Home / Romansa / Mbak Arsitek Perancang Cinta / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mbak Arsitek Perancang Cinta: Chapter 81 - Chapter 90

101 Chapters

Bab 81.  Salah Kelas

Mata ini tidak berkedip melihat sosok yang menebar senyuman itu. Keindahan tubuh yang dipamerkan itu, melemparkan ingatan ini pada kejadian di kantor dulu. Masih terlintas jelas bagaimana dia membusungkan dada di depan Kak Mahe, dengan suara mendesah menyebut nama suamiku itu.Genggaman tangan ini terkepal erat dengan sendirinya. Seakan bersiap dilontarkan kepada sosok yang berusaha memikat kembali lelakiku.“Kenapa, Litu. Kok kamu kelihatan tegang gitu?” tanya Alysia yang sudah berdiri di hadapanku.Pasti dia heran melihat raut wajahku ini, yang biasanya tersenyum lebar menyambut kehadirannya.“Gara-gara itu.” Aku mengarahkan dagu ke wanita yang seingatku bernama Monika. Dia masih menebar pesona dengan berhai-hai dengan tamu yang sudah datang sebelumnya.Pasti mereka teman-temannya sekalangan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tamu-tamu bersenda gurau dengan minuman di setiap tangan mereka. Pikiranku mulai berputar liar mengingat cerita Kak Mahe dulu. Mereka tidak segan melaku
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Bab 82. Nyonyaku

Wajah Alysia semakin terlihat kesal. Sudah tidak ada lagi sisa senyuman yang biasanya tersematkan di wajah malaikatnya. Apalagi panggilan ponsel darinya untuk Mas Sakti tidak kunjung ditanggapi.“Kamu tunggu di sini. Aku yang mendatangi mereka.”Aku beranjak dari duduk, merapikan gaunku dan melangkahkan kaki ke arah mereka. Ini saatnya aku membantu Alysia dan menunjukkan siapa aku sebenarnya. Mereka akan seenaknya sendiri, dan merasa mereka lebih, kalau kita diam saja.Seorang Lituhayu harus berani. Orang kaya atau biasa, bahkan miskinpun sama-sama makan nasi. Apa yang ditakutkan kalau kita tidak berbuat salah.Kak Mahe yang duduk satu arel dengan Mas Sakti terlihat asyik mengobrol dengan teman satunya. Sedangkan Mas Sakti sibuk berusaha menepis tangan Monika yang mulai beraksi.Kaki jenjangku melangkah dengan percaya diri. Tubuh aku tegakkan dengan kepala sedikit mendongak, seakan menunjukkan aku bisa mampu melakukan apa saja. Menurut artikel yang pernah aku baca, sikap tubuh menent
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

Bab 83. Terbebas

Aku mendesah lega. Akhirnya bisa keluar dari pesta yang membuatku tersiksa.Bermacam jenis manusia yang baru aku temui, membuatku begidik. Tidak pernah terbayangkan ada golongan semacam mereka yang di rumah megah itu. Mereka seperti hidup di lapisan berbeda dengan kehidupanku selama ini.Sisi glamor, terhormat, bahkan kesuksesan yang aku lihat pada mereka, hanya kamuflase yang membungkus kehidupan yang liar.“Capek?” seru suamiku. Tangan kirinya terulur mengusap kepalaku, sedangkan tangan kirinya tetap di kemudi.“Lelah jiwa raga, Kak,” ucapku kemudian melepas high hell yang sedari awal mencengkeram kaki ini.“Tidurlah. Sampai rumah aku bangunkan,” ucapnya sesaat, sebelum kedua tangannya kembali ke ke kemudi. Kemudian tubuh ini merasakan, kecepatan kendaraan ini bertambah.Ingin aku pejamkan mata, tapi saat terpejam justru kejadian di pesta itu terpampang nyata.Tidak ada norma lagi di kalangan mereka. Hukum yang diterapkan hanya hukum rimba. Mana yang kuat, itu yang berkuasa. Siapa y
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 84. Keluarga Papi

