Share

Bab 82. Nyonyaku

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 02:46:10

Wajah Alysia semakin terlihat kesal. Sudah tidak ada lagi sisa senyuman yang biasanya tersematkan di wajah malaikatnya. Apalagi panggilan ponsel darinya untuk Mas Sakti tidak kunjung ditanggapi.

“Kamu tunggu di sini. Aku yang mendatangi mereka.”

Aku beranjak dari duduk, merapikan gaunku dan melangkahkan kaki ke arah mereka. Ini saatnya aku membantu Alysia dan menunjukkan siapa aku sebenarnya. Mereka akan seenaknya sendiri, dan merasa mereka lebih, kalau kita diam saja.

Seorang Lituhayu harus berani. Orang kaya atau biasa, bahkan miskinpun sama-sama makan nasi. Apa yang ditakutkan kalau kita tidak berbuat salah.

Kak Mahe yang duduk satu arel dengan Mas Sakti terlihat asyik mengobrol dengan teman satunya. Sedangkan Mas Sakti sibuk berusaha menepis tangan Monika yang mulai beraksi.

Kaki jenjangku melangkah dengan percaya diri. Tubuh aku tegakkan dengan kepala sedikit mendongak, seakan menunjukkan aku bisa mampu melakukan apa saja. Menurut artikel yang pernah aku baca, sikap tubuh menent
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Desak Kayan Puspasari
kasi adipati aja monika, wkwkwk....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 83. Terbebas

    Aku mendesah lega. Akhirnya bisa keluar dari pesta yang membuatku tersiksa.Bermacam jenis manusia yang baru aku temui, membuatku begidik. Tidak pernah terbayangkan ada golongan semacam mereka yang di rumah megah itu. Mereka seperti hidup di lapisan berbeda dengan kehidupanku selama ini.Sisi glamor, terhormat, bahkan kesuksesan yang aku lihat pada mereka, hanya kamuflase yang membungkus kehidupan yang liar.“Capek?” seru suamiku. Tangan kirinya terulur mengusap kepalaku, sedangkan tangan kirinya tetap di kemudi.“Lelah jiwa raga, Kak,” ucapku kemudian melepas high hell yang sedari awal mencengkeram kaki ini.“Tidurlah. Sampai rumah aku bangunkan,” ucapnya sesaat, sebelum kedua tangannya kembali ke ke kemudi. Kemudian tubuh ini merasakan, kecepatan kendaraan ini bertambah.Ingin aku pejamkan mata, tapi saat terpejam justru kejadian di pesta itu terpampang nyata.Tidak ada norma lagi di kalangan mereka. Hukum yang diterapkan hanya hukum rimba. Mana yang kuat, itu yang berkuasa. Siapa y

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 84. Keluarga Papi

    “Iya, Ma. Aku akan usahakan datang.”Suara berat suamiku, samar terdengar bercampur dengan mimpiku yang bersambung. Mata ini mengerjap, dan terpejam kembali karena silau cahaya yang menyelusup dari tirai putih yang berkibar.Mata ini masih berat, tapi hati bersorak ingin menikmati pemandangan yang terpampang di depan jendela besar ini. Siluet tubuh Kak Mahe yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana jogger berwarna putih. Tubuh yang tadi malam menenggelamkan aku setelah menjawab ejekanku.“Walaupun om-om. Tapi ini om yang meresahkan,” celetuknya tadi malam, membuat bibir ini tersenyum di dalam gendongannya. Tentu saja, dia menunjukkan seberapa dia meresahkan. Sampai-sampai diri ini memilih tidur kembali setelah membersihkan diri pagi subuh tadi.Berbeda dengan dia yang memilih untuk olah raga. Aku lebih asyik menyelusup di balik selimut sambil mengurai tubuh yang terasa remuk redam karena ulahnya. Umur memang kalah muda, tapi ukuran tenaga dan hasrat, aku harus berusaha unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 85. Tahap Menilai

    “Oh ini istrinya kamu?” Sambutan dengan bahasa yang kaku, dan membuat hati ini langsung was-was.Perempuan sekitar seumuran denganku, menghampiri kami tanpa mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Seakan enggan meletakkan minuman yang ada di genggaman. Wajah menunjukkan lengkungan senyuman kaku. Dengan tampilan cenderung seperti orang luar, walaupun perawakannya tidak terlalu tinggi. Aku pastikan ini yang namanya Clara.“Iya. Saya Lituhayu, istri Mahendra,” sahutku cepat seraya menarik sedikit ujung bibir.Dia hanya melirikku sebentar, dan kembali menatap suamiku.“Kapan kamu datang?”Aku menilik wajah Kak Mahe. Dia terlihat dingin, tidak seperti orang kebanyakan yang bertemu saudara dekat yang lama tidak bertemu. Bahkan, dengan santainya dia menarik tanganku untuk masuk menuju rumah belakang, tanpa menunggu jawaban gadis itu.Gaya pertemuan keluarga yang aneh.Di ruang tengah seorang laki-laki muda tiduran di sofa panjang. Dari gaya dia pegang ponsel, aku pastikan sedang asyik me

