Mbak Vita mendekati ibu, aku sudah siap siaga jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Iya, seseorang jika sudah emosi bisa melakukan hal nekat, bahkan di luar nalar. Aku mengurut dada perlahan saat Mbak Vita tersenyum pada ibu dan mengusap kedua pundaknya. "Bukankah Ibu kemarin sudah bilang kalau uang asuransi itu cair akan dibagi rata? Kenapa sekarang berubah? Jangan bilang kalau Ibu berubah karena kedatangan Ubay yang yang sudah membawakan mesin cuci itu? Dengar, ya, Bu, harga mesin cuci ini hanya sepersekian persen dari uang Ibu dapat ini!" Aku mendengkus, Lagi-lagi ia bawa-bawa mesin cuci. "Vita, dengerin Ibu dulu. Ibu tidak pernah bilang kalau uang itu untuk ibu sendiri, tetapi ini atas kemauan Karim bukan ibu," jawab Ibu. "Benar, Mbak. Ibu bahkan belum bicara apa-apa. Duduk dulu, Mbak. Biar bisa bicara dengan kepala dingin," ucapku. Bukannya duduk seperti permintaanku, Mbak Vita malah melotot dan sorot matanya seolah menunjukkan kalau ia memang sangat membenciku, entah di m
Read more