“Iya, Ma. Aku akan usahakan datang.”Suara berat suamiku, samar terdengar bercampur dengan mimpiku yang bersambung. Mata ini mengerjap, dan terpejam kembali karena silau cahaya yang menyelusup dari tirai putih yang berkibar.Mata ini masih berat, tapi hati bersorak ingin menikmati pemandangan yang terpampang di depan jendela besar ini. Siluet tubuh Kak Mahe yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana jogger berwarna putih. Tubuh yang tadi malam menenggelamkan aku setelah menjawab ejekanku.“Walaupun om-om. Tapi ini om yang meresahkan,” celetuknya tadi malam, membuat bibir ini tersenyum di dalam gendongannya. Tentu saja, dia menunjukkan seberapa dia meresahkan. Sampai-sampai diri ini memilih tidur kembali setelah membersihkan diri pagi subuh tadi.Berbeda dengan dia yang memilih untuk olah raga. Aku lebih asyik menyelusup di balik selimut sambil mengurai tubuh yang terasa remuk redam karena ulahnya. Umur memang kalah muda, tapi ukuran tenaga dan hasrat, aku harus berusaha unt
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 85. Tahap Menilai

“Oh ini istrinya kamu?” Sambutan dengan bahasa yang kaku, dan membuat hati ini langsung was-was.Perempuan sekitar seumuran denganku, menghampiri kami tanpa mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Seakan enggan meletakkan minuman yang ada di genggaman. Wajah menunjukkan lengkungan senyuman kaku. Dengan tampilan cenderung seperti orang luar, walaupun perawakannya tidak terlalu tinggi. Aku pastikan ini yang namanya Clara.“Iya. Saya Lituhayu, istri Mahendra,” sahutku cepat seraya menarik sedikit ujung bibir.Dia hanya melirikku sebentar, dan kembali menatap suamiku.“Kapan kamu datang?”Aku menilik wajah Kak Mahe. Dia terlihat dingin, tidak seperti orang kebanyakan yang bertemu saudara dekat yang lama tidak bertemu. Bahkan, dengan santainya dia menarik tanganku untuk masuk menuju rumah belakang, tanpa menunggu jawaban gadis itu.Gaya pertemuan keluarga yang aneh.Di ruang tengah seorang laki-laki muda tiduran di sofa panjang. Dari gaya dia pegang ponsel, aku pastikan sedang asyik me
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 86. Dia Pasti Menyesal

“Litu, anak menantu Mama.” Mertuaku merentangkan kedua tangannya dan aku pun langsung menghampiri. Pelukan hangat berakhir dengan mencium tangannya.“Federik! Maura! Sini! Ini lo Lituhayu yang aku ceritain di mobil!” teriak Mama Lia dan disusul kedatangan laki-laki berwajah mirip Kak Mahendra dan perempuan bule. Ternyata ini om dan tantenya suamiku.Aku langsung menghampirinya, menyambut tangannya sambil memperkenalkan diri.“Ini istrinya Mahendra. Pantes dia sampai berbuat nekad gitu,” seru Om Federik. Aku sedikit mengernyit mendengan ucapannya. Kak Mahe berbuat nekad apa? Aku tidak mengerti.“Yah, namanya falling in love. Kamu tidak beda dengan Mahendra. Sampai dibuang ke negeri orang. Iya, kan?”“Ini karena kamu, Honey. I love you so much.” Seperti tidak ada orang, Om Federik meraih pinggang istrinya dan mencium bibirnya.Hmm….Budaya luar kalau di bawa ke sini terlihat bagaimana gitu. Walaupun hal seperti ini di sana sudah biasa. Batinku sambil mengalihkan pandangan.Kekikukan terp
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Bab 87.  Semua Karena Saham

Jalan di depanku seperti menunjukkan betapa terjal yang harus aku lalui saat bersama Kak Mahe. Gaya pertemanan sosialita yang tidak nyaman, dan hubungan keluarga yang menekankan pada untung dan rugi yang berhubungan dengan materi. Setelah kejadian di toilet, aku kembali ke ruangan semula. Mama Lia dan Tante Maura sudah menyambutku. “Kemana saja kamu, Sayang.” “E, saya ke merapikan riasan sebentar.” Kemudian duduk bergabung dengan mereka yang sudah bersiap di meja makan. Kami mulai makanan yang sudah terhidang di meja besar ini. Makanan yang mayoritas berbahan ikan disajikan dengan bumbu-bumbu yang terasa asing di lidah ini. Mereka berbincang dan aku menyimak dengan sesekali menimpali. Tante Maura menyodorkan minuman berwarna kuning di gelas berkaki, setelah makan malam usai. Para lelaki bercengkrama di sudut sana, sedangkan kami berbincang di sofa. “Eh, Litu jangan kamu kasih itu!” seru mertuaku menghentikan tangan istri Om Federik ini. “Kenapa? Apa dia hamil?” “No, Maura. Litu
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