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 86. Dia Pasti Menyesal

    “Litu, anak menantu Mama.” Mertuaku merentangkan kedua tangannya dan aku pun langsung menghampiri. Pelukan hangat berakhir dengan mencium tangannya.“Federik! Maura! Sini! Ini lo Lituhayu yang aku ceritain di mobil!” teriak Mama Lia dan disusul kedatangan laki-laki berwajah mirip Kak Mahendra dan perempuan bule. Ternyata ini om dan tantenya suamiku.Aku langsung menghampirinya, menyambut tangannya sambil memperkenalkan diri.“Ini istrinya Mahendra. Pantes dia sampai berbuat nekad gitu,” seru Om Federik. Aku sedikit mengernyit mendengan ucapannya. Kak Mahe berbuat nekad apa? Aku tidak mengerti.“Yah, namanya falling in love. Kamu tidak beda dengan Mahendra. Sampai dibuang ke negeri orang. Iya, kan?”“Ini karena kamu, Honey. I love you so much.” Seperti tidak ada orang, Om Federik meraih pinggang istrinya dan mencium bibirnya.Hmm….Budaya luar kalau di bawa ke sini terlihat bagaimana gitu. Walaupun hal seperti ini di sana sudah biasa. Batinku sambil mengalihkan pandangan.Kekikukan terp

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 87.  Semua Karena Saham

    Jalan di depanku seperti menunjukkan betapa terjal yang harus aku lalui saat bersama Kak Mahe. Gaya pertemanan sosialita yang tidak nyaman, dan hubungan keluarga yang menekankan pada untung dan rugi yang berhubungan dengan materi. Setelah kejadian di toilet, aku kembali ke ruangan semula. Mama Lia dan Tante Maura sudah menyambutku. “Kemana saja kamu, Sayang.” “E, saya ke merapikan riasan sebentar.” Kemudian duduk bergabung dengan mereka yang sudah bersiap di meja makan. Kami mulai makanan yang sudah terhidang di meja besar ini. Makanan yang mayoritas berbahan ikan disajikan dengan bumbu-bumbu yang terasa asing di lidah ini. Mereka berbincang dan aku menyimak dengan sesekali menimpali. Tante Maura menyodorkan minuman berwarna kuning di gelas berkaki, setelah makan malam usai. Para lelaki bercengkrama di sudut sana, sedangkan kami berbincang di sofa. “Eh, Litu jangan kamu kasih itu!” seru mertuaku menghentikan tangan istri Om Federik ini. “Kenapa? Apa dia hamil?” “No, Maura. Litu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 88. Menuntut Jawab

    Rasa penasaranku membuatku tidak bisa memejamkan mata. Terlebih saat terbangun sendirian seperti sekarang ini.Sesampai di rumah, kami langsung membersihkan diri dan bersiap tidur. Rasa lelah terlihat sangat di wajah Kak Mahendra. Tidak biasanya dia membebaskan aku dari tuntutan menghangatkan malam. Sekarang, aku bisa bersantai, walaupun merasa ada yang kurang.Beringsut aku secara perlahan, jangan sampai mengganggu dengkur halus suamiku ini. Kaki ini turun dari ranjang dan berjingkat keluar ruangan. Berpikir lebih, membuatku lapar dan haus.Tujuanku lemari pendingin. Aku ingat, ada cake coklat dan roti kelapa yang belum aku sentuh. Sepertinya enak aku nikmati bersamaan dengan coklat panas, dan menikmatinya di teras belakang. Entah kenapa, sekarang lidahku lebih menyukai minuman coklat dibandingkan dengan kopi hitam kental kesukaanku.Sambil bersenandung, tangan ini mencolek dan mencicipi mana yang aku pilih.Hmm….akhirnya aku kembali menjadi Litu yang dulu. Makan dan tidur seenaknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 89. Kamu Lebih Berharga

    Aku ini bukan siapa-siapa yang patut mendapatkan pengorbanan sebegitu besar. Apalagi bagi seorang Mahendra. Bos besar dengan jabatan tertinggi, pewaris utama di keluarga ini, serta lelaki idaman wanita. Dia seperti pangeran yang di posisi puncak, sedangkan aku hanyalah perempuan lewat yang kebetulan terlihat olehnya. Ini tidak masuk di akal. “Tidak penting siapa yang mengatakan semua pengorbanan Kak Mahe. Pertanyaannya, kenapa hal sebesar itu dilakukan?” Mata ini tidak terlepas dari wajah suamiku. Aku seperti mendapat kesempatan untuk memuaskan rasa penasaran yang menggerogoti ketenangan. Sekarang, aku menuntut jawaban. Tangan yang mencengkeram kuat di lengan ini, mulai mengendur. Seakan tahu, apa yang berkecamuk di dalam hatiku. Pelan, dia mengusap lembut. Telapak tangan menyusuri dan berakhir dengan mengaitkan jemari kami. “Karena aku mencintaimu.” Satu ujung bibirku tertarik ke atas membentuk senyuman. Cinta? Alasan yang terdengar seperti kisah picisan. Semua pasangan akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 90.  Ada Yang Hilang

    Siapa bilang menikah dengan orang kaya dan terpandang seperti Kak Mahendra ini enak. Orang akan melihat aku seperti Cinderalla. Gadis upik abu yang menjadi permaisuri yang tidak kekurangan suatu apa.Memang, aku tidak kekurangan apapun terutama yang merujuk pada materi. Mau makan apapun tinggal tunjuk. Ingin baju bahkan perhiasan model apapun tinggal beli, kalau malas pergi penjual pun bisa datang mengantar.Semua bisa diadakan asal ada label harganya.Namun, ada yang hilang dan itu sangat berharga bagiku dan tidak bisa dibeli dengan uang. Kebebasan dan ketulusan.Sekarang, dengan kesibukan yang semakin sarat, aku tidak bisa menebeng satu mobil dengan Kak Mahe lagi. Jadwal kerja dan tujuan kami berbeda. Karenanya, sudah disiapkan mobil mewah keluaran terbaru lengkap bersama sopir.“Kak Mahe, aku bisa mengemudi sendiri. Tidak enak kalau disupiri ke sana sini.” Aku melontarkan keberatan. Agak aneh bersama orang lain yang aku tidak boleh dekat atau berbincang santai.Tersiksa orang sepe

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21

Bab terbaru

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 101.  Kita Untuk Selamanya

    Apa yang dicari dalam hidup ini, kalau tidak ketenangan? Untuk apa berlimpah harta dan kekuasaan, tetapi bergelimang kecemasan akan kehilangan? “Karenanya, aku berusaha menyelesaikan urusan-urusanku sebelum menjalani hidup tenang bersamamu, Litu.” Aku menjawab dengan senyuman sambil mengeratkan tangannya yang mengusap perut ini. Hangat tubuh yang selama ini aku nikmati dari bajunya yang tidak dicuci, sekarang bisa aku hidu setiap waktu. Senyuman begitu lekat di wajah ini. Sesekali meneleng ke belakang untuk menyambut ciumannya. “Kak Mahe tidak pergi meninggalkan aku lagi?” “Untuk apa? Semua sudah aku bereskan.” “Janji?” “Janji. Demi anak kita, Litu,” ucapnya sambil membalikkan tubuh ini kepadanya. Wajahnya menunjukkan keseriusan, dengan mata tidak terlepas dariku. “Apa yang terjadi kepadamu, membuat aku berpikir. Kalau aku tetap mempertahankan posisi dan apa yang aku lakukan sekerang, bukan tidak mungkin anak kita nanti akan mendapatkan kemalangan. Aku tidak mau itu.” “Iya. A

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 100.  Saat Kau Jauh

    Apa salah kalau seorang istri ingin merasa dipentingkan oleh suami sendiri? Apakah tidak benar, kalau aku ingin malam-malamku ditemani suami sambil mengusap perutku yang sudah mulai buncit ini?“Nduk, kamu ingin rujak manis mangga muda? Ibuk bikinkan, ya?”“Tidak usah ditawari. Langsung dibuatkan saja. Pasti Litu kemecer,” sahut Bapak menjawab pertanyaan Bapak.Bukannya aku tidak ingin, tapi aku menginginkan mangga muda yang diambilkan Kak Mahe sendiri. Keinginanku itu sudah tertahan satu minggu, dua minggu, dan sekarang sudah menginjak di bulan kedua. Namun tidak ada kabar sama sekali tentang Kak Mahe.“Suamimu baik-baik saja. Hanya dia belum bisa menghubungimu demi keselamatanmu, Litu,” ucap Mas Sakti kalau aku mengajukan pertanyaan yang sama melalui sambungan telpon.Sampai sekarang aku tidak tahu ada urusan apa yang lebih dia pentingkan. Kalau bisnis, kenapa justru dia meninggalkan perusahaan dan menyerahkan kepada Mas Sakti?Aku seperti istri yang tidak mengerti suaminya seperti

