Semua Bab Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang: Bab 101 - Bab 110

121 Bab

Bab 101

"Jangan berpikiran buruk, ingat ada kembar yang masih membutuhkan kasih sayangmu dan perhatian yang leih darimu. Terlebih Asi yang melimpah, karena bukan hanya satu anak yang kamu susui!" Mama Rumi mencoba menenangkanku dan itu tidak membuatku lebih baik."Iya, Ma." Aku hanya bisa berkata dengan lirih.Ketakutan itu terus saja menghantuiku, bagaimana aku bisa jika harus menjadi janda untuk yang kedua kalinya. Apa aku sanggup menjalankannya seperti dulu, saat Mas Attar menceraikan demi wanita lain. Ah, entahlah, kenapa aku menjadi melow seperti ini. Aku pun menjadi takut kalau rasa curigaku ini akan menjadi boomerang pada hubunganku dan Hilman."Banyak-banyak istigfar, ya. Kita doakan agar pernikahan kalian langgeng hingga maut memisahkan kalian," ujar Mama Rumi yang masih melihat aku terdiam.Aku mengangguk, lalu melangkah pergi setelah berpamitan pada mama untuk ke kamar. Mama hanya menepuk pundakku, memintaku untuk tenang menghadapi Hilman yang berubah lebih baik.***Setelah berhar
Baca selengkapnya

Bab 102

Ada desiran aneh dalam hatiku, dan juga rasa takut dengan ketenangan yang dia ucapkan. Ingin bertanya lebih padanya, tapi aku sendiri lebih takut. Hilman membuatku serba salah dan tidak bisa berbuat banyak, aku sudah meminta Radit untuk mengikuti Hilman beberapa waktu lalu. Tidak ada yang aneh dengan suamiku itu, dia hanya fokus dipekerjaannya. Selesai kerja dia langsung pulang dan menghabiskan waktunya bersama kami, lalu perubahannya karena apa dan kenapa dia meminta bapak untuk membereskan perkakas di rumah?Ah, makin banyak hal yang tidak bisa aku pikirkan. Karena Hilman bukan seperti dia yang selama ini aku kenal. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk anak, dan memperbaiki ibadahnya. Bukan aku tidak suka, akan tetapi merasa aneh dengan perubahannya yang sudah dua bulan lalu kurasakan. meski tidak secara spontan, tapi tetap membuatku tidak nyaman."Jangan pernah berpikiran buruk padaku, aku selalu setia padamu sejak dulu. Kamu saja yang tidak pernah melirikku," Kekehan khas
Baca selengkapnya

Bab 103

Hilman bergeming, dalam keheningan yang dia ciptakan. Tidak ada candaan lagi dari bibirnya, wajah yang biasanya riang, kini diam membisu. Pucat pasi, tidak ada warna legamnya bola mata yang dia miliki."Na," sapa ibu.Tubuhku seakan tidak mampu, untuk bergerak. Kenyataan ini sangat menyakitiku, bagaimana bisa dia pergi seenaknya saja. Tidak memperdulikanku, bahkan membiarkan anak-anaknya sedirian. "Yang sabar, ya, Yumna. Doakan agar suamimu diterima dengan baik di sisinya dan mendapatkan tempat yang layak, ikhlaskan dia agar jalannya lapang," Bapak merangkul pundakku dengan sangat erat."Dia jahat padaku, Pak. Bisa kembalikan dia, aku tidak ingin dia pergi. Bagai mana aku tanpanya," lirihku. "Bang, bangun! Kasian anak-anak, aku selalu bergantung padamu. Bahkan saat aku masih menjadi istri Mas Attar. Bang, bangun!" Aku hanya bisa meratap.Tubuhku sudah tidak berdaya, tenagaku seolah-olah pergi menghilang. Aku hanya bisa tergugu dan meringkuk, menatap tubuh di depanku yang terbujur kak
Baca selengkapnya

