All Chapters of Kaya Setelah Diusir Mertua: Chapter 111 - Chapter 120
220 Chapters
Bab 111
"Kita pulang, yuk! Kasian Raihan." Mas Yuda membuyarkan lamunanku. Gegas aku bangkit dari ranjang dan beranjak menuju kamar mandi yang berada di sisi kanan kamar ini. Setelah membersihkan diri kami keluar dari kamar. Aku melihat ada makanan sudah terhidang di meja. Siapa yang menyiapkan semua ini? "Makanlah dulu, kamu pasti lapar setelah bertempur tadi" ucap Mas Yuda seraya menggodaku dengan satu kedipan matanya. "Please jangan menggodaku lagi, Mas," sahutku dengan wajah yang sudah merona. "Mau aku suapi?" Laki-laki yang hari ini semakin tampan di mataku itu, memutar garpunya hingga sesuap spagheti dengan saos tuna siap di arahkan ke mulutku. "Ayo buka mulutnya." Astaga! Dia serius mau suapi Aku. Karena Mas Yuda terus memaksa, akhirnya aku hanya pasrah disuapi hingga spagheti habis tak bersisa. "Kamu kok nggak makan, Mas?' "Lihat kamu makan aku sudah kenyang banget," sahutnya terkekeh. "Gantian aku yang suapi, ya!' Dia menggeleng. Kami terus bercengkrama beberapa saat, kem
Read more
Bab 112
POV Yuda [ Jika kamu tak bisa kumiliki, tidak akan kubiarkan siapapun memilikimu selamanya. Kamu harus lenyap dari dunia ini, Yuda! Agar tak ada satupun wanita yang bisa memilikimu] Berkali-kali aku baca pesan dari Angel. Padahal saat ini perempuan gila itu sedang berada di balik jeruji besi. Namun kaki tangannya begitu banyak di luar sana yang menjadi ancaman untukku. Orang--orang Angel semakin kuat dan licik. Anak buah Rein hingga saat ini tak mampu mengimbangi mereka. Begitu dendamnya perempuan itu padaku. Setelah bisnis kotornya aku hancurkan, Angel semakin menggila dan menginginkan aku mati. .Pagi ini aku akan bertemu dengan Elkan. Sahabatku sejak SMU yang sangat tampan bak artis itu,namun hingga saat ini belum menikah. Sejak dulu dia memang sering bertukar pasangan. Bahkan istrikupun nyaris dia dekati. Namun aku percaya pada Salma. Istriku itu bukanlah wanita murahan yang mudah tergoda. Banyak wanita yang menginginkan Elkan. Namun, tak satupun yang dijadikan istri olehnya
Read more
Bab 113
Pov Yuda"Apa kamu sudah lapor polisi?' "Percuma. Dari dalam penjarapun perempuan itu masih bisa bebas berbuat apapun untuk menghabisiku." "Lalu apa rencanamu selanjutnya? Apa karena ini tiba-tiba kamu ingin membuat surat wasiat ?" Aku menghela napas panjang. Berusaha memantapkan diri. "Betul. Aku ingin mempersiapkan segala sesuatunya sebelum semua terjadi. Aku ingin orang-orang yang kucintai tetap bahagia setelah kepergianku." Kami terdiam sejenak. Elkan menatapku lekat. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatku itu. "B-bagaimana dengan Salma? A-apakah aku boleh menjaganya? Bolehkah kelak aku menjadi penggantimu?" A-paaa? Sontak wajahku kembali memerah. Emosiku kembali tersulut oleh sahabatku ini. Sontak aku berdiri dan melotot padanya "Hey, hey ... tenang dulu, Yud! Maksudku bukan sekarang. Mana mungkin Aku berani kalau masih ada kamu!" cegahnya seraya menepuk-nepuk ringan lengan atasku. "Dasar brengs*k kamu, Elkan!" umpatku. Setelah lebih tenang, Aku kembali duduk
Read more
Bab 114
POV Yudatara Sungguh aku sangat khawatir dengan Salma. Kenapa dia bisa muntah-muntah? Apa dia keracunan? Atau .. masuk angin? "Ngebut dikit dong, Bro! Bawa mobil kok kayak siput? Sini aku aja deh yang nyetir!" Sudah ke sekian kalinya Elkan memintaku ngebut dan ingin menggantikanku. "Yang sakit itu istriku. Kenapa kamu yang panik?" umpatku pada Elkan yang memaksa untuk ikut. Karena malas berdebat dengannya yang bisa membuang waktuku, dengan terpaksa aku mengalah. Akhirnya Elkan ikut juga ke rumahku. Elkan mendadak diam. Namun nampak wajahnya memucat. Pria ini tampak gelisah. Duduknya tak tenang. Apa begitu khawatirnya dia dengan istriku? "Yud, mumpung lampu merah, coba hubungi Salma. Apa dia baik-baik saja sekarang?" Aku melotot pada pria di sebelahku. Jelas dia membuatku semakin panik. Bisa-bisa aku tidak konsentrasi menyetir. "Suami macam apa sih kamu, Yud? Istri sakit kok tenang-tenang aja?" gerutunya. Apa dia bilang? Aku tenang? Apa dia nggak tahu kalau jantungku saat in
Read more
Bab 115
Pov Yudatara"M-mas ...kok itu adaa ..." Dengan takut-takut Salma menunjuk Elkan. .,Salma tak meneruskan kata-katanya. Wajahnya nampak cemas ketika tiba-tiba Elkan membalikkan tubuhnya dan mencoba menghampirinya. "Salma ..., kamu nggak apa-apa, kan? Kamu baik-baik aja,kan?' Apa yang sakit?" Salma perlahan merapatkan tubuhnya padaku. Wajahnya sangat cemas. "Kenapa, Sayang?" Aku meraih pinggangnya. Salma menggeleng. Lalu menutup mulutnya. "Hoeek ...!" Istriku melepaskan tanganku kemudian melangkah cepat menuju toilet yang berada di dekat ruang kerjaku. Aku terus mengikutinya. Memiijit-mijit tengkuk dan pundaknya. Salma terus muntah, tapi tidak ada yang keluar dari perutnya. "Aku hanya mual, Mas. Tidak usah ke dokter." "Jangan membantah, Salma! Aku tidak ingin kamu sakit. Ayo! Aku gendong ke mobil!' "Eeeh ... eh ...., nggak usah! Aku jalan aja. Ayo ke dokter," Salma menjerit ketika hendak kugendong. Kamipun masuk ke dalam mobil. Salma duduk di sebelahku. Sementara Elkan dud
Read more
Bab 116
"Salma awaaass ...!' Aku merasa seseorang meraih tubuhku dan menariknya ke tepi jalan. Tubuhku saat ini terjatuh diatas trotoar. Namun sama sekali tidak sakit karena ternyata ada sesuatu yang menahan tubuhku hingga tak bersentuhan dengan aspal. Seketika itu juga aku mendengar suara sesuatu yang terhempas dengan kencang tak jauh dari tempatku. Aku tersentak saat menyadari tubuhku menindih sesuatu. Sontak aku bangkit kala wajahku dan Elkan nyaris tak berjarak. Ternyata Elkan lebih dulu terjatuh saat berusaha meraih tubuhku. Hingga aku terhempas tepat di atas tubuhnya.. Seketika aku teringat dengan suamiku. Setelah berusaha bangkit, mataku menyisir sekeliling mencari keberadaan Mas Yuda. "Mas Yudaaa ...!" Aku kembali menjerit melihat Mas Yuda telah tersungkur tak berdaya di tengah jalan. Orang-orang mulai berdatangan. Beberapa petugas medis berlari menghampiri Mas Yuda. Sementara tubuhku kembali luruh ke aspal. Merasa tak sanggup untuk berdiri. "Ayo Aku bantu!" Sontak aku menole
Read more
Bab 117
"Dok, bagaimana dengan suami saya?" "Sabar ya, Bu. Paramedis sedang menangani suami Ibu. Doakan saja agar semua baik-baik saja." "Terimakasih, Dok." Entah kenapa hati ini sangat cemas. Firasat buruk muncul begitu saja. Namun aku tak boleh berpikir buruk. "Bagaimana dengan pasien di sebelah saya ini, Dok?" "Oh, ya. Syukurlah Bapak Elkan baik-baik saja. Dia hanya terbentur sedikit di bagian kepala." "Tapi kenapa dia sampai pingsan, Dok?" "Elkan tadi pingsan pasti karena melihat darahnya sendiri. Dia memang nggak kuat kalau lihat darah," sahut dokter Mariska seraya mengulum senyum. "Loh, rupanya dokter kenal baik dengan Elkan?" "Iya, Bu Salma. Baiklah, Saya tinggal dulu. Jika tidak ada keluhan, setelah observasi beberapa jam, Ibu boleh pulang." Aku hanya bisa mengangguk. Yang ada dalam pikiran aku saat ini hanyalah Mas Yuda. "Salma ..., kamu nggak apa-apa, kan?" Sontak aku menoleh ke samping. Ternyata Elkan telah siuman. "Aku nggak apa-apa. Kamu tuh sampai pingsan." "Apaa?
Read more
Bab 118
"Apa benar yang dikatakan oleh Mira, Salma?" Ayah mengulang kembali pertanyaannya. Aku menggeleng. "Memang benar aku pernah bertemu dengan Elkan. Walau Yuda tidak ada, tapi suamiku tahu pertemuanku dengan Elkan. Karena memang ada urusan." "Halah! Nggak mungkin Yuda membiarkanmu pergi dengan laki-laki lain. Ingat, Salma, Aku tau persis tentang Yuda. Aku paham dengan sifatnya." Mira menampik penjelasanku dengan sangat yakin. Tiba-tiba Aku kembali merass mual dan pusing. Lalu merebahkan lagi tubuhku pada brankar ini. "Ayah, Tolong percaya padaku. Saat ini aku hanya ingin fokus pada keselamatan Mas Yuda Aku mohon ...!" Bulir bening kembali luruh dari kedua sudut mataku. Mengingat Mas Yuda yang belum sadarkan diri. Aku tahu Elkan berkali-kali melirikku dengan cemas. Beruntung laki-laki itu tahu situasi. Dia hanya diam sejak tadi. Ayah dan Kak Rio hanya diam. Semoga saja mereka tidak mempercayai kata-kata Mira. Wanita itu tersenyum puas setelah mencoba memfitnahku. "Keluarga Bap
Read more
Bab 119
"Iya, Ayah mau punya cucu," jawabku masih dengan senyuman dan air mata. "Jangan senang dulu, Yah! Jangan-jangan itu bukan anaknya Yuda." tuduh Mira padaku. "Astagfirullah ...! Kamu tega sekali Mira," lirihku dengan suara bergetar. Rasanya pedih sekali di tuduh seperti ini.Dadaku kembali terasa sesak. "Mira, tutup mulutmu! Dasar penghasut!" geram Elkan , melotot pada Mira. "Hahaha .... loh, kenapa kamu yang marah? Atau jangan-jangan kamu merasa sebagai tertuduh di sini?" Mira tersenyum puas. "Sudah, sudah! Kita tunggu Yuda sadar untuk membuktikannya! Sebaiknya kita berdoa untuk kelancaran operasinya," pungkas Ayah. Kenapa Ayah bicara seperti itu? Apa Ayah juga meragukanku? Ya Allah ..., kuatkanlah hambamu ini. Suasana selanjutnya menjadi tidak nyaman. Ayah tak sehangat biasanya padaku. Kak Rio, Ayah dan Mira meninggalkanku di UGD untuk menunggu Mas Yuda di depan ruang operasi. Sementara Elkan masih menemaniku di sini. "Suster, Saya boleh pinjam kursi roda? Saya mau menungg
Read more
Bab 120
Perlahan aku coba membuka mata. Aroma obat-obatan khas rumah sakit masih tercium jelas olehku. Kali ini aku melihat selang infus sudah terpasang pada tangan kiriku. Saat ini aku berada di ruang berdinding warna putih bersih dengan hiasan walpaper motif bunga di bagian tengahnya "Salma ...." Aku menoleh pada suara yang tak asing bagiku. Pria itu masih di sini menemaniku. Dia benar-benar menepati janjinya untuk selalu menjagaku. Raut wajahnya nampak lelah. Elkan terlihat pucat. Saat ini penampilannya tidak lagi memukau seperti biasa. Pria ini terlihat berantakan dengan rambutnya yang kusut. "El ..., kamu kenapa masih di sini?" tanyaku dengan suara lemah. "Mana mungkin aku meninggalkanmu ketika sedang pingsan?" sahutnya seraya lebih mendekat pada ranjangku. "Apakah ... Ayah dan Kak Rio benar-benar tidak peduli lagi padaku?" suaraku bergetar, menahan rasa sesak yang kembali memenuhi dadaku. "Sudahlah. Jangan kamu pikirkan itu. Ada hal lebih penting yang harus kamu pikirkan!" Aku
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status