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 99.  Aku Ingin Pulang

    “Kamu benar ingin meninggalkan suamimu?” Alysia menangkup tanganku, menghentikan gerakanku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper.Aku menatapnya sebentar. Rasanya ingin menyerah dan pasrah, tetapi hati ini sudah terlanjur terpantik rasa kesal. Menjadi seorang istri yang tidak dianggap. Ucapanku hanya dianggapnya angin lalu.“Iya. Aku ingin pulang ke Jogja. Di sini aku tidak dianggap apa-apa. Bahkan tidak dianggap penting,” ucapku kemudian melanjutkan yang aku lakukan tadi.“Litu. Pak Mahendra pergi karena ada urusan penting.”“Siapa yang bilang? Dia hanya mengurus orang-orang yang menurutnya harus dilibas,” ucapku sambil tertawa. “Alasan saja demi aku. Tapi menurutku itu hanya demi egonya sendiri.”“Sakti pasti benar. Pak Mahendra sedang ada__”“Sedang apa dia, Alys?” ucapku memotong ucapan sahabatku. Sejenak aku mengambil jeda untuk mengatur napas. Mencoba meredam amarah.“Kalau dia memang benar-benar mencintaiku dan sayang kepada anaknya, pasti sekarang ini dia menunggui aku ya

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 98. Terserah

    Tangannya memegang erat lenganku. Sorot matanya menunjukkan ketidakrelaan, menyurutkan gerakanku untuk berdiri.“Kak Mahe, aku tidak ingin keributan.”“Tapi Litu. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus membalas perlakuannya kepadamu. Enak saja. Belum tahu siapa Mahendra ini?!” ucapku dengan mengeratkan kepalan tangan ini. Aku berusaha meredam amarahku, terlebih dihadapan Lituhayu.“Sst…. Kalau marah jangan keras-keras, Kak. Nanti dia dengar.” Istriku berdesis sambil menuntukkan telunjuk di depan bibirnya. Aku mengernyit.“Dia? Dia siapa?” tanyaku dengan menoleh ke sekeliling. Hanya ada kami berdua.Lituhayu tersenyum, kemudian menarik tangan ini ke arah perutnya. “Dia, Kak. Anak kita. Walaupun masih kecil di perut, dia sudah mendengar. Bahkan bisa juga merasakan apa yang ada di hati orang tuanya.”Aku terperanga seketika, tersadar dengan perasaan yang aneh ini. Yang menyelusup dan bersarang di hati ini.Anak? Anakku?Rasa yang tidak bisa aku gambarkan. Yang aku tahu, dia m

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 97.  Milikku

    Aroma wangi bunga menyelusup di penciuman. Kicauan suara burung terdengar bersautan yang mengantarkan kedamaian, mengusikku untuk membuka mata.Mata ini mengerjap, menajamkan pandangan yang terhalang tirai putih berkibar tergantung di tiang ranjang. Sesekali terlihat pemandangan yang menakjubkan, seiring dengan angin yang berembus halus.‘Dimana aku ini?’Penasaran. Aku beringsut dan perlahan kaki ini turun dari ranjang berwarna serba putih. Telapak kaki tergelitik seketika, saat beradu dengan ujung rumput.‘Apakah aku sudah di surga?’ bisikku dalam hati setelah menyibak tirai. Pemandangan indah terhampar luas. Aku di tengah-tengah taman indah dan beratapkan langit biru yang menyejukkan.Masih teringat lekat, tubuh ini melayang di udara. Telingaku yang mendengar teriakan pak sopir di sela suara Mas Sakti dan berakhir dengan silau yang menyerang mata ini.Siapa mereka?Sosok berbaju berbaju putih menunduk mengerumuni keranjang rotan.Penasaran. Langkah ini seakan melangkah dengan sendi

