Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 41 - Chapter 50

286 Chapters

BAB 41 — SALAH PAHAM

"Serra? Kenapa kedua matamu sembab seperti itu? Kau habis menangis?"Romana yang sedang mengaduk gula dalam dalam cangkir berisi teh spontan menghentikan aktivitasnya saat melihat keadaan Serra yang berbeda dari hari sebelumnya. Menantunya itu juga baru menampakkan diri di dapur, padahal, biasanya ia paling semangat untuk membuat sarapan. Hari ini, entah mengapa, Serra hanya menyiapkan bahan dan menyerahkannya kepada Bi Sumi lalu pergi kembali ke tempat cucian. Ia tahu, karena asisten rumah tangganya itu bercerita kepadanya beberapa saat yang lalu.Wajah ayu yang biasanya terlihat cerita kini telah terlihat kusut, kedua kelopak matanya terlihat lebih besar, dan kedua bulatan putih itu tampak memerah serta berair. Akan tetapi, sudah beberapa saat Romana menunggu, wanita paruh baya itu tak mendapatkan jawaban apa-apa dari Sang menantu. Serra hanya menundukkan kepala, membisu, tanpa berniat bicara sepatah kata pun."Apa Gamma menyakitimu?" tanya Romana kembali. Entah saat ini hanya pikir
Read more

BAB 42 — DI LUAR DUGAAN

Seorang perempuan sedang menatap kosong sebuah pemandangan di hadapannya. Sebuah taman kecil dengan puluhan bunga yang tersusun rapi. Ada yang digantung, ada yang di susun memanjang di sebuah papan bertingkat. Sebagian lagi tersusun rapi di atas lantai. Indah. Itulah kesan pertama kali yang ada dalam benaknya.Ia menemukan taman itu secara tak sengaja, saat ia bosan, lalu hanya iseng saja berkeliling rumah besar ini untuk menghabiskan waktunya. Tak disangka, ia justru seperti bajak laut yang menemukan harta karun di tengah pulau. Ia menemukan sebuah taman asri dalam rumah suaminya. Walau sederhana pemandangan itu cukup meredakan rasa sedih yang sejak semalam mseperti ombak yang menggulung dalam dadanya. Entah kenapa Serra merasa ada yang aneh dengan dirinya sendiri Biasanya ia tidak pernah bermasalah dengan pedasnya kalimat Gamma. Bahkan perempuan itu nyaris menulikan telinga. Kadang, jika keterlaluan maka akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa saat. Sayangnya untuk kali ini,
Read more

BAB 43 — IKUT AKU!

Setelah beberapa saat membiarkan Serra larut dalam tangisnya dan membasahi kaus yang ia kenakan dengan air mata, Gamma membentangkan jarak di antara mereka. Pria itu mengurai dekapan dan mundur selangkah. Kemudian mendudukan diri pada sebuah pada kursi panjang berwarna cokelat yang berbahan dasar kayu jati.Sementara Serra kini berusaha mengusap wajahnya sendiri, menyusut air yang telah membanjiri wajahnya juga merapikan rambut yang telah terurai acak-acakan. sejurus kemudian perempuan itu menyusul Gamma. Ia duduk di samping suaminya pada kursi yang sama."Aku baru tahu ada tempat sebagus ini di rumahmu," ujar Serra memecah sepi yang kini mendominasi.Sementara suaminya hanya menatap lurus ke depan menikmati embusan angin sejuk menerpa kulitnya. "Aku mendesign-nya sendiri."Jawaban itu membuat kedua matanya melebar sempurna. "Sungguh?"Lelaki itu menanggukkan kepala. Ya, seluruh design interior hingga struktur bangunan rumah ini digarap oleh Gamma sendiri. Dulu, ketika ia semangat seka
Read more

