part 87Bagaimana mungkin aku harus jujur sekarang. Permainan ini belum usai. Aku ingin melihat Dona menerima akibat semua permainan ini dulu, orang yang menolongku juga punya dendam. Aku tidak bisa mengabaikannya, selama ini, aku berhutang nyawa padanya, dia juga menolongku mencari Ayah.Aku mendekati Ayah. Membungkukkan badan, aku sejajar dengan Ayah yang duduk di kursi roda."Ayah, kenapa aku dikira Luna? Aku Lani, jika Ayah mau memanggilku Luna, aku tetap suka.""Kenapa sifat dan suaramu sangat mirip dengan Luna. Aku hampir gila mengiramu Lunaku. Maafkan aku, aku sangat merindukan putriku." Tangis Ayah pecah seketika.Aku mengusap air mata Ayah dengan tanganku. "Ayah boleh panggil aku Luna," ucapku tersenyum menangis.💖💖💖Pov Rio.Aku secepatnya meninggalkan rumah itu. Setidaknya aku tahu Ayah baik-baik saja. Lani wanita baik, aku yakin dia punya alasan menduakan aku. Selama jalan dengannya, tidak tampak kalau dia wanita berhati jahat.Aku melaju mobilku menuju rumah sakit jiwa
part 89Pov Dona.Ke mana Rio, pagi-pagi sudah pergi dari rumah. Aku bangun kesiangan karena semalaman terus memikirkan apa yang aku alami akhir-akhir ini.Aku menuju ke dapur. Biasanya ada pembantu yang menyiapkan sarapan, kali ini aku harus membiasakan lagi melakukannya sendiri. Kejadian aku ke rumah Mariya masih membuatku kesal, dia mencoba melindungi Lani hingga mendorongku, tenaganya kuat juga.Duduk sendiri sambil minum teh hangat, aku melihat ke kolam renang. Sinar matahari memantulkan cahaya merambat ke air kolam, biasanya suamiku yang duduk di sini. Sekarang aku sendirian dan sepi, tidak ada lagi yang menegurku, entah kenapa hari ini aku rindu dengan tegurannya. Bagaimana keadaanya sekarang, apakah dia sudah jadi pengemis setelah aku tinggalkan di jalan?Ah! Kenapa aku memikirkan lelaki tidak berguna itu. Hidupku sudah repot, aku tidak mau dia menambah repot yang membuatku pusing."Ayo fikir Dona, fikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat," gumamku sendiri sambil
part 90Pov Dona.Gawat! Aku ketahuan oleh Mariya. Apa yang harus aku lakukan, aku sama sekali tidak bisa melawan karena dia memegang pistol."Kamu kira bisa mencuri di rumahku? Aku akan menembak kepalamu sebelum berhasil kabur dari sini!" Suara Mariya terdengar tenang. Pistol masih dekat di depan telingaku.Badanku gemetar, tapi bukan masalah ketahuan mencuri. Aku gemetar karena aku takut dia adalah Riyan yang sengaja mencariku untuk membalas dendam. Apakah aku harus membayar karma dari perbuatanku dulu pada keluarganya?"Buka sebomu," titah Mariya padaku. Suaranya terdengar datar.Aku tetap diam. Posisinya tetap di belakangku, bahkan aku tidak berani menatap matanya."Buka sebomu!" Aku terkejut karena suara Mariya sangat keras di telinga. Aku tetap diam."Aku hitung sampai tiga, jika sebo penutup kepalamu belum di buka hingga hitungan ke tiga, maka aku akan menembak kepalamu, mayatmu akan kuberikan pada anjing peliharaanku."Gawat, Mariya mengancamku. Aku takut dia melihat wajahku.