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 96.  Kecapekan

    Kalau mempunyai keinginan, memang harus diupayakan. Aku setuju tentang itu. Akan tetapi bukan begini juga prakteknya.Kebersamaan kami tidak hanya di rumah saja. Keinginan segera memiliki buah hati juga digaungkan di kantor. Hampir setiap ada kesempatan, Kak Mahe memanggilku ke ruangannya. Tentu saja berakhir di ruang rahasia belakang kabinet.Ranjang yang menghadap jendela lebar, seakan merindukan kehangatan kebersamaan ini. Menjadi saksi bisu kegigihan upaya kami berdua.“Kamu selalu cantik, Sayang.”Kak Mahe mengaitkan rambutku ke belakang telinga. Seakan selesai kerja keras, pendingin ruangan tidak menyurutkan keringat yang melembabkan kulit ini. Aku menggeliat, meregangkan tubuh yang lelah karena ulahnya. Seakan mengerti, selimut ditangkupkan di tubuhku yang masih meringkuk. Aku seperti atlit maraton yang mengibarkan bendera putih tanda menyerah.Senyum ini mengembang, saat dia mencium lembut kening ini. Mata ini pun enggan terpejam, saat dia dengan tubuh polosnya beranjak santa

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 95. Bersedia

    Harusnya aku tadi menghindari minum. Memang, aku bukan pecandu alkohol, minum pun sekadar just for fun. Bukan untuk mabok-mabokan yang menghilangkan akal sehat. Untuk apa melakukan hal yang merusak badan. Aku masih ingin hidup lama untuk bekerja dan bahagia. Katanya, minum alkohol secara berlebihan akan merusak kesehatan. Bahkan merusak gairah seks dan memicu impotensi pada laki-laki. No! Aku mempunyai istri dan ingin memiliki anak. Karenanya, aku tahu takaran maksimal yang bisa aku minum. Satu gelas. Kalau ingin nambahpun, tidak boleh lebih dari satu gelas. Itupun sekadar long drink, coktail, atau wine. Takaran yang masih berdampak baik. Namun, pikiranku terlupakan dengan efek setelahnya. Dalam jumlah kecil, etanol yang terkandung dalam minuman itu akan merangsang bagian primitif otak yang disebut hipotalamus. Yang mendorong fungsi dasar manusia termasuk memicu gairah untuk membersamainya. Terlebih saat ada yang memantik seperti sek

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 94.  Kekawatiran Mehendra

    Telingaku berdengung sedari tadi. Makan mie instan kuah dengan cabe lima biji, jadi terganggu. Itu artinya ada yang membicarakan, itu kata Bapak dulu. Saat itu aku dan bapak mancing. Pamit kepada ibuk keluar sebenar, tetapi berakhir di taman pancing sambil ngopi. Menghilangkan penat yang sungguh menyenangkan. Nyaman, ditemani semilir angin, dan hening, jauh dari omelan ibuk. Tentu saja ini sampai sinar matahari mulai turun. “Nduk. Kita pulang sekarang,” ucap bapak kala itu. Padahal, timba tempat ikan milikku baru terisi dua ekor, sedangkan bapak sudah dapat lima ekor. Padahal ini kan taruhan dengan bapak, siapa yang banyak dia harus mijit pundak. Curang! “Yo, wes. Bapak mengalah, wes. Telinga bapak ini lo berdengung terus. Ini pasti ibumu sudah menunggu di rumah,” ucap Bapak tidak bisa dicegah. Benar, sampai rumah ibu sudah menunggu di teras rumah. Entah apa yang dikatakan bapak, wajah ibu yang awalnya terlihat kesal, berubah menampilkan senyuman. Mereka itu pasangan Tom and Je

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 93. Dukungan Mertua

    Katanya, mertua perempuan sering kali menguji menantu perempuannya. Entah itu secara diam-diam, atau dengan terang-terangan. Katanya juga, ini untuk memastikan anaknya berada pada tangan yang tepat. Dia akan rela dan tenang melepaskan si anak, kalau menantunya lulus ujian. Entah, apakah sekarang Mama Lia melakukan ini kepadaku? “Kamu memang wanita yang tepat untuk Mahendra. Tenang tetapi membahayakan,” celetuk Mama Lia dengan menunjukkan senyuman dan lirikan mata penuh arti. Tadi saat Mama Lia dan si Nyonya rumah mendapati keadaan yang berantakan tadi, Sandra pemakai costum nenek sihir itu berusaha keras memojokkan aku. Tentu saja aku memanfaatkan untuk menantang Monika. “Tanya saja kepada Monika kalau tidak percaya? Saya tidak menyentuh sedikitpun perempuan itu. Bahkan, dia yang berniat mencelakaiku” ucapku dengan wajah sedikit menyunggingkan senyuman. Menoleh ke arah Monika dengan sedikit tatapan tajam, memberikan ancaman apa yang aku ucapkan tadi tidak main-main. Di tangan in

DMCA.com Protection Status