BAB 44 — SEPATU BERBAHAN RENDA

"Aku tidak suka sepatu tinggi, Gamma," protes Serra kepada suaminya saat seorang pelayan menyusun beberapa display sepatu dihadapannya. Barang rekomendasi yang diminta Gamma beberapa menit yang lalu. "Aku takut jatuh," lanjut perempuan itu kembali.Gamma yang sedang mengamati sebuah sepatu kulit untuk pria segera menolehkan kepalanya ke arah Serra. Detik berikutnya kedua alis pria itu menyatu dengan sempurna. Lelaki itu menepati kata-katanya, mengajak Serra pergi ke sebuah tempat. Sepasang suami istri itu kini berada pada pusat perbelanjaan yang cukup ramai dan mereka telah berdiri di dalam sebuah fashion shop yang cukup terkenal. Hari ini Gamma cukup berbeda. Selain perlakuan manisnya pagi tadi, lelaki itu juga sejak tadi berikap lembut dengan Serra, meski dalam beberapa kesempatan lelaki itu masih menampakkan ekspresi datar. Dan anehnya lagi, Gamma tidak mengajak Romana ataupun William. Ia memilih menyetir sendiri dengan Serra.Ya berdua.Hanya berdua saja.Kedua pualam hitam mil
Read more

BAB 45 — BERHUTANG PENJELASAN

"Bian?" Gamma menghentikan gerakan tangan untuk membuka layar ponsel ketika mendengar suara Serra menyebutkan nama seseorang yang tidak asing di telinga. Pria itu kini sedang berdiri di sudut ruangan dengan maksud mencari tempat dengan suasana yang tidak terlalu ramai, mencari ketenangan karena Rencananya Gamma akan menelpon William untuk menanyakan pekerjaan. Akan tetapi ia urungkan niat itu karena terganggu dengan ucapan istrinya. Ponsel yang sudah ia keluarkan dari saku celana pun kini ia masukkan kembali. Setelahnya pria itu melangkah maju lebih dekat, ia memasang telinga baik-baik, dan menajamkan indera penglihatan. Benar, seorang pria bertato naga itu sudah berdiri di hadapan sang istri. Bian Aditama, orang yang sempat membuat hubungannya dengan Serra kacau. Untuk apa lelaki itu ada di tempat ini? Namun pertanyaan itu hanya ia simpan dalam hati tanpa berani menginterupsi. Nanti saja, ia hanya ingin tahu bagaimana interaksi Serra dan Bian jika mereka tak melihat dirinya. Gamm
Read more

BAB 46 — HANYA MILIKKU!

Sebuah mobil hitam dengan harga milyaran telah membaur dengan kendaraan lain, memadati jalanan kota metropolitan yang cukup sesak walau di siang hari. Kendaraan beroda empat itu sudah melaju selama 10 menit lamanya, begitu juga dengan dua orang di dalamnya menghabiskan waktu dengan tanpa suara. Serra dan Gamma, sepasang suami istri itu masih bertukar geming, diam bagai pasukan pengibar bendera yang sedang mengheningkan cipta.Sejak keluar dari pusat perbelanjaan tadi, tidak ada interaksi lebih lanjut dari kedua insan itu. Gamma yang fokus dengan jalanan dan Serra yang memilih bungkam, mengamati pergerakan kendaraan lain pada kaca spion. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan lebih dulu, keduanya sama-sama berkutat dengan banyak hal dalam kepala masing-masing.yang terdengar Hanya deru mesin mobil yang mereka tumpangi, juga suara klakson kendaraan lain yang bertegur sapa.Serra yang tak ingin berlama-lama dengan suasana ini lantas membuang napas pelan. Hubungannya dengan Gamma baru saj
Read more

BAB 47 − PEREMPUAN BERGAUN MERAH

“Ada bulu mata jatuh,” kata Gamma seraya menyingkirkan helaian rambut kecil yang jatuh itu menggunakan telunjuk kanannya. Menggesernya dengan Perlahan dan hati-hati, agar tak merusak riasan make up pada wajah istrinya. Posisi mereka masih tanpa jarak, mungkin bisa dikatakan mereka sedang berpelukan.Detik berikutnya, kedua kelopak mata Serra yang sempat terpejam terbuka kembali. Sayangnya, begitu membuka mata, sepasang pualam hitam itu bertemu lagi dengan milik sang suami. Ada sebuah rasa nyaman yang merambat dalam hati yang mampu membuat kedua insan itu hanya diam pada posisinya. Menikmati deru napas lembut yang beradu. Dan, entah kenapa mereka sama-sama menikmati kedekatan itu, Gamma yang enggan melepas pelukan dan Serra yang ingin menikmati momen ini lebih lama lagi.Gamma yang lebih dulu mendapatkan kesadarannya. Pria itu lantas memutus kontak mata dan segera membentangkan jarak pada istrinya.“Kita berangkat sekarang, aku tunggu di luar!” tuturnya kemudian melenggang pergi mening
Read more