Bab 88. Menuntut Jawab

Rasa penasaranku membuatku tidak bisa memejamkan mata. Terlebih saat terbangun sendirian seperti sekarang ini.Sesampai di rumah, kami langsung membersihkan diri dan bersiap tidur. Rasa lelah terlihat sangat di wajah Kak Mahendra. Tidak biasanya dia membebaskan aku dari tuntutan menghangatkan malam. Sekarang, aku bisa bersantai, walaupun merasa ada yang kurang.Beringsut aku secara perlahan, jangan sampai mengganggu dengkur halus suamiku ini. Kaki ini turun dari ranjang dan berjingkat keluar ruangan. Berpikir lebih, membuatku lapar dan haus.Tujuanku lemari pendingin. Aku ingat, ada cake coklat dan roti kelapa yang belum aku sentuh. Sepertinya enak aku nikmati bersamaan dengan coklat panas, dan menikmatinya di teras belakang. Entah kenapa, sekarang lidahku lebih menyukai minuman coklat dibandingkan dengan kopi hitam kental kesukaanku.Sambil bersenandung, tangan ini mencolek dan mencicipi mana yang aku pilih.Hmm….akhirnya aku kembali menjadi Litu yang dulu. Makan dan tidur seenaknya
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 89. Kamu Lebih Berharga

Aku ini bukan siapa-siapa yang patut mendapatkan pengorbanan sebegitu besar. Apalagi bagi seorang Mahendra. Bos besar dengan jabatan tertinggi, pewaris utama di keluarga ini, serta lelaki idaman wanita. Dia seperti pangeran yang di posisi puncak, sedangkan aku hanyalah perempuan lewat yang kebetulan terlihat olehnya. Ini tidak masuk di akal. “Tidak penting siapa yang mengatakan semua pengorbanan Kak Mahe. Pertanyaannya, kenapa hal sebesar itu dilakukan?” Mata ini tidak terlepas dari wajah suamiku. Aku seperti mendapat kesempatan untuk memuaskan rasa penasaran yang menggerogoti ketenangan. Sekarang, aku menuntut jawaban. Tangan yang mencengkeram kuat di lengan ini, mulai mengendur. Seakan tahu, apa yang berkecamuk di dalam hatiku. Pelan, dia mengusap lembut. Telapak tangan menyusuri dan berakhir dengan mengaitkan jemari kami. “Karena aku mencintaimu.” Satu ujung bibirku tertarik ke atas membentuk senyuman. Cinta? Alasan yang terdengar seperti kisah picisan. Semua pasangan akan
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Bab 90.  Ada Yang Hilang

Siapa bilang menikah dengan orang kaya dan terpandang seperti Kak Mahendra ini enak. Orang akan melihat aku seperti Cinderalla. Gadis upik abu yang menjadi permaisuri yang tidak kekurangan suatu apa.Memang, aku tidak kekurangan apapun terutama yang merujuk pada materi. Mau makan apapun tinggal tunjuk. Ingin baju bahkan perhiasan model apapun tinggal beli, kalau malas pergi penjual pun bisa datang mengantar.Semua bisa diadakan asal ada label harganya.Namun, ada yang hilang dan itu sangat berharga bagiku dan tidak bisa dibeli dengan uang. Kebebasan dan ketulusan.Sekarang, dengan kesibukan yang semakin sarat, aku tidak bisa menebeng satu mobil dengan Kak Mahe lagi. Jadwal kerja dan tujuan kami berbeda. Karenanya, sudah disiapkan mobil mewah keluaran terbaru lengkap bersama sopir.“Kak Mahe, aku bisa mengemudi sendiri. Tidak enak kalau disupiri ke sana sini.” Aku melontarkan keberatan. Agak aneh bersama orang lain yang aku tidak boleh dekat atau berbincang santai.Tersiksa orang sepe
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status