(POV RAIHAN)"Apa ngga ada wanita lain, Bu? Kenapa harus dia?" Aku mengajukan protes pada Ibu. Wajar, ya. Aku merasa dizalimi kali ini. Tanpa menanyakan padaku terlebih dahulu, Ibu mengambil keputusan sendiri. Memaksaku ikut ke rumah salah seorang pembantu kami dulu, Bik Sumi."Dia anak baik. Cocok menjadi istrimu, Nak."Cocok, sih, cocok, tapi bukan dengan dia juga kali, Bu. Anak pembantu, gaya berpakaian kuno, masih terlalu muda, belum tentu juga cantik."Dia cantik, kok," ujar Ibu setengah berbisik. Wanita paruh baya yang duduk di sampingku ini seperti bisa membaca isi hatiku."Cantik dari mana? Wajahnya saja ditutup begitu. Korengan kali, ngga?" umpatku kesal."Hussh! Jangan asal ngomong."Aku dan Ibu masih berbisik-bisik. Sesekali aku melirik ke arah wanita yang duduk di depanku. Posisi kami di halangi dengan sebuah meja kayu bulat. Didampingi oleh kedua orang tuanya, wanita yang kuketahui bernama Aira tersebut lebih sering menunduk. Aku sama sekali tidak bisa melihat wajahnya, a
Last Updated : 2022-09-19 Read more