part 91Pov Luna.Aku tidak menyangka Rio mengenaliku sebagai Luna. Tapi bagaimana mungkin? Dulu kami tidak pernah berkenalan. Apakah dia menyelidikiku?Aku diam duduk di sampingnya meskipun dia tetap menyetir. Sesekali dia memalingkan wajah menatapku dan aku tetap melihat ke luar kaca mobil. Aku tidak sanggup menatapnya, rasa ini selalu luluh bila melihat cinta di mata Rio. Aku berusaha agar tidak lemah, kelemahan ini akan membuatku kalah seperti yang di katakan Mis Riya.Dalam menyetir mobil Rio terlihat gelisah. Aku tahu itu karena Ibunya. Ternyata dia baru tahu sikap wanita yang melahirkannya. Andaikan kamu tahu apa yang diperbuat Ibumu padaku Rio?"Aku bingung harus memanggilmu siapa, apakah Lani atau Luna." Rio membuka percakapan dalam keterdiaman kami.Aku diam tidak menanggapi."Andai dulu kita sudah saling kenal sebagai saudara tiri. Apakah rasa di hatiku masih sama seperti sekarang?" Mata Rio tetap menatap ke depan.Aku tetap memalingkan wajah ke luar kaca mobil."Apa yang
part 93Pov Dona.Aku di bawa ke rumah sakit jiwa setelah aku mendengar percakapan penjaga penjara tentang kondisiku. Aku akan cari kesempatan hingga aku bisa lolos dan mencari Riyan dan Luna. Aku akan membalas mereka. Mereka mempermainkan hidupku hingga aku sangat rendah. Jika aku berhasil membalaskan sakit hati ini, penjara pun akan menjadi rumahku. Sekarang aku tidak takut lagi. Aku betul-betul dendam."Ayo masuk!" titah penjaga penjara ke padaku agar masuk ke mobil tahanan."Nggak mau! Aku mau menang Ha ha ha, aku tidak bersalah mmm aku tidak bersalah ha ha ha." Aku ekting semaksimal mungkin menangis dan tertawa agar mereka tidak curiga. Bukan Dona namanya kalau tidak banyak akal. Aku wanita cerdik dan pemberani.Mobil di laju menuju ke rumah sakit jiwa tahanan. Dalam mobil aku terus berteriak-teriak sambil tertawa dan menangis. Aku akan cari cara bagaimana lolos. Aku harus bisa.💖💖💖Pov Bayu."Lani! Lani!"Aku memanggil Lani yang tidak memperdulikanku berdiri menatapnya pergi
part 94Pov Rio.Aku tahu Mas Bayu masih menyimpan harapan terhadap Luna. Wajah kecewa menjadi sedikit ceria setelah mendengar ceritaku. Mereka pernah berumah tangga dan ada Caca pengikat mereka. Sedangkan aku, aku hanya anak dari wanita yang dibenci Luna. Bahkan tujuannya mendekatiku hanya untuk membalas Mimiku."Aku pulang dulu, terima kasih telah membawaku menginap ke sini, Rio." Mas Bayu langsung melangkah ke pintu."Biar aku antar, Mas. Mobilmu masih di depan bar.""Aku tidak merepotkamu, 'kan?" Mas Bayu berdiri di ambang pintu kamar."Tidak, Mas. Aku tidak ada kegiatan yang menuntut waktu," jawabku.Aku mengantarkan Mas Bayu ke lokasi mobilnya di parkir. Dalam perjalanan dia tersenyum sambil memandang foto Caca di layar ponselnya. Aku tahu dia pasti membayangkan hidup bahagia bersama Luna dan Caca putri mereka. Entah kenapa rasa cemburuku muncul meskipun aku tahu itu belum terjadi."Mas, aku boleh nanya?" Entah kenapa rasa ingin tahuku muncul."Apa?" Mas Bayu melirikku sesaat."
part 95Rio melihat Bayu memegang tanganku meminta agar aku menjadi istrinya lagi. Caca berdiri di sampingku tersenyum berharap aku dan Bayu bersatu seperti orang tua lainnya. Kenapa ada rasa luka di hatiku melihat raut wajah Rio. Aku sudah berusaha agar hati ini kuat dan menganggap Rio hanya sebatas jembatan membalaskan dendam, tapi aku salah, aku berada di posisi dilema akibat permainanku sendiri.Aku melepaskan tanganku dari Bayu. "Aku ke sini untuk Caca, jangan salah faham," jawabku ketus.Entah kenapa aku belum bisa memaafkan perlakuan Bayu padaku dulu. Luka ini semakin parah mengingat apa yang dilakukannya dulu bersama Mila terhadapku. Dia telah menghinaku karena telah membeliku dari Dona. Aku seperti wanita tidak berharga. Untuk rasa, rasa itu dulu baru tumbuh tapi tiba-tiba mati sampai ke akarnya."Bunda, kembalilah sama Papa," pinta Caca menatap penuh harap.Inilah yang semakin membuatku rumit. Aku tidak mencintai Bayu, tapi jika aku bersama Bayu lagi, putriku pasti sangat ba
part 96Malam ini Mis Riya memintaku agar menginap di rumah Bayu. Semua ide Bayu termasuk meminta Rio juga menjagaku. Aku tidak menolak karena mereka mencemaskanku. Dona pasti datang mencariku atau Mis Riya yang dikenalnya dengan nama Riyan.Kami makan malam bersama. Aku duduk di samping kanan Caca, Bayu duduk di samping kiri Caca, sedangkan Rio duduk di kursi yang berhadapan denganku."Bunda, suapin aku donk," pinta Caca manja kepadaku."Oke Sayang," jawabku lalu mengambil sendok di piring makan Caca dan menyuapinya.Caca tersenyum senang. Aku tahu dia sangat bahagia di dekat aku dan Bayu, orang tua kandungnya."Papa, suapin aku juga," pinta Caca ke Bayu setelah nasi di mulutnya habis."Iya Sayang Papa," jawab Bayu menyuapi Caca seperti yang aku lakukan.Rio menyaksikan aku dan Bayu menyuapi Caca. Meskipun dia terlihat cuek sambil makan, aku tahu dia cemburu. Aku tidak sanggup menatap mata Rio, sekuat hati aku mengusir Rio dari hatiku, sekuat itu juga dia kokoh dan bersemayam."Bunda
part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k
part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama
part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum
part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia
part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang
part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi