All Chapters of Bos angkuh itu ternyata ayah anakku: Chapter 21 - Chapter 30

125 Chapters

Mencari nomor ponsel zeira.

Satu tahun telah berlalu, Anjas menjalani hari-hari dengan berbagai masalah. Pria tampan itu selalu berdebat dengan adik tiri dan ibu tirinya tentang warisan. Bahkan selama satu tahun ini, Anjas jarang pulang ke kediaman Wijaya. Ia lebih memilih tinggal di apartemen atau menginap di hotel. "Asep." Panggil Anjas kepada sopir pribadi. "Iya Tuan." Jawab Asep dengan hormat sambil menyetir mobil. "Kita ke hotel." Perintah Anjas. "Baik Tuan." Asep memutar stir mobil menuju hotel langganan Anjas. Dalam perjalanan Anjas sudah memesan kamar untuk mereka. Ia memesan kamar VIP untuk 3 hari. Anjas rencananya tidak kembali ke kediaman Wijaya selama tiga hari ini, karena ayahnya ada di sana. "Selamat sore Pak." Sapa para resepsionis hotel. Setiap Anjas menginap di sana, para resepsionis berusaha bersikap ramah, bahkan mereka berlomba-lomba untuk melayaninya selama pria tampan itu menginap di hotel itu. "Hm...." Balas singkat Anjas. Pria tampan itu meraih kunci dari resepsionis, melangkah
Read more

Kedatangan Anjas ke Bandung untuk menemui Zeira.

Sudah 3 kali Anjas menghubungi nomor ponsel Zeira, namun tidak satupun yang terhubung. Tetapi setelah pukul 11 malam, tiba-tiba ponselnya berdering. Ting-nong.....ting-nong.... Pria tampan itu dengan sigap meraih ponsel dari atas meja. "Zeira," ucapnya dengan lembut. *Kamu di mana?* Anjas langsung bicara pada intinya. Tentu lawan bicaranya di seberang sana bingung, sebab nomor yang menghubunginya adalah nomor baru. Walaupun Zeira merasa familiar dengan suatu itu! Tetapi ia tetap saja bertanya. *Ini siapa?* Sahut dari seberang sana. *Kamu pasti mengenal suaraku Zeira. Kamu tidak perlu berpura-pura tidak tahu* *Maaf Pak, tapi aku benar-benar tidak tahu siapa anda* tegas Zeira. *Yang pastinya aku bukan penjahat, maling, mafia atau pembunuh bayaran. Aku hanya ingin bertemu dengan kamu, ada hal penting yang harus kita bicarakan* *Aku tidak akan pernah bertemu dengan anda, sebab aku tidak mengenal anda* tolak Zeira dan langsung memutuskan sambungan teleponnya. Bahkan Zeira langsu
Read more

Tangisan Zeira saat Anjas membawa Azka ke Jakarta.

"Putramu?" Sahut Anjas dengan tersenyum sinis. "Dia bukan putramu Zeira, tetapi putraku." Lanjutnya. "Dia adalah putraku, aku mohon jangan bawa Azka." Bantah Zeira sambil memohon agar Anjas tidak membawa Azka. "Azka mau kan, ikut papah ke Jakarta? nanti papah belikan mainan yang banyak buat Azka, terus papah buat kamar Azka gambar Spiderman." Bujuk Anjas. "Bukan Spiderman papah, tapi tayo." Protes Azka dengan gaya bicara khas anak-anak. "Oh iya, Toya." Timpal Anjas sambil tersenyum bahagia. "Kita pergi ya?" Tanya Anjas dengan nada membujuk kepada Azka. Tentu anak yang tidak tahu apa-apa itu mengangguk, karena bahagia akan dibelikan mainan kesukaannya. Dia berpikir kalau Jakarta itu adalah pasar di mana tempat membeli mainan, setelah itu mereka kembali ke rumah. Zeira berlari mengikuti Anjas yang sedang melangkah menuju pintu sambil menggendong Azka. "Tolong jangan bawa anakku, aku tidak sanggup berpisah darinya." Tangis Zeira sambil berlutut memohon di hadapan Anjas. "Anakmu?
Read more

Pernikahan Anjas dengan Bella.

