."Duduk, aku mau bicara.""Bu, pergi saja dari sini.""Kamu ngusir mertuamu sendiri?""Mira, kamu ini emang sudah gila. Terlalu membela anak pungut dibandingkan mertuamu sendiri. Akui saja kesalahanmu, dan kembalikan anak itu ke asalnya. Jangan mempersulit hidup."Aku melangkah mendekati Alina. Menjambak rambutnya. Mata melotot menatap per

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Nenek Pilih Kasih

    "Mah, Ayah apa benar?""Enggak, Sayang. Mbah lagi sakit, jadi kaya gitu.""Jangan bohong. Selama ini Zea merasa diperlakukan berbeda. Mbah selalu pilih kasih. Mbah hanya baik sama Ka Nayla, dan Kahfi. Apa mungkin Zea emang anak pungut?" Ibu mertuaku hanya diam. Wajahnya ketus tak acuh. Ini yang selalu aku takutkan. Kalau aku dan Mas Hafidz tidak ada di sini, mungkin ibu sudah membongkar semuanya. Selama ini, ibu sering keceplosan."Hust, Zea jangan berpikir yang enggak-enggak. Kita keluar aja. Kesian nenek lagi sakit.""Anak itu emang gak tahu diuntung. Aku sedang sakit, malah dia emosi. Heran. Bawa saja anak itu keluar.""Bu, jangan bicara begitu. Ibu memang sedang sakit, tapi tetap jaga perasaan cucu ibu. Jangan bicara seenaknya.""Kalian keluar saja. Biar Kahfi yang di sini. Ibu pusing liat kalian.""Kahfi, jaga nenek kamu. Mamah, Ayah, sama Kak Zea nunggu di luar."Kahfi mengangguk. Meski anak itu suka ribut dengan kakaknya, tetap saja dia sangat menyayangi Zea. Kahfi tidak ikut

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   15 Tahun Kemudian

    "Kahfi ... Ya Allah!" teriakku emosi dengan kelakuan anak bungsu. Kahfi dan Zea mirip ton dan jerry. Setiap hari selalu bercanda keterlaluan. Kejar-kejaran ke sana ke sini. Seperti hari ini, Kahfi menendang ember yang berisi pakaian yang akan di jemur. Lalu lari terbirit-birit karena di kejar kakaknya."Zea, cukup, Sayang. Kalian ini kenapa, sih. Sehari saja jangan ribut.""Hahaha, sini maju kalau berani. Ah, kakak payah.""Dasar adik durhaka. Kamu yang salah, malah berani-beraninya nantangin.""Emangnya ada apa sih?""Itu, Mah, Adek liat video mesum.""Bohong, Mah. Wah, Kakak suka membalikan fakta. Yang ada, kakak tuh, ketahuan mojok di sekolah sama cowok berandalan.""Namanya Rey, enak aja kamu sebut cowok berandalan.""Emang dia cowok berandalan. Kakak aja yang mau dibego-begoin.""Wah, mulutnya minta digeplak sendal swallow, sini kamu."Dua anak itu tidak kapok mendengar teriakanku. Terus berlarian ke sana ke mari. Aku kejar mereka, lalu menjewer kuping keduanya."Kalian ini.""A

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Bahagia Punya Tiga Pelita

    "Mas, ibu gak dikejar?""Gak usah, besok Mas bicara lagi sama ibu. Gak biasanya ibu kaya gitu. Semoga perlahan ibu bisa menerima.""Aamiin. Maaf yah, Mas.""Kenapa minta maaf, Sayang?" "Ya, kamu sama ibu jadi ribut gara-gara aku.""Bukan gara-gara kamu, Sayang. Kita hadapi bersama yah. Apapun sekuensi mengadopsi Zea. Toh, niat kita baik. Allah maha tahu."Aku peluk suamiku. Mencium pipinya tanda cinta. Bahagianya punya suami sangat bijaksana. Karunia terindah yang pernah aku miliki. Setiap rumah tangga pasti ada badainya. Tidak ada yang baik-baik saja. Jika ada keluarga yang terlihat sangat harmonis, itu tandanya komunikasi antar anggota keluarga berjalan baik. Adanya komunikasi, bisa membuat kita saling memahami, dan menghargai. *****"Sayang, bentar liatin adek Kahfi dulu yah.""Siap, Mah."Aku kebelet ke toilet. Nikmat sekali punya anak bayi dan balita. Padahal, Salwa sudah diurusi pembantu rumah ini. Tetap saja aku kewalahan. Makan tidak tenang, mau mandi saja kerepotan. Masih

DMCA.com Protection Status