Home / Pernikahan / Kejutan di Rumah Majikan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kejutan di Rumah Majikan: Chapter 11 - Chapter 20

127 Chapters

Tamu

Niko mengangkat tangannya dan menyuruh para satpam berhenti menunduk. Kemudian, dia berjalan santai sambil menujukan jari telunjuk di bibirnya. Tanda, dia tak mau diketahui oleh seseorang keberadaannya di tempat itu. Semua satpam dalam pos jaga rumah mewah milik nyonya Greta itu lalu mengangguk dan menuruti perintahnya.Niko kemudian mengarahkan sebuah kunci pada mobil sport berwarna biru terang yang terparkir agak jauh dari rumah mewah itu, dan masuk ke dalamya. Tanpa menoleh lagi, dia segera menancapkan gas, melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota. Mobilnya terus melaju kencang, dengan kecepatan tinggi. Hingga setengah jam kemudian, mobilnya berhenti di area parkir sebuah kawasan apartemen mewah dan terbesar di kota ini.Niko masuk ke sebuah unit apartemen miliknya. Setelah membersihkan diri di kamar mandi dia merebahkan dirinya di atas ranjang empuk miliknya. Mata Niko terpejam, namun yang muncul dalam bayangannya membuat dia tersentak kaget."Hani," gumamnya dalam hati.Kini
Read more

Sayang sekali

"Nggak bisa bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan nyonya Greta?" tanya pak Paijo pada ibu Siti."Heh, kamu tinggal buka pintu gerbangnya dan biarkan kami masuk!" perintah ibu Siti seakan dialah pemilik bangunan mewah di depan matanya.Seorang penjaga berinisiatif menelpon nyonya Greta, yang kebetulan sedang berada di kantor. Setelah mendapatkan izin dari nyonya Greta, ibu Siti dan Nita diperbolehkan masuk ke dalam rumah utama. Mbok Rumi lalu membuka pintu depan dan matanya membulat melihat ibu mertua dan ipar sang Nyonya yang sudah terpampang nyata di hadapannya."Apa kami boleh masuk, bi?" tanya Nita yang sudah tak memiliki kesabaran lagi. Namun, dia melengos masuk ke dalam rumah milik kakak iparnya itu dengan tak sopan. Dengan cepat, dia memilih duduk di sebuah sofa di ruangan tamu.Mbok Rumi sepertinya tak perlu repot mempersilahkan tamu spesial sang majikan untuk duduk. Dia memilih berbalik dan akan menuju ke dapur."Bibi!" panggil Nita.Mbok Rumi berbalik ke arah Nita dengan sop
Read more

POV Bram

Kisah pertemuanku dengan Greta sudah berlangsung selama tiga bulan. Awalnya, aku melihat mobilnya berhenti di tengah hutan pinus menuju ibu kota. Jalanan yang cukup sepi dan rawan begal. Setelah truk milikku mendekati, ternyata mobilnya memang sedang dipalak oleh beberapa orang begal.Tanpa berpikir panjang, aku menepikan truk yang aku kemudikan. Walau para begal berjumlah lima orang, aku bisa menghadapi mereka satu per satu. Berbekal dengan kemampuan bela diri yang sempat aku pelajari saat remaja dahulu, akhirnya tak membutuhkan waktu yang lama, aku dengan mudah bisa menumbangkan mereka satu per satu. Hingga mereka memilih melarikan diri meninggalkan kami berdua."Te--ri-ma kasih sudah menolong aku. Kalau nggak ada kamu aku tak bisa mengira hidupku akan menjadi apa," ucapnya dengan nada bergetar karena ketakutan. Dan air mata yang berlinang.Wanita di hadapanku sangat cantik dengan penampilannya yang pasti dia adalah orang kaya. Usianya mungkin berbeda jauh di atasku. Meski dia sedang
Read more