"Tuan muda Azka adalah putra kandung tuan Anjas, Tuan." Ucap Asep ragu-ragu. "Apa maksud kamu Asep?" Tanya Gunawan, ia masih belum mengerti maksud ucapan Asep. "Begini Tuan." Asep menceritakan tentang pertemuan Anjas dan Zeira tiga tahun yang lalu. "Bagaimana mungkin?" Tantang Riana. Ia tidak percaya kalau anak itu adalah darah daging Anjas. "Hanya satu kali bisa membuat Zeira hamil? Sungguh tidak masuk akal." Lanjutnya. Tentu Riana tidak terima kalau Azka adalah anak kandung Anjas. Karena, jika Azka benar-benar anak kandung Anjas! Gunawan akan segera menyerahkan warisan Wijaya kepada Anjas. Sebab itu sudah tertulis dalam surat perjanjian, yang dibuat oleh kakek Anjas sebelum meninggal dunia. "Apapun bisa terjadi jika Tuhan menghendaki." Sahut Anjas. "Papa juga belum bisa percaya dengan semua ini. Bagaimana mungkin wanita itu tidak meminta pertanggungjawaban, sementara selama ini dia bekerja sebagai OB di perusahaan Wijaya?" Gerutu Gunawan. Hal yang wajar jika ia berpikiran sep
Read more

Azka masuk rumah sakit saat pernikahan Anjas dan Bella.

Maria kembali ke Bandung dengan rasa putus asa. Jangankan untuk membawa Azka kembali bersamanya, melihat wajah Azka saja, tidak. Namun Zeira berusaha menghibur dan memberikan semangat pada ibunya. "Zeira, apa Azka sudah melupakan kita?" Tanya Maria. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tamu. Sebab tadi pagi, Zeira sudah diizinkan dokter untuk pulang ke rumah. "Tidak ibu, Azka tidak akan pernah melupakan aku dan ibu. Aku percaya kalau putraku selalu memanggil dan mencari aku saat dia bangun tidur." Zeira yakin dengan perasaannya, bahwa Azka mengigat dan mencarinya. "Semoga saja sayang, ibu juga berharap seperti itu." Timpal Maria. Keduanya berpelukan sambil menumpahkan air mata. Sungguh Zeira tidak tahu harus berbuat apa untuk mendapatkan kembali putranya. Keluarga Wijaya bukanlah keluarga sembarangan, mereka memiliki banyak kekuasaan sehingga sulit untuk menantang mereka. Walaupun Zeira membuat laporan ke kantor polisi! Semua itu akan sia-sia dan hanya membuang-buang tenaga. An
Read more

Zeira jatuh pingsan.

Setibanya di Bandung, Anjas melihat Zeira berdiri di pintu sambil memasang sepatu. Wanita cantik itu terlihat sedang bersiap-siap untuk bekerja, sebab pakaian yang dikenakan Zeira saat ini adalah seragam karyawan hotel. Tin....tin....tin.... Anjas sengaja menekan klakson mobil untuk mengundang perhatian Zeira.Dan benar saja, Zeira langsung memutar kepala ke arah datangnya suara. "Itu kan mobil pak Anjas." Ucap Zeira dengan lembut dan nyaris tidak terdengar. Baru saja Zeira selesai bicara, Anjas tiba-tiba ke luar dari mobil melangkah menuju ke arahnya. Tanpa berbicara Anjas langsung mencengkram pergelangan tangan Zeira lalu membawanya masuk ke dalam mobil. "Lepaskan aku." Ucap Zeira sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Anjas. "Ibu....ibu....ibu...." Teriak Zeira karena Anjas tidak mau melepaskannya, bahkan pria tampan itu memasukkannya dengan kasar ke dalam mobil. "Tutup mulutmu jika ingin bertemu dengan Azka." Ucap Anjas dengan lembut. Namun matanya menatap Zeira
Read more

Kedatangan Zeira ke kediaman Wijaya.

Tiga hari telah berlalu, di mana selama 3 hari ini Zeira selalu setia menemani putranya di rumah sakit, ia juga sudah menghubungi Maria dan mengatakan yang sebenarnya. Maria berniat untuk datang ke Jakarta melihat kondisi Azka, tetapi Zeira melarang dan meminta ibunya tetap di Bandung. Lagi pula hari ini Dokter sudah mengizinkan Azka untuk pulang, jadi Zeira berpikir untuk membawanya kembali ke Bandung. "Bagaimana keadaan putra saya Dok?" Tanya Zeira setelah dokter selesai memeriksa Azka. "Semuanya baik-baik saja Bu. Tida ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab Dokter sambil tersenyum. "Iya, Azka sudah sembuh Mama." Timpal Azka yang berbaring di atas tempat tidur. Anak menggemaskan itu sudah beberapa hari yang lalu meminta pulang, tetapi Dokter belum mengizinkan. "Iya sayang." Zeira mengecup ujung kepala Azka. "Kita akan pulang hari ini, Oma sudah menunggu kamu sayang." Lanjutnya. "Kalau begitu saya permisi dulu Bu." Dokter dan perawat meninggalkan ruangan Azka. Setelah Dokter per
Read more

Makan malam yang menegangkan.

