"Bangunlah dulu, nanti keburu azan. Insya Allah, aku pijat setelah pulang dari masjid."*** Setelah dipijat, Aditya tidak merasa membaik, malah moodnya ikut-ikutan memburuk. Bosan mulai menyergap, senyum Salwa tak lagi menyenangkan, bahkan ingin sekali keluar rumah, pergi ke kafenya. “Aku makan di luar saja, ya. Aku buru-buru nih,” ucap Aditya setengah berteriak. Salwa di dapur mengernyit. Ia bergegas keluar, dengan langkah terbatas disebabkan kakinya tidak sepenuhnya pulih. “Dit!” teriaknya. Sayangnya, Aditya telah keluar. Mesin mobil telah menyala, ketika ia berhasil sampai ke pintu. “Hati-hati di jalan. Jangan lupa doa keluar rumah,” serunya. Tidak mungkin lagi baginya untuk bertanya banyak hal. “IYA,” teriak Aditya. Kening Salwa semakin mengerut tajam saat mendengar nada dari teriakan Aditya. Ia berbalik, menoleh ke arah jam di dinding. Jarum pendeknya baru menunjukkan pukul tujuh. Ada apa dengan Aditya? Ia menarik napasnya dalam, mengingat upayanya saat ini ingin ikutan te
Read more