Pov Bram 2

Hatiku lega. Ternyata, segala rencana yang dirancang oleh ibu dan Nita sangat memudahkan aku, sampai aku menemukan Hani mengirim pesan di aplikasi hijau millikku.[ Mas, uang belanjaku sudah habis. Malam ini sepertinya aku kehabisan beras. ]Begitu bunyi pesan singkat yang dia kirimkan padaku. Padahal, dia hanya hidup sendiri di rumahku. Aku pun jarang pulang. Masa jatah tiga ratus ribu setiap bulan untuknya, kurang? Aku rasa itu lebih dari cukup, kan? Jadi, kudiamkan pesan itu. Biarkan saja dia, siapa suruh tak bisa mengelola keuangan dengan baik?Aku lebih banyak memberi gajiku sebagai supir truk untuk ibu dan Nita. Meski aku menikahi Hani karena cinta, tapi bagiku prioritas utamaku adalah ibu dan Nita. Apa pun yang ibu dan Nita inginkan, aku ingin memenuhi semuanya.Ini adalah bentuk bakti ku pada ibu yang sudah membesarkan aku dan Nita dengan susah payah. Dan setelah dewasa, aku ingin membahagiakan mereka. Tak ada yang bisa aku andalkan dari Hani ternyata. Setelah perjumpaan aku
Read more

Tak sarapan

Seperti malam-malam sebelumnya, Hani keluar dari rumah utama menuju ke kamarnya. Rasa lelah dan mengantuk bercampur menjadi satu. Hari ini, tamu nyonya Greta benar-benar berhasil membuat kekacauan. Sungguh Hani tak bisa mengira, semua kecerobohan mantan ibu mertua dan mantan iparnya lakukan.Perlahan, Hani berjalan menyusuri jalan kecil. Sebenarnya, hatinya sangat terasa tersiksa. Ibu mertua dan ipar yang pernah sangat dia hormati, ternyata tunduk di bawah uang dan kekuasaan. Jika nyonya Greta bisa memberikan segalanya untuk mereka, pantaslah Hani disingkirkan."Berhati-hatilah kamu di rumah ini Hani. Bersiaplah untuk menderita!" Bahkan, Nita terang-terangan mengancamnya saat berbisik.Hari ini, mata Hani benar-benar terbuka mengenai kebusukan ibu mertua dan Nita di belakangnya selama ini.Jika dipikirkan, apa kekurangan Hani? Hasil pekerjaan mas Bram selalu menjadi hak mereka. Hani hanya mendapat jatah sisa dari itu.Hani adalah menantu yang penurut, dan tak banyak menuntut. Dengan
Read more

Obat yang salah

Sebuah brownies coklat matang dengan sempurna. Nyonya Greta mengeluarkannya dari oven listrik miliknya. Lalu menghirup aroma brownis yang masih mengeluarkan uap panasnya. Sambil tersenyum puas dan bergumam,"Sempurna.""Mbok Rumi, tolong bangunkan ibu mertua dan ipar ku di kamarnya."Pinta nyonya Greta sambil menata kue di atas piring saji dan menuangkan teh pada empat cangkir gelas.Nyonya Greta berniat intuk meminum teh di taman belakang."Baik nyonya. " Jawab mbok Rumi.Segera dia menuju ke kamar tamu. Saat mbok Rumi hendak mengetuk pintu kamar tamu majikannya, pintu dibuka dari arah dalam. Ibu Siti dan Nita sepertinya baru selesai mandi."Selamat sore, ibu Siti dan mbak Nita diminta nyonya Greta menuju taman belakang.Dengan sopan mbok Rumi mengatakan apa yang diminta nyonya Greta padanya.Wajah ibu Siti terlihat kecut, tak menampakkan keramahan di sana.Diikuti juga oleh Nita, yang dengan sombongnya melewati mbok Rumi tanpa permisi. Mbok Rumi hanya menghela napas, dengan tingkah me
Read more

Kecewa

A--duh, kok perut ibu mendadak sakit yah?"Ibu Siti mengeluhkan perutnya terasa melilit sakit, diikuti oleh Nita yang juga merasakan hal yang sama.Gegas Nita berdiri berniat menuju ke belakang."Tu--nggu Nit, biar ibu dahulu yang ke belakang." Ibu Siti menghentikan langkah putrinya, namun Nita tak menjawab memilih berlari menuju ke belakang."A--duh Nita! Perut ibu sakit, pengen ke belakang." Teriak ibu Siti, namun tak diindahkan oleh Nita yang sudah masuk terlebih dahulu ke toilet.Mau tak mau ibu Siti berlari menuju ke kamarnya, dia berlari kecil sambil memegang perutnya yang terasa sakit.Greta dan Bram hanya saling berpandangan melihat tingkah ibu Siti dan Nita. Ada apa dengan keduanya. Sambil terus melanjutkan makan malam mereka, ibu Siti dan Nita terlihat beberapa kali berlari bergantian menuju ke toilet. Hingga ke lima kalinya, ibu Siti sudah tak memiliki tenaga lagi."Bram, kenapa perut ibu sakit sekali ya. Kok berbarengan sama Nita. Apa kue buatan istri kamu dari bahan yan
Read more