Bab 104

Aku menatap dua bayi yang sedang ada di ayunannnya masing-masing, lalu menatap Aqila yang tersenyum padaku. Setetes demi setetes air mata mengalir tanpa bisa kuhalangi. Benar apa yang dikatakan oleh bapak, aku harus bisa menata hati, agar bisa menyelamatkan mental anakku. Masa depan mereka masih panjang, dan aku harus berjuang demi mereka. Akulah harapan mereka satu-satunya di dunia ini. Jika aku terpuruk, bagaimana mereka menjalani kehidupan yang keras."Kamu bisa, Yumna," ujar ibu dengan menepuk pundakku."Pasti kami bisa, Bu. Karena kalian selalu ada di sisiku," lirihku.Ibu memeluk dan membelai kepalaku dengan lembut, kemudian mengecup kepalaku berkali-kali. Aku tahu, ibu menyalurkan kekuatan tanpa kata dan aku hanya bisa mengeratkan pelukan.Ibu pun berllalu, sepertinya menyusul bapak. Mungkin mereka ingin melihat kebun yang sudah lama terbengkalai atau yang dititipkan oleh orang terpercaya.Aqila menghampiriku, tapi sepertinya dia ragu untuk mendekat. Aku tidak ingat, apa saja y
Baca selengkapnya

Bab 105

Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Aqila kini sudah dewasa, dan si kembar sudah bisa membuatku sangat bangga dengan kehadiran mereka. Ibu dan bapak sudah wafat lima tahun yang lalu, mereka selalu menemaniku dalam suka dan duka dan mereka sudah lelah dan Tuhan lebih sayang pada mereka.Radit sudah bahagia dengan keluarga kecilnya, hanya sesekali mereka datang berkunjung. Melepaskan kerinduan dan nostalgia bersama, mengenang semua yang kami lalui dengan banyaknya suka dan duka.Mbak Naura pun sudah bahagia dengan keluarganya, mereka pindah ke luar pulau yang cukup jauh. Kami hanya bisa bertukar kabar melalui telepon dan sesekali melakukan video call. Sering kali Mbak Naura bertanya tentang Mas Attar, tapi aku tidak mengetahui kabar apapun tentang ayahnya Aqila tersebut."Ma, seharusnya mama sudah waktunya pensiun dan beristirahat leih banyak di rumah. Untuk cafe, biarkan Om Radit saja yang mengurusnya," Aqila yang baru saja pulang kerja duduk di sampingku."Ini adalah kenangan te
Baca selengkapnya

Bab 106

Setelah mendapatkan ijin dariku, Aqila beserta kembar mencari keberadaan Mas Attar. Kembar membantu Aqila dengan alasan menjaga kakak satu-satunya, mereka hanya takut jika ayah Aqila akan berbuat jahat lagi pada Aqila. Meski Aqila sudah menolak mereka dan meminta mereka untuk tidak ikut campur, si kembar tetap kekeh ingin membantu, membuat Aqila pasrah dengan kelakuan dua remaja yang sangat tampan. "Kakak mulai pencarian di mana?" tanya Candra dengan wajah keponya. Sedangkan Catra sibuk dengan tugasnya yang belum selesai dikerjakan, Aku sendiri sedang memeriksa pengeluaran dan pemasukan cafe setiap minggunya. "Bagaimana kita cari di rumah lama papa Attar saja?" usul Catra yang masih berkutat dengan tugas-tugasnya. Aqila mendekati Catra dan melihat apa yang sedang dilakukan oleh adiknya, dan sedikit memberikan jeweran di telinganya. "Selesaikan dulu, baru ikut bergabung!" kesal Aqila dan Catra hanya meringis. "Tapi yang dikatakan Catra bener loh, Kak!" Candra membela adiknya yang
Baca selengkapnya

Bab 107

''Ah, iya. Aku lupa kalau kami belum makan,'' ujar Radit dengan mengusap tengkuknya.Radit mendekati anak-anaknya dan mengajak mereka ke luar rumah, untuk membeli makanan, Karena tidak mungkin untuk masak di saat ini."Duduk, Nit!" pintaku lirih.Dengan ragu, Nita duduk di depanku. Aku tahu, jika jarak antara kami sangat jauh. Semua wanita pasti seperti itu jika hatinya tersakiti, akan mereka ingat untuk selamanya, meskipun hanya kesalahan yang tidak disengaja."Maaf, Mbak," cicitnya.Seulas senyum hangat kuberikan padanya, agar keadaan tidak semakin menegang. Rasa bersalah pun selalu menghantuiku, bukan tanpa sebab aku memarahinya dulu, tapi mungkin Nita salah menafsirkan amarahku atau aku yang salah mengucapkan kata-kata saat amarahku meluap."Maafkan kesalahan, Mbak, ya. Mungkin kamu masih menyimpan dendam pada, Mbak dan belum bisa memaafkan kesalahan yang Mbak lakukan dulu. Jika ada salah yang belum termaafkan, Mbak mohon, kamu bisa dengan ikhlas melepaskan kesalahan Mbak yang ter
Baca selengkapnya

