"Aduh, aduh sakit, Yas. Aku nggak salah," ucapnya membela diri. "Berisik! Pokoknya pulang. Masak sarapan!" bentakku lagi. "Iya, iya. Lepasin dulu. Sakit, Yas.""Bodo amat!".Aku menyantap roti bakar selai kacang yang baru di siapkan Zein. Rasa kesal masih membayangi dan membuat dada ini masih terasa panas. "Tadi aku lari paginya jam enam lho, Yas. Tapi ibu-ibu komplek pada ngajakin ngobrol. Aku jadi nggak enak kalo tiba-tiba pergi.""Halah, alasan. Emang dasar kamunya aja yang keganjenan. Sadar Zein, kamu itu punya istri. Jadi nggak usah sok tebar-tebar pesona, deh.""Dih, yang lagi cemburu...," godanya. "Heh, siapa jugak yang cemburu. Aku tuh cuman nggak mau ketahuan, kalau hubungan kita itu cuman pura-pura. Jadi kamu juga harus bisa jaga sikap.""Iya, iya. Maaf. Lain kali aku nggak akan lari pagi lagi," sesalnya."Iya, nggak usah. Nanti badan kamu tambah bagus."Eh? Keceplosan lagi. Dia kembali senyum-senyum sendiri. "Nah itu, kenapa make baju-baju seksi kek gitu. Sengaja? Mo
Last Updated : 2022-08-25 Read more