Setelah 15 menit di dalam kamar mandi sambil memikirkan yang mana harus ia pakai! Akhirnya Zeira memutuskan untuk tidak mengganti pakaian dan ke luar dari kamar mandi dengan pakaian yang sama. Tentu hal itu mengundang tanya pada Anjas. Pria tampan itu mengerutkan kening sambil memperhatikan Zeira yang sedang melangkah ke arahnya. "Kamu kenapa belum mengganti pakaian?" "Maaf Pak, pakaian ini terlalu seksi untukku." Jawab Zeira dengan jujur. Ia meletakkan paper bag di atas meja. "Baiklah, besok pergilah berbelanja. Cari pakaian yang sesuai selera kamu." Anjas bangkit dari sofa, melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Zeira membaringkan tubuh di atas sofa. Sebenarnya ia ingin sekali tidur di dekat Azka sambil memeluk putranya itu, tetapi Zeira ragu untuk naik ke atas tempat tidur Anjas. Ia merasa tidak pantas untuk tidur di sana, bisa menginap dan dekat dengan Azka,itu sudah cukup baginya. Baru saja mimpi indah menghampiri tidur Zeira, tiba-tiba te
Read more

Kata-kata yang menyebut Azka anak haram.

Setelah ke luar dari kamar mandi, Zeira bingung harus bagaimana. Azka mengajaknya untuk naik ke atas tempat tidur, sedangkan Anjas sudah berbaring di sana. Zeira tidak mungkin tidur satu ranjang dengan pria yang bukan suaminya. "Ayo Mama." Ajak Azka sambil menarik tangan ibunya. Zeira menjatuhkan lutut di atas lantai untuk mensejajarkan tingginya dengan Azka. "Azka sama papah saja yang tidur di sana, ya? Mama tidur di sofa." Ucap Zeira dengan nada membujuk. "Tapi Azka mau tidur dipeluk Mama dan papah." Bantah Azka. Anak menggemaskan itu benar-benar tidak mengerti kondisi saat ini. Anjas yang mendengar ucapan Azka, langsung bangkit dari tempat tidur. Ia mengangkat tubuh mungil Azka lalu menarik pergelangan tangan Zeira dan membawanya naik ke atas tempat tidur. "Sekarang kita tidur ya." Ucap Anjas. Tentu hal itu membuat jantung Zeira berdegup kencang, bahkan ia sulit untuk bernapas. Ia tidak pernah terpikir akan tidur satu ranjang dengan Anjas, dan satu selimut. "Mama, peluk Azka.
Read more

Dilema antara dua pilihan.

"Tinggal di sini? Itu tidak mungkin. Sekarang juga aku harus membawa Azka pergi dari sini." Zeira bangkit dari sofa, ia mencari anak kecil itu ke ruang bermain tetapi tidak ada. Ia juga sudah bertanya kepada baby sitter dan pelayan, tetapi tidak satupun yang melihat Azka. "Ya Tuhan, di mana putraku? Apa pak Anjas menyembunyikannya agar aku tidak bisa membawa Azka pergi?" Ucap dalam hati Zeira. Zeira melangkah ke luar untuk mencari Azka, dan matanya melihat anak mungil itu sedang bermain dengan Anjas di samping kolam ikan koi, yang terletak di depan kediaman Wijaya. Saat Zeira akan melangkah, tiba-tiba seseorang berbicara dari arah punggungnya. "Apa kamu sudah puas?" Zeira memutar tubuh ke arah datangnya suara. "Nyonya." Ucapnya dengan gugup. Riana melangkah menghampiri Zeira. "Orang susah sepertimu pasti memiliki niat buruk. Bahkan rela melahirkan anak haram agar bisa menumpang hidup dengan orang lain." Zeira mengerutkan kening, ia tidak mengerti apa maksud ucapan Riana. "Maks
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status