Menuduh

"Nyonya sudah ditunggu nyonya Greta di meja makan."Ucap Winda dengan sopan sesuai permintaan Ibu Siti pada para pelayan.Wajah ibu Siti tersenyum senang, ada rasa bangga tersendiri saat seorang pelayan menyebutnya dengan sebutan nyonya. Dengan angkuh dia berjalan mendahului Winda. Diikuti oleh putri kesayangannya, menuju meja makan. Dimana putra dan menantunya sedang menunggu kedatangan mereka. Setelah duduk, nyonya Greta mempersilahkan ibu mertuanya mulai makan."Silahkan dimakan bu, ini sup daging pilihan yang Greta buat. Enak sekali, Bram sering dibuatkan sup ini setiap hari. Tau nggak bu, sup ini juga baik untuk kesehatan," ucap Bram panjang lebar.Bagaimana olahan daging pilihan dan sayuran yang harganya sangat mahal dihidangkan spesial untuk ibunya, membuat Bram sangat bersyukur. Memiliki istri yang sangat kaya raya, dan juga sangat menyayangi keluarganya. Bram sangat menghargai usaha istrinya, dengan memuji masakan istrinya.Ibu Siti membuka mangkuknya, uap sup itu masih menge
Read more

Sindiran

Nyonya Greta semakin kesal, apa pun yang dia lakukan semua serba salah. Segala yang dia buat penuh cinta berakhir dengan tuduhan yang menyakitkan hatinya. Tahu begini, biarlah mbok Rumi dan para pelayan yang melakukan tugasnya. Mulai besok, dia tak ingin memasak lagi."Ayolah sayang kita kembali turun menemui ibu," bujuk Bram pada istrinya itu."Tapi, aku tak mau meminta maaf. Bukan salahku menaruh belatung di sup itu," ujar Greta kekeh, tak ingin disalahkan."Baiklah, tapi setidaknya kita bicarakan baik-baik bersama ibu."Nyonya Greta akhirnya memutuskan mengikuti kemauan suaminya.Ibu mertua dan Nita masih duduk di meja makan. Saat melihat wajah Greta dan Bram turun dari lantai atas, ibu Siti memalingkan wajahnya. Dia merasa sudah dikerjai habis-habisan oleh menantunya saat ini."Bram, besok kalau mau membuatkan masakan buat ibu dan Nita, pakai perasaan dong. Jangan mentang-mentang ibu dan Nita datang dari kampung, terus pelayan kamu dengan seenaknya membuat masakannya yang menjiji
Read more

Terkunci

" Ibu, apa yang kalian lakukan di sini?"Wajah nyonya Greta membuat ketiga orang itu terkejut setengah mati.Wajah ibu Siti dan Nita mendadak menjadi tegang, juga tak bersuara. Kenapa Greta bisa berada di sini. Apa dia mendengar semua perkataan buruknya pada Hani. Ah, Kenapa harus secepat ini mereka ketahuan."Ibu, kenapa kalian berada di kamar Hani?" Tanya Greta penuh selidik. "Nita apa ada yang sedang kalian sembunyikan dariku di sini?" Greta bertanya penuh penekanan. "Aduh, apa yang harus aku katakan pada iparku ini. Bagaimana kalau aku salah bicara. Bisa saja Greta akan mengusir aku dan ibu. Padahal aku masih ingin berlama-lama tinggal di rumah ini, masih ingin menikmati fasilitas mewah milik kakak ipar kaya raya ini," gumam Nita dalam hatinya.Sedang Hani tak ingin ikut campur. Dia memilih diam, lebih tepatnya dia ingin sekali melihat bagaimana ibu mertua dan iparnya berdalih. "Ayolah ibu, katakanlah alasannya," gumam Hani dalam hatinya. Dia suah tak sabar mendengar jawaban
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status