Part 81Pov Dona.“Sial!” Aku melempar kartuku ke meja.Aku kalah lagi. Sekarang uangku sudah habis, mobilku juga sudah di pertaruhkan. Sepertinya aku harus minta uang ke Lani, aku mau main lagi dan mendapatkan uangku kembali. Uh! Kenapa aku tidak berhenti main setelah aku menang.“Tenang Bu Dona, aku masih bisa meminjamkan uang padamu,” kata Bu Jovi.“Betulkah, Bu? Sekarang pinjamkan aku tiga ratus juta, setelah aku menang akan kuganti.”“Tapi ada syaratnya, aku butuh sesuatu yang bisa jadi jaminan.”“Loh, itu bukan meminjamkan namanya?!”“Bu Dona, zaman sekarang mana ada orang yang mau meminjamkan secara cuma-cuma.”Aku masih punya sertifikat bekas kebakaran gudang perusahaan Rio. Aku akan mengambil surat itu pulang dan ikut bermain lagi, aku yakin aku pasti menang. Atau ... Lani, dia pasti mau memberikan uang padaku karena sebelumnya dia pernah mengatakan akan membayarkan seratus juta untuk ikut arisan. Ya, Lani solusiku sekarang, tapi di mana Lani? Kenapa aku tidak meihatnya?“Bu
Part 83Pov Lani.Aku merasa puas melihat reaksi Dona. Apa yang dialami Dona tidak sebanding dengan apa yang aku dan Ayahku alami. Mungkin Dona mengira aku adalah sumber keuangannya yang bisa di manfaatkan semata-mata karena aku mencintai putranya. Rio, maaf aku melakukan ini terhadap Ibumu, meskipun kamu terluka nantinya ulah dariku, lukamu tidak seberapa dengan apa yang aku alami. Maafkan aku Rio ....Aku melaju mobilku ingin menemui Caca. Sudah beberapa hari aku tidak menemuinya, aku terlalu sibuk mengurus Ayah dan salon. Bayu sering menghubungiku dan aku terus menghindar untuk bertemu. Hatiku sudah hambar sebelum berasa, itulah yang kurasakan terhadap Bayu.“Non Lani,” sapa Mbok Siti membukakan pintu.“Caca ada Mbok?” tanyaku melangkah masuk.“Ada di kamarnya, semenjak Non Mila di penjara, dia terlihat murung, bahkan ke sekolahpun tidak mau,” cerita Mbok Siti.“Oh gitu, biar aku ke kamarnya, Mbok,” ucapku melangkah ke kamar Caca sambil membawa boneka dan es krim.Begitu sayangkah
Part 85Pov Rio.“Ayo pergi dari sini, Mi!” Aku menarik tangan Mimi meninggalkan toko tersebut. Aku malu dilihat orang yang lalu lalang menyaksikan Mimiku berteriak-teriak marah ke Lani.“Lepaskan Rio! Lepaskan Mimi, biar Mimi hajar wanita yang telah mempermainkan kita, Mimi tidak bisa terima penghinaan dan kekalahan ini!” Mimi berusaha agar aku melepaskannya. Aku sekuat tenaga menarik Mimi menjauh dari Lani.Sampai di dekat mobil, aku melepaskan Mimi, “Cukup Mi! Cukup!” Mimi terdiam mendengar suara kerasku.“Aku mohon, tolong jangan perpanjang masalah ini, Kalau Lani lebih memilih Bayu, itu wajar karena Bayu lelaki mampan dan tidak sepertiku!” Aku menyatukan telapak taganku memohon agar Mimi tidak berteriak lagi.“Rio, kamu lihat wanita itu, dia telah mempermainkan kita, dia selingkuh darimu.”“Aku pantas mendapatkannya, Mi. Aku tidak bisa membahagiakan Lani dengan kondisiku sekarang.” Aku masih berusaha tenang dan sabar.Mimi terpana diam.“Lihat aku, Mi. Aku lelaki yang tidak punya
part 87Bagaimana mungkin aku harus jujur sekarang. Permainan ini belum usai. Aku ingin melihat Dona menerima akibat semua permainan ini dulu, orang yang menolongku juga punya dendam. Aku tidak bisa mengabaikannya, selama ini, aku berhutang nyawa padanya, dia juga menolongku mencari Ayah.Aku mendekati Ayah. Membungkukkan badan, aku sejajar dengan Ayah yang duduk di kursi roda."Ayah, kenapa aku dikira Luna? Aku Lani, jika Ayah mau memanggilku Luna, aku tetap suka.""Kenapa sifat dan suaramu sangat mirip dengan Luna. Aku hampir gila mengiramu Lunaku. Maafkan aku, aku sangat merindukan putriku." Tangis Ayah pecah seketika.Aku mengusap air mata Ayah dengan tanganku. "Ayah boleh panggil aku Luna," ucapku tersenyum menangis.💖💖💖Pov Rio.Aku secepatnya meninggalkan rumah itu. Setidaknya aku tahu Ayah baik-baik saja. Lani wanita baