Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 21 - Chapter 30

286 Chapters

BAB 21 — PONSEL BARU

Serra benar-benar menuruti permintaan Gamma. Ia rela menahan kantuk, demi menanti sang suami yang sudah hampir setengah jam berada pada area pribadinya. Bahkan, Serra sudah selesai merapikan baju dalam koper Gamma yang masih tertinggal di kamarnya, karena Bi Sumi meninggalkannya di sana. Kelalaian yang bisa menyulut amarah seorang Gamma Pranadipta. Akan tetapi, bagi Serra hal itu menguntungkan, karena kemarin Serra tak harus merepotkan diri melanggar perintah suami untuk tidak memasuki kamar pribadinya saat lelaki itu sakit dan membutuhkan pakaian untuk berganti. Ah, jangan tanyakan bagaimana cara Serra mengganti pakaian yang Gamma kenakan kemarin. Sampai saat ini Serra tidak bisa tidur jika mengingat kepingan kenangan itu. Dimana ia harus melepas baju dan celana yang digunakan Gamma. Untungnya, Serra bisa mengendalikan dirinya.Hampir sepuluh menit Serra tenggelam dalam lamunannya. Hingga detik ini pria itu belum turun juga. Entah apa yang dilakukannya, Serra ti
Read more

BAB 22 — KEPINGAN MASA LALU

Gamma kira Serra akan meminta sesuatu hal yang berwujud materi atau benda seperti kebanyakan wanita. Tapi ternyata diluar jangkauan pikirannya, jika wanita itu meminta untuk memeluk tubuhnya saja. Sederhana, namun berhasil membuat Gamma mendadak kehilangan seluruh kosa katanya.Alasan mengapa Serra ingin memeluknya pun Gamma tidak bisa menebakknya.Apakah itu Bawaan bayi? Entahlah tapi Gamma merasa aneh dengan permintaan itu. Sisi liarnya kemudian mengintervensi. Mencoba membuat konspirasi dalam kepalanya jika itu hanya bentuk strategi yang dilakukan Serra untuk meraih sesuatu darinya. Betulan ngidam atau hanya alasan untuk mencari kesempatan?"Memelukku?" Gamma akhirnya membuka suara setelah beberapa detik diam berkutat dengan isi kepalanya.Wanita itu pun mengangguk, nampak ragu, dan tidak yakin. Ia menggigit bibir bawahnya tanda kegugupan telah mendominasi dalam diri, akan tetapi tindakan itu justru membuat pikiran nakal Gamma beraksi kembali. Oh, God! "Eh, tapi .... Lupakan sa
Read more

BAB 23 — IMPIAN YANG TERLALU TINGGI

Usai pemeriksaan kandungan bersama dokter, Serra melangkahkan kaki dengan ragu di depan poli klinik obgyn. Kedua matanya bergerak ke kanan dan ke kiri memindai suasana di sekelilingnya, mencari sebuah lorong yang menghubungkan poli tempat periksa para ibu hamil itu dengan tempat tujuannya. Setelah menemukannya, ia bergegas membawa langkahnya ke sana melewati deretan wanita yang perutnya mulai membuncit. Beberapa bulan lagi perutnya akan membesar sama seperti mereka. Sungguh ia tak sabar ingin merasakan tendangan demi tendangan yang dilakukan buah hatinya, mengajaknya berbincang, dan melakukan aktivitas bersamanya. Serra lalu menggeser tubuhnya saat rombongan petugas kesehatan mendorong sebuah brankar yang berisi seorang ibu hamil tua sedang kesakitan berpapasan denganya, ia memberi ruang agar mereka bisa berjalan terlebih dahulu.Poli ini memang ramai, apalagi tidak sedikit yang datang bersama pasangan masing-masing menambah padatnya ruang tunggu yang hanya beruk
Read more

