Semua Bab Karena Kita Orang Miskin: Bab 21 - Bab 30

49 Bab

Bab 19

Karena Kita Orang Miskin (19)"Bungkusan apa?" tanya ibu mertua.Aku diam. Tak berani menjawab. Takut kalau aku semakin salah bicara. Tatapan Mas Dadang tadi sudah menyiratkan ketidaknyamanan karena ucapanku."Bukan apa-apa, Bu. Cuma jajanan anak-anak yang Dadang beli semalam. Dadang nggak sempat beli apa-apa, Bu. Sisa ongkos Dadang belikan cemilan," jelas Mas Dadang pada ibunya.Entah ibu mertuaku percaya atau tidak, tapi bisa kulihat tatapan keraguannya."Oh, ya udah," katanya.Tak lama setelahnya, Mbak Lulu datang mengantar sarapan. Melihat Mas Dadang duduk bersama denganku dan ibu mertua, Mbak Lulu sangat terkejut hingga tak sengaja menjatuhkan bungkusan plastik yang dibawanya."Ini beneran kamu, Dang?" tanyanya saat mendekat ke suamiku."Iya, Mbak. Bener ini Dadang," jawab Mas Dadang.Mbak Lulu mengucap syukur berkali-kali karena mengetahui kenyataan ini.Mau tidak mau, Mas Dadang kembali menceritakan kejadian yang menimpanya walau tidak sedetail yang diceritakan padaku. Cerita M
Baca selengkapnya

Bab 20a

Karena Kita Orang Miskin (20)Jantungku berdetak tak beraturan. Sepertinya Mas Bambang dan Mas Dadang saling kenal. Padahal, selama ini aku yakin betul mereka belum pernah bertemu sejak kepergian Mas Bambang tanpa kabar padaku dulu. Mas Dadang memang pernah kuceritakan perihal Mas Bambang, tapi tak pernah kutunjukkan fotonya.Mas Dadang berdiri dan berjalan ke arah Mas Bambang. Mereka langsung berpelukan. Seperti dua orang yang saling kenal akrab dan lama tak bersua."Apa kabar kamu, Bro?" Mas Bambang meninju pelan bahu suamiku setelah keduanya melepas pelukan."Alhamdulillah baik, Bang! Abang sendiri gimana? Makin keren sekarang, ya, aku lihat," ucap Mas Dadang.Keduanya lantas berangkulan dan duduk di sofa panjang yang sama."Mbak Arin nemuin ini anak di mana?" tanya Mas Bambang ke Bu Lurah.Bu Lurah menunjukku yang duduk di sofa lain.Mas Bambang mengalihkan pandang ke arah Mas Dadang setelah sebelumnya melihat arah yang ditunjuk kakaknya."Ratna? Kamu siapa Ratna, Bro?""Abang ken
Baca selengkapnya

Bab 20b

Karena Kita Orang Miskin (20b)Seperti janji temu Mas Dadang dan Mas Bambang, pagi-pagi sekali Mas Bambang sudah datang ke rumah. Dia bahkan berinisiatif membawa sarapan untuk kami sekeluarga. Akhirnya, mau tak mau, kami makan bersamanya.Suamiku tampak sangat bahagia saat bercengkrama dengan kawannya itu. Begitu juga dengan Mas Bambang yang terlihat antusias menanggapi obrolan itu. Sementara aku merasa risih karena terkadang mendapati Mas Bambang yang seperti mencuri pandang ke arahku saat aku menyiapkan dan membereskan makanan.Jujur saja, aku merasa sedikit khawatir kalau Mas Dadang tahu tentang masa laluku dengan Mas Bambang. Juga tentang usahanya mendekatiku lagi.Aku mengantar anak-anak sampai ke teras saat mereka hendak berangkat ke sekolah. Dari jauh, aku melihat ibu Mas Dadang berjalan ke arah rumah kami. Tiba-tiba saja kejadian beberapa waktu lalu melintas dalam benakku. Aku takut kalau beliau datang ke rumah dan mendapati Mas Bambang ada di rumah kami.Harap-harap cemas aku
Baca selengkapnya

