Helaan napas berat meluncur begitu saja, ternyata aku masih egois. Memikirkan sakit hati yang kurasakan bertahun-tahun lamanya, bahkan setelah kasih sayang yang Hilman berikan, tidak mampu membunu kebencian dalam hatiku. "Memaafkan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi bisa Mbak lakukan! Jangan menyiksa diri sendiri dan juga Aqila. Mbak bisa membenci Attar, tapi jangan korbankan perasaan Aqila. Berdamailah dengan keadaan, meski aku tahu itu sangat menyakitkan," Radit yang baru datang, langsung memberiku nasehat. Bukan tidak ingin memaafkan dan membiarkan Aqila bertemu dengan Mas Attar, tapi luka lama itu terbuka sendiri dan terasa lebih perih, ketika Aqila teramat sangat merindukan Papanya. Entahlah, perasaanku kali ini tidak bisa digambarkan, jika dulu Mas Attar membuat luka, maka hanya hatiku saja yang terasa sakit, tapi saat ini semuanya bercampur menjadi satu, antara kebencian, sakit hati, dan ketidak berdayaan. "Aku tahu Mbak terluka atau tidak senang dengan per
Read more