Bab 108

"Kabar terakhir yang kami dapat, setelah papa Attar keluar dari penjara dia sempat tinggal di rumah yang dulu pernah ditingali mama dan papa, tapi hanya dua bulan. Lalu papa pergi, entah ke mana," jawab Candra.Radit mendekati Aqila dan mengusap lembut kepala keponakannya itu, dan memintanya untuk bersabar dalam mencari seseorang yang telah lama tidak ada kabarnya."Apa kamu sudah punya kekasih, sampai harus segera mencari papamu?" tanya Radit untuk menggoda keponakannya."Om selalu saja menggodaku, aku hanya tidak ingin menjadi anak yang durhaka. Bagaimanapun Papa Attar tetap papaku, meski dia pernah menyakiti kami. Setidaknya aku harus tahu kehidupannya saat ini membaik atau memburuk, dan apakah dia masih membenciku," liri Aqila, yang membuat Radit terdiam, begitu juga yang lainnya.Semua diam, larut dalam lamuman masing-masing. Seakan-akan tidak tahu harus bagaimana mengakhiri situasi yang cukup menegangkan ini. Hingga anak-anak Radit datang dan membuat kedua kembar memberikan reak
Baca selengkapnya

Bab 109

Aku, Aqila dan kembar saat ini fokus mencari keberadaan Mas Attar, hanya sesekali memantau keadaan cafe. Radit dan keluarganya memutuskan untuk tinggal di dekat kami. Membantu mencari keberadaan papanya Aqila, agar segera ditemukan. "Mbak, aku mau ikut ke cafe, ya," pinta Radit. "Ya udah, ayo!" ajakku. Aku dan Radit bergegas berangkat, setelah Aqila dan kembar pergi duluan menuju ke tempat kerjaan mereka masing-masing. Awalnya perjalanan cukup lancar, tapi tiba-tiba mobil berhenti secara mendadak. Ah, apakah aku lupa men-service mobil atau ada kerusakan serius pada mobil ini yang terlewatkan saat masuk bengkel beberapa waktu lalu. "Mbak lupa service?" tanya Radit dengan memicingkan matanya, langsung membuat aku terkekeh. "Sepertinya aku lupa, atau terlewat!" ucapku dengan memasang wajah tidak bersalah. Radit hanya menghela napas panjang dan memintaku untuk turun, sedangkan dia mencoba mencari di mana letak kerusakan. cukup lama Radit memeriksa keadaan mobil dan belum menemukan
Baca selengkapnya

Bab 110

"Kamu di sini?" tanyaku untuk memastikan dan lelaki itu mengangguk. Aku kembali melirik Radit dan bertanya melalui gerakan kepala, dan Radit hanya mengedikkan bahunya saja. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini. "Kamu sudah lama di sini, Mas?" tanyaku. "Enggak lama setelah aku keluar dari penjara, aku membuka warung kecil-kecilan dan akhirnya bisa sedikit besar seperti sekarang ini," ujarnya dengan senyum manis yang dulu membuatku tergoda. Mas Attar mengajakku dan Radit untuk duduk di kursi panjang yang tersedia di depan warung, lalu meminta maaf karena tadi sempat menghindari dariku. Katanya, bukan karena takut, tapi saat ini belum siap untuk bertemu. Apa lagi dia tahu, jika Aqila sedang mencarinya, kabar ini dia dapat dari tetangga yang tinggal di rumah lama kami. "Kamu enggak tahu seberapa rindunya Aqila padamu?" tanyaku dengan nada kesal. Bisa-bisanya dia bersembunyi dari anaknya sendiri, jika memang ada rasa malu, apakah bisa mengalahkan rasa rindu yang ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status