Home / Rumah Tangga / PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI: Chapter 61 - Chapter 70

88 Chapters

Part 77

Part 77“Ayah, jangan sedih, aku janji akan mencari Luna. Sekarang izinkan aku merawat Ayah di rumah ini,” ucapku menggusuk punggung Ayah yang sedang menangis.“Terimakasi, Nak, terimakasih. Kalau tidak ada kamu dan Tantemu, mungkin aku sudah hidup di jalanan,” kata Ayah menyeka lagi air matanya dengan sapu tangan.Ayah, maafkan aku belum bisa jujur, aku janji, setelah dendamku ke Dona terbalaskan, akan kubawa Ayah jauh dan kita bisa hidup tenang. Awas kamu Dona, akan kubalas setiap tetesan air mata Ayahku. Bukan hanya aku yang menjadi korban kejahatanmu, ayahku juga, setelah semua harta Ayahku terjual, kamu mencampakkan Ayahku seperti sampah.“Ayah, selama tinggal di sini, Ayah tutup pintu dan jangan ke luar. Aku akan mengunjungi Ayah setiap hari membawakan makanan dan kebutuhan Ayah lainnya.”“Ayah tidak enak merepotkan kamu dan Tantemu, Lani.”“Ayah tidak merepotkan aku, anggap saja aku Luna putri Ayah.”“Lani, kenapa kalian menolongku, padahal aku bukan siapa-siapa kalian.”“Kena
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 78

Part 78Rencanaku berhasil. Aku telah membuat Dona malu di depan pelanggan salonku yang mayoritas ibu-ibu berduit. Wajah Dona tegang mendengar kalau suami bu Jovi adalah salah satu pejabat polisi di kota ini. Aku akan melanjutkan permainan ini.“Ini salahku juga karena mengatakan akan membayarkan Tante di acar arisan itu, maksudku hanya ingin membuat Tante bisa bergaul dengan kalangan atas, serta apa yang dialami Tante sekarang bisa terobati.” Aku memasang wajah sedih.“Kamu tdiak salah Lani, maksudmu baik mau meberiku uang, tapi mereka saja yang sok dan menghinaku,” jawab Dona.“Sekarang, apa yang akan kita lakukan? Aku tidak mau Tante di penjara gara-gara menampar Bu Jovi.”“Dia menghinaku, Lani. Aku reflek menamparnya, aku sangat kesal,” ucap Dona belum bisa menerimanya.“Baiklah, aku akan meminta maaf atas nama Tante, mudah-mudahan tidak di kasuskan Bu Jovi,” ucapku dan ingin melangkah ke dalam salon.“Tunggu Lani!” Dona memegang tanganku mengehentikan aku.“Ini bukan salahmu kena
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 79

Part 79Pov Dona.“Awas kamu Jovi, Mimi. Akan aku perlihatkan bagaimana seorang Dona. Aku juga bisa ikut arisan itu seperti kalian, dan kamu harus tau, aku bisa dapatkan apa yang aku inginkan, akan kubuat mulut kalian terdiam melihat aku bukan pengemis seperti yang kalian katakan,” gumamku sambil menyetir.Aku sudah tidak sabar ingin melihat uang yang akan aku cairkan. Setelah uang ini aku cairkan aku akan membuat Lani menikah dengan Rio secepatnya agar aku bisa memperoleh sertifikat rumahku lagi.“Permisi, Mbak. Aku mau mencairkan cek tunai ini,” ucapku menyodorkan cek itu ke teller bank.“Sebentar ya, Bu. Di cek dulu,” jawab teller bank itu dan matanya langsung menatap layar komputernya dengan jari-jarinya sibuk mengetik.“Maaf, ini rekening bank yang di maksud tidak punya saldo sebanyak ini, Bu,” kata teller bank dan mengembalikan lagi daun cek tunai yang kuberikan tadi.“Apa!? Tolong cek lagi, mana tau salah nomor rekening,” ucapku terkejut.“Sebentar.” Teller bank itu mencoba sib
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 80

Part 80“Lani, kamu jadi antarkan Tante ke rumah Bu Jovi?” tanya Dona di ponsel.“Jadi, Tante. Aku jemput sebentar lagi, ya,” jawabku.“Tidak usah, biar Tante jemput saja kamu, lagian Tante tidak ingin Rio tau, dia pasti tidak suka.”“Kenapa tidak jujur saja, Tante. Rio putra Tante, kalau dia tidak suka kenapa Tante tetap ikut,” ucapku menanggapi.“Nanti juga akan Tante beri tau, Lani. Tapi bukan sekarang.”Aku menutup pembicaraan di ponsel setelah selesai berbicara dengan Dona. Dona tampak bersemangat ikut arisan Bu Jovi, ternyata dia belum tahu siapa Bu Jovi. Bu Jovi punya hobi berjudi sesama anggota arisannya, jumlah yang dipertaruhkan tidak sedikit, mereka tante-tante berduit dan punya bisnis, aku rasa Dona salah ikut kali ini, aku yakin dia tidak akan sanggup menyeimbangi pergaulan Bu Jovi. Aku saja hanya kenal Bu Jovi sekedar pelanggan tetap salon, mereka juga sangat memperhatikan penampilan. Mungkin inilah kehidupan sosialita yang mereka sebut.Sesuai janji, Dona menjemputku ja
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 81 dan 82

Part 81Pov Dona.“Sial!” Aku melempar kartuku ke meja.Aku kalah lagi. Sekarang uangku sudah habis, mobilku juga sudah di pertaruhkan. Sepertinya aku harus minta uang ke Lani, aku mau main lagi dan mendapatkan uangku kembali. Uh! Kenapa aku tidak berhenti main setelah aku menang.“Tenang Bu Dona, aku masih bisa meminjamkan uang padamu,” kata Bu Jovi.“Betulkah, Bu? Sekarang pinjamkan aku tiga ratus juta, setelah aku menang akan kuganti.”“Tapi ada syaratnya, aku butuh sesuatu yang bisa jadi jaminan.”“Loh, itu bukan meminjamkan namanya?!”“Bu Dona, zaman sekarang mana ada orang yang mau meminjamkan secara cuma-cuma.”Aku masih punya sertifikat bekas kebakaran gudang perusahaan Rio. Aku akan mengambil surat itu pulang dan ikut bermain lagi, aku yakin aku pasti menang. Atau ... Lani, dia pasti mau memberikan uang padaku karena sebelumnya dia pernah mengatakan akan membayarkan seratus juta untuk ikut arisan. Ya, Lani solusiku sekarang, tapi di mana Lani? Kenapa aku tidak meihatnya?“Bu
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 83 dan 84

Part 83Pov Lani.Aku merasa puas melihat reaksi Dona. Apa yang dialami Dona tidak sebanding dengan apa yang aku dan Ayahku alami. Mungkin Dona mengira aku adalah sumber keuangannya yang bisa di manfaatkan semata-mata karena aku mencintai putranya. Rio, maaf aku melakukan ini terhadap Ibumu, meskipun kamu terluka nantinya ulah dariku, lukamu tidak seberapa dengan apa yang aku alami. Maafkan aku Rio ....Aku melaju mobilku ingin menemui Caca. Sudah beberapa hari aku tidak menemuinya, aku terlalu sibuk mengurus Ayah dan salon. Bayu sering menghubungiku dan aku terus menghindar untuk bertemu. Hatiku sudah hambar sebelum berasa, itulah yang kurasakan terhadap Bayu.“Non Lani,” sapa Mbok Siti membukakan pintu.“Caca ada Mbok?” tanyaku melangkah masuk.“Ada di kamarnya, semenjak Non Mila di penjara, dia terlihat murung, bahkan ke sekolahpun tidak mau,” cerita Mbok Siti.“Oh gitu, biar aku ke kamarnya, Mbok,” ucapku melangkah ke kamar Caca sambil membawa boneka dan es krim.Begitu sayangkah
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 85 dan 86

Part 85Pov Rio.“Ayo pergi dari sini, Mi!” Aku menarik tangan Mimi meninggalkan toko tersebut. Aku malu dilihat orang yang lalu lalang menyaksikan Mimiku berteriak-teriak marah ke Lani.“Lepaskan Rio! Lepaskan Mimi, biar Mimi hajar wanita yang telah mempermainkan kita, Mimi tidak bisa terima penghinaan dan kekalahan ini!” Mimi berusaha agar aku melepaskannya. Aku sekuat tenaga menarik Mimi menjauh dari Lani.Sampai di dekat mobil, aku melepaskan Mimi, “Cukup Mi! Cukup!” Mimi terdiam mendengar suara kerasku.“Aku mohon, tolong jangan perpanjang masalah ini, Kalau Lani lebih memilih Bayu, itu wajar karena Bayu lelaki mampan dan tidak sepertiku!” Aku menyatukan telapak taganku memohon agar Mimi tidak berteriak lagi.“Rio, kamu lihat wanita itu, dia telah mempermainkan kita, dia selingkuh darimu.”“Aku pantas mendapatkannya, Mi. Aku tidak bisa membahagiakan Lani dengan kondisiku sekarang.” Aku masih berusaha tenang dan sabar.Mimi terpana diam.“Lihat aku, Mi. Aku lelaki yang tidak punya
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 87 dan 88