Bab 21

Karena Kita Orang Miskin (21)Ya Allah ... ke mana Mas Dadang? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Pergi dari kemarin siang membawa emas, sampai detik ini tak kunjung kembali. Kabar pun tak kudapati.Aku benar-benar takut sesuatu yang buruk menimpanya. Sementara aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong. Jangankan menolong, mencaritahu kabarnya pun aku tak mampu. Aku harus bagaimana sekarang?Sampai waktu Rindi pulang sekolah pun Mas Dadang belum juga tampak. Karenanya, aku memutuskan menemui Mbak Lulu di rumahnya. Semoga saja kakak iparku itu bisa membantu mencaritahu keberadaan adiknya."Memangnya, Dadang pergi ke mana, sih, Na?" tanya Mbak Lulu setelah kujelaskan maksud dan tujuan ke rumahnya."Pergi sama temennya, Mbak.""Temen siapa, Na? Kamu nggak punya nomer hapenya?""Ada, sih, Mbak. Tapi nggak aktif nomernya. Saya jadi bingung, Mbak. Mana mereka pergi bawa em-" Terpaksa kuhentikan kata-kata karena terdengar salam dari teras rumah Mbak Lulu.Mbak Lulu lantas berdiri dari ku
Baca selengkapnya

Bab 22

Karena Kita Orang Miskin (22)"Astaghfirullah ...." Aku dan ibu mertua mengucapkan itu bersama. Anak-anak yang sedang duduk bersama kami pun bergantian mengucap istighfar. Bagaimana bisa itu terjadi.Kudekati Mas Dadang yang telah terduduk lemas bersandar di dinding samping pintu. Mengelus pundaknya berkali-kali. Lalu membantunya berdiri saat suamiku itu mencoba bangkit.Kutuntun Mas Dadang berjalan hingga duduk di sofa baru kami. Setelah itu, segera aku ke dapur untuk membuatkan teh hangat. Lalu cepat-cepat kembali ke ruang tamu, menyajikannya untuk suamiku."Diminum dulu, Mas." Aku berucap seraya mendekatkan cangkir teh ke wajah Mas Dadang.Tanpa menjawab, Mas Dadang membuka sedikit mulutnya hingga aku bisa menempelkan cangkir ke bibirnya. Mas Dadang hanya meminum sekitar tiga tegukan. Kemudian, tangannya mengambil alih cangkir untuk diletakkannya di meja kecil yang berada di hadapan."Maaf ...." Hanya kata-kata itu yang diucapkan suamiku setelah cukup lama terdiam."Ayah nggak sala
Baca selengkapnya

Bab 23

Karena Kita Orang Miskin (23)Entah semalam aku tidur jam berapa dan bagaimana. Ketika bangun, aku sudah berada dalam kamar. Pelipisku terasa basah. Saat kuraba, ternyata ada handuk basah yang menempel di sana.Mas Dadang muncul tak lama setelah aku membuka mata. Suamiku itu membawa sebuah nampan di tangannya.Nampan itu diletakkannya di atas meja yang entah sejak kapan berada di sini ranjang kami."Alhamdulillah ... Ibu sudah bangun," katanya.Tangannya melepas handuk di keningku dan kemudian meraba tempat itu dengan membolak-balikkan tangannya."Syukurlah, demam Ibu sudah turun. Ayah khawatir banget," lanjutnya.Sementara aku hanya diam menanggapinya. Bingung hendak berkata apa. Juga masih ada perasaan yang tak dapat kumengerti di dalam hati akan sikap Mas Dadang yang kurasa aneh."Ibu kenapa?" tanya Mas Dadang. Tangannya menarik tubuhku dalam pelukan."Kenapa apanya, Yah?""Ibu, kok, kayak dingin sama Ayah dari semalem. Ada apa, Bu? Kalau Ayah salah, kasih tau, dong. Jangan kayak g
Baca selengkapnya

Bab 24a

Karena Kita Orang Miskin (24a)Terpaksa, aku membuka kembali pintu rumah. Ternyata, yang menahan pintu adalah Bu Ina, salah satu tetangga kami. Beliau datang dengan mata sembab sembari menahan tangis."Mbak Ratna, tolongin saya," katanya seraya menangkupkan tangan di depan dada. Tatapannya penuh harap. Mata sembabnya mengisyaratkan kesedihan yang mendalam."Masuk dulu, Bu. Nggak enak nanti kalau dilihat orang. Silakan." Aku mengajak beliau masuk. Lantas kutinggalkan untuk membuat jamuan.Dari kamar, Mas Dadang memanggilku. Dia menanyakan siapa yang datang. Kuberitahu saja seraya memintanya menemani di ruang tamu terlebih dahulu sementara aku membuatkan teh.Aku ikut duduk di samping Mas Dadang setelah memindahkan isi nampan ke atas meja. Lantas menawarkan tamu kami untuk menikmatinya. Sajian sederhana berupa teh dan beberapa keping biskuit kalengan."Jadi, kalau boleh saya tau, ada apa maksud kedatangan Bu Ani malam-malam begini ke sini?" Aku bertanya setelah wanita paruh baya itu mel
Baca selengkapnya

Bab 24b

Karena Kita Orang Miskin (24b)Pagi hari, saat berbelanja sayur ke pasar, aku mendapati beberapa orang berbisik-bisik saat aku lewat. Entah apa lagi yang dibicarakannya tentang diriku. Lebih baik kuacuhkan saja.Entah dari mana orang-orang tahu kabar kami membantu keluarga Bu Ina, siangnya, satu per satu orang datang ke rumah untuk meminta bantuan dana. Macam-macam alasan mereka. Ada yang untuk biaya sekolah anak, hingga yang hanya untuk foya-foya seperti mengganti ponsel dengan model terbaru. Semuanya kami tolak baik-baik karena memang kami tidak memegang uang tunai. Lagipula, aku takut kalau menjadi kebiasaan bagi mereka. Bukannya pelit atau sombong, aku hanya takut kalau hutang-piutang malah menjadi pemutus silaturahmi.Ibu mertua yang mengetahui perihal orang-orang yang datang ke rumah kami untuk berhutang pun menjadi geram. Beliau bahkan mengusir secara terang-terangan beberapa orang yang datang saat beliau sampai di rumah kami. Beliau malah tak segan untuk menyindir beberapa ora
Baca selengkapnya

Bab 25

Karena Kita Orang Miskin (25)Aku berjalan mendekat saat melihat kejadian di depan sana."Loh, ada apa ini, Pak?" tanyaku pada seorang polisi yang hendak masuk ke dalam mobil patroli bersama suamiku."Apa dengan Ibu Ratna?" Polisi itu balik bertanya."Benar, saya sendiri.""Kalau begitu, mari Ibu ikut dengan kami juga untuk memberikan keterangan di kantor.""Loh, ada apa ini, Pak? Kenapa kami harus dibawa ke kantor polisi? Salah kami apa?""Nanti akan kami jelaskan lengkapnya di kantor. Mari, Ibu." Polisi itu mempersilakan aku untuk masuk ke dalam mobil patroli yang di dalamnya telah duduk Mas Dadang. Terpaksa, aku ikut masuk setelah memastikan anak-anak aman di rumah.Ternyata, kami dibawa ke kantor polisi guna dimintai keterangan sebagai saksi yang menguatkan alibi Yu Tina. Semalam, suami Yu Tina dikabarkan meninggal dunia akibat dibunuh. Sesuai identifikasi, waktu kematian ditaksir tepat saat Yu Tina sedang berada di rumah kami. Jadi, kami dimintai keterangan terkait hal itu. Syuk
Baca selengkapnya

Bab 26

Karena Kita Orang Miskin (26)"Assalamualaikum," sapa orang di seberang telepon."Waalaikumsalam.""Maaf, Bu, apa Ibu kenal dengan orang yang punya nomor telepon ini?"Suara ini bukan milik Mas Bambang. Lantas, siapa dia? Kenapa menanyakan hal ini. Ada apa sebenarnya?"Iya, ada apa, ya?" Aku bertanya setelah berpikir sejenak."Saya Yanto, Bu. Saya yang membawa orang yang punya hape ini ke rumah sakit. Orangnya kecelakaan barusan. Sekarang orangnya lagi ditangani dokter. Di hape ini, cuma ada nomor Ibu. Jadi, saya nelpon ke Ibu."Astaghfirullah ....Mas Bambang kecelakaan?Inikah jawaban firasat burukku?Lalu, bagaimana dengan Mas Dadang? Mereka, kan, pergi bersama.Tanpa bertanya lebih detail, aku langsung meminta alamat rumah sakit tempat Mas Bambang dilarikan. Lalu, sesegera mungkin aku keluar rumah dan mencari ojek untuk mengantar ke sana. Tentunya setelah memastikan anak-anak mengunci pintu rumah dan tidak membuka pintu untuk orang lain selain aku dan Mas Dadang.Aku harus mengece
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status