BAB 48 — SEBUAH JANJI

"Gamma ...."Suara panggilan dari Serra tidak ditanggapi Gamma dengan sepatah kata pun. Lelaki itu hanya sibuk dengan setir mobilnya fokus pada jalanan di hadapannya. Meski baru beberapa kali Serra pergi berdua dengan Gamma, ia tahu benar jika suaminya itu sedang tidak baik-baik saja.Sejak menariknya untuk pulang dari pesta, Gamma sama sekali tidak mengajak Serra berbicara, padahal saat mereka berangkat lelaki itu cukup hangat walau masih dengan sikap arogannya.Otot-otot tegang pada wajahnya yang tegas belum mengendur, rahangnya masih mengeras, juga injakan pedal gas yang terasa dipijak dengan kuat. Laju mobil mereka bahkan cukup kencang dibandingkan dengan biasanya.Entah apa yang baru saja dialami oleh suaminya, Serra tidak mengerti. Ia ingin tahu. Namun tak berani membuka interupsi, hanya menyimpan pertanyaan itu dalam hati. Suasana hati lelaki itu sedang buruk. Biasanya jika diberikan pertanyaan, suasana hati Gamma akan lebih memburuk. Semuanya akan sia-sia, hanya akan berakhir
Read more

BAB 49 — GAMMA DAN SEGALA SAKITNYA

Di kantor."Jadi semalam kau bertemu Rossa."William menutup sebuah buku yang sedang ia baca, kemudian meraih secangkir teh yang telah dibuatkan oleh sekretarisnya beberapa saat yang lalu. Sementara Gamma sedang duduk di hadapannya hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon, ia juga sedang memegang sebuah cangkir berisi teh hangat yang sama. Lelaki itu sedang berkunjung ke ruangan William membahas beberapa laporan yang telah ia pelajari pagi tadi."Lalu masalahnya dimana?" tanya William kembali."Banyak!" jawab Gamma setelah mendecakkan bibirnya.Lelaki berkemeja abu-abu itu segera menautkan kedua alisnya saat tak mengerti apa yang dimaksud banyak masalah oleh sang kakak. Semalam lelaki itu pergi ke pesta, tetapi mereka pulang begitu cepat dengan alasan Serra mual dan muntah karena banyak wine ketika ditanya oleh Romana.Tetapi hari ini Gamma mengutarakan kalimat yang berbeda. Pria berusia kepala tiga itu memang bercerita tenta
Read more

BAB 50 — ALMOND TUILES

Menjadi istri dari seorang pebisnis terkenal adalah impian bagi banyak wanita. Sebab, mereka tidak perlu repot-repot membanting tulang dan menghabiskan tenaga untuk bekerja. Tidak perlu memikirkan bagaimana makan di hari esok, hanya diam di rumah, shopping, dan menghabiskan jatah bulanan yang telah diberikan oleh suami. Menjadi istri Gamma, misalnya.Siapa perempuan yang tidak ingin hidup berkecukupan dan bergelimangan harta seperti itu? Semua orang pasti menjawab mau. Begitu juga dengan Serra. Akan tetapi perempuan yang sedang berbadan dua itu tidak setuju jika diminta di rumah saja dan berfoya-foya menghabiskan uang. Itu bukan budayanya. Ia tidak suka.Kebiasaan bekerja yang telah ia lakukan bertahun-tahun membuat tubuhnya tak bisa untuk diam begitu saja.Walaupun Gamma sudah memberikan materi yang sepuluh kali lipat dari gajinya saat bekerja dahulu, Serra tak berminat menghambur-hamburkan uang itu. Rasanya sayang, jika digunakan tak sesuai dengan kebutuhan.Pada tengah hari yang t
Read more
PREV
1
...
34567
...
29
DMCA.com Protection Status