BAB 24 — BIAN ADITAMA

Serra memandang pantulan dirinya di cermin. Bibir tipis itu terbuka sedikit, mengatur napas yang tak beraturan. Kini ia telah berdiri di depan wastafel pada kamar mandi rumah sakit. Ia baru saja mengeluarkan isi perutnya karena mendadak mual. Berulang kali Serra menghela napas panjang dan membuangnya secara perlahan. Berusaha menetralkan gejolak perut yang tiba-tiba saja menyerangnya, padahal beberapa hari terakhir ia tidak merasakannya sama sekali. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam lamanya di kamar Rena, Serra pamit untuk pulang. Ia harus menyelesaikan tugasnya sebagai seorang istri, jangan sampai Gamma datang tetapi ia belum pulang. Walaupun sebenarnya Serra tidak rela meninggalkan Rena dalam keadaan seperti itu sendirian. Namun, ia belum bisa berbuat lebih selama Gamma belum mengetahui segala sesuatu tentang hidupnya. Rumit. Bahkan kepala Serra rasanya mau pecah karena ada banyak hal yang harus ia pikirkan.Namun, yang masih menjadi pertan
Read more

BAB 25 — BIAN DAN COOKING CLASS

"Jadi sebenarnya kau ini lulusan ahli gizi?” Serra menghentikan dorongan trolinya begitu sampai pada rak berisi susu dan yoghurt. Tangannya terulur meraih satu kotak susu berukuran satu liter dan mengamati kandungan bahan yang tertera pada tabel kemasannya. Sementara Bian hanya mengikuti kemana langkah Serra bergerak. Lima belas menit yang lalu, kedua manusia itu tiba di sebuah supermarket besar yang tak jauh dari komplek perumahan mereka. “Kau benar. Aku bekerja di rumah sakit sekitar dua tahun saja, selepas itu aku memilih resign,” jawab Bian yang juga melakukan hal yang sama dengan Serra. Bedanya pria itu hanya membawa satu keranjang belanja yang sudah berisi dengan sabun, shampoo dan juga beberapa camilan lainnya. Wanita itu lalu meletakkan sekotak susu kedelai pada trolinya, selanjutnya menatap Bian dengan serius. “Lalu, kenapa kau lebih memilih mengelola restaurant, bukankah di rumah sakit kau mendapatkan gaji dan tunjangan yang tetap dan lumayan besar, tanpa harus menanggung
Read more

BAB 26 — KEMARAHAN GAMMA

Kedua tangan kekar yang tadinya bersedekap kini telah terurai, berganti bersembunyi pada saku celana. Pria itu menegakkan tubuhnya berdiri tegap menjulang di hadapan Serra.Namun kedua netra Gamma masih tak melepaskan pandangan dari istrinya, mengunci pergerakan wanita itu hingga tak bisa berkutik, seakan menuntut penjelasan mengapa ia bisa pulang bersama laki-laki lain.Jangan berpikir bahwa Gamma buta dan tuli, walau gerbang rumah mereka tertutup, pria itu mendengar semua percakapan antara Serra dengan laki-laki asing itu. Juga melihat interaksi dua insan itu melalui sela-sela pagar besi yang terbuka.Lalu apa-apaan tadi? Lelaki itu bilang istrinya cantik? Berani-beraninya pria itu menggoda istrinya! Jika saja Gamma gegabah maka bisa dipastikan layangan bogem mentah itu tak akan terhindarkan untuknya. Harusnya lelaki itu bersyukur karena masih selamat dari amukan Gamma.Sementara Serra yang ditatap sedemikian rupa mendadak begidik ngeri. Wanita itu menggigit bibirnya sendiri dan ber
Read more

BAB 27 — PESAN DARI BIAN

"SHIT!"Umpatan dalam bahasa asing itu lolos dari bibir Gamma, begitu ia menapaki kamar pribadinya. Pria itu lantas melemparkan jasnya ke tempat tidur secara sembarang dan membuka kancing kemejanya menuju kamar mandi. Tangannya buru-buru menyambar Keran cartridge berbahan stainless steel itu, menarik pengatupnya dan membiarkan air mengalir dari sana. lalu kedua tangan kekarnya menangkup air dan membasuh wajahnya beberapa kali. Gamma lantas menatap pantulan dirinya di cermin yang berukuran kurang lebih dua meter itu. Tangannya meremas udara bersamaan dengan matanya yang terpejam Sempurna. "ARGH! SHIT!" Sejurus kemudian lelaki itu melayangkan hantaman cukup keras pada sebuah kabinet berlapis marmer di hadapannya.Rahang pria itu mengatup rapat. Membiarkan nyeri menyelimuti buku-buku jarinya."Apa yang kau lakukan hari ini, Gamma?!" Pria itu meremas rambutnya sendiri melampiaskan kekesalan yang datang terlambat itu.
Read more

BAB 28 — BERADU TATAP

Begitu pintu lift terbuka, Serra melangkahkan kakinya dengan ragu ketika Memasuki koridor sebuah gedung bangunan setinggi 20 lantai itu. Wanita itu mengedarkan pandangan mencari sebuah ruangan yang akan ia gunakan untuk kegiatan cooking class pagi ini. seperti yang tertera pada undangan yang Bian kirimkan kemarin sore.Ruang Lotus 3, Grand Serela Hotel.Detik berikutnya ia menemukan beberapa orang telah berkumpul di depan sebuah ruangan. Mereka menggunakan baju dengan warna yang sama, seperti panitia acara pada umumnya. Serra kemudian berjalan mendekat ke arah para panitia berseragam hitam itu. Lalu menanyakan apakah benar ruangan itu yang digunakan untuk para peserta cooking class dan para panitia itu membenarkan dugaan Serra.Dari kejauhan juga terlihat Bian sedang membawa sebuah papan dan beberapa lembar kertas yang terlihat menumpuk di hadapannya. Pria itu sibuk menuliskan sesuatu, sesekali juga berkomunikasi melalui handy talky yang di pegangnya.Ah, pria itu sedang berkutat denga
Read more

BAB 29 — BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU?

Api yang membesar itu telah dipadamkan dengan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan). Tangan Gamma meremas udara kuat-kuat begitu melihat Bian menyiramkan air dingin pada tangan Serra. Selanjutnya memberikan gel lidah buaya pada bagian tangan yang memerah itu. Tidak mengapa, tetapi yang menjadi masalah adalah Pria bernama Bian itu berdiri di belakang Serra seolah-olah sedang memeluk istrinya dari Belakang. Sontak Gamma melangkahkan kakinya lebar-lebar seraya menarik Serra dari pria itu.Tindakan Gamma jelas membuat kedua mata Bian terbuka lebar juga Serra yang hampir kehilangan jantungnya karena terkejut. "Aw! Gamma!" Pekik perempuan itu saat Gamma meraih lengan Serra. Hanya butuh satu hentakan Serra sudah berada dalam rengkuhannya. Gamma lantas melingkarkan tangan pada pinggang ramping itu posesif seakan memberikan peringatan kepada Bian bahwa Serra adalah miliknya."Kita ke rumah sakit!" ujar Gamma dengan nada datarnya. Tetapi Serra menggelengkan kepalanya.
Read more

BAB 30 — HOW COME?

"Sialan! Aku pikir kau yang sekarat dan dilarikan ke rumah sakit." William menaruh sebuah map merah yang ia bawa di meja yang terletak di hadapan Gamma.Pria itu baru saja datang ke ruangan Gamma dan atasannya itu juga baru saja tiba di kantornya. Setelah semua urusan selesai ia menyempatkan diri untuk pergi ke kantor sebentar. Walau dirinya kini benaknya dibayangi dengan pertanyaan "Apakah Serra baik-baik saja?" Sebenarnya pria itu tak mau meninggalkan Serra sendirian dalam rumahnya selepas kejadian yang membuat jantungnya hampir mencuat keluar. "Lalu bagaimana keadaan istrimu, apakah lukanya parah?" tanya William kembali.Gamma lantas menganggukkan kepalanya. "Dia sudah baik.""Kau yang membawa Serra ke rumah sakit?""Lalu kau pikir Bian yang membawanya? Jelas tidak akan aku biarkan itu terjadi.""Oh, wow, kau terlihat khawatir dan protektif, apa .... kau sudah jatuh cinta pada Serra?" Goda William.Gamma buru-buru melemparkan pandangan ke arah William. Dahi pria itu berkerut, ma
Read more
PREV
123456
...
29
DMCA.com Protection Status