part 87Bagaimana mungkin aku harus jujur sekarang. Permainan ini belum usai. Aku ingin melihat Dona menerima akibat semua permainan ini dulu, orang yang menolongku juga punya dendam. Aku tidak bisa mengabaikannya, selama ini, aku berhutang nyawa padanya, dia juga menolongku mencari Ayah.Aku mendekati Ayah. Membungkukkan badan, aku sejajar dengan Ayah yang duduk di kursi roda."Ayah, kenapa aku dikira Luna? Aku Lani, jika Ayah mau memanggilku Luna, aku tetap suka.""Kenapa sifat dan suaramu sangat mirip dengan Luna. Aku hampir gila mengiramu Lunaku. Maafkan aku, aku sangat merindukan putriku." Tangis Ayah pecah seketika.Aku mengusap air mata Ayah dengan tanganku. "Ayah boleh panggil aku Luna," ucapku tersenyum menangis.💖💖💖Pov Rio.Aku secepatnya meninggalkan rumah itu. Setidaknya aku tahu Ayah baik-baik saja. Lani wanita baik, aku yakin dia punya alasan menduakan aku. Selama jalan dengannya, tidak tampak kalau dia wanita berhati jahat.Aku melaju mobilku menuju rumah sakit jiwa
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 89

part 89Pov Dona.Ke mana Rio, pagi-pagi sudah pergi dari rumah. Aku bangun kesiangan karena semalaman terus memikirkan apa yang aku alami akhir-akhir ini.Aku menuju ke dapur. Biasanya ada pembantu yang menyiapkan sarapan, kali ini aku harus membiasakan lagi melakukannya sendiri. Kejadian aku ke rumah Mariya masih membuatku kesal, dia mencoba melindungi Lani hingga mendorongku, tenaganya kuat juga.Duduk sendiri sambil minum teh hangat, aku melihat ke kolam renang. Sinar matahari memantulkan cahaya merambat ke air kolam, biasanya suamiku yang duduk di sini. Sekarang aku sendirian dan sepi, tidak ada lagi yang menegurku, entah kenapa hari ini aku rindu dengan tegurannya. Bagaimana keadaanya sekarang, apakah dia sudah jadi pengemis setelah aku tinggalkan di jalan?Ah! Kenapa aku memikirkan lelaki tidak berguna itu. Hidupku sudah repot, aku tidak mau dia menambah repot yang membuatku pusing."Ayo fikir Dona, fikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat," gumamku sendiri sambil
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Part 90

part 90Pov Dona.Gawat! Aku ketahuan oleh Mariya. Apa yang harus aku lakukan, aku sama sekali tidak bisa melawan karena dia memegang pistol."Kamu kira bisa mencuri di rumahku? Aku akan menembak kepalamu sebelum berhasil kabur dari sini!" Suara Mariya terdengar tenang. Pistol masih dekat di depan telingaku.Badanku gemetar, tapi bukan masalah ketahuan mencuri. Aku gemetar karena aku takut dia adalah Riyan yang sengaja mencariku untuk membalas dendam. Apakah aku harus membayar karma dari perbuatanku dulu pada keluarganya?"Buka sebomu," titah Mariya padaku. Suaranya terdengar datar.Aku tetap diam. Posisinya tetap di belakangku, bahkan aku tidak berani menatap matanya."Buka sebomu!" Aku terkejut karena suara Mariya sangat keras di telinga. Aku tetap diam."Aku hitung sampai tiga, jika sebo penutup kepalamu belum di buka hingga hitungan ke tiga, maka aku akan menembak kepalamu, mayatmu akan kuberikan pada anjing peliharaanku."Gawat, Mariya mengancamku. Aku takut dia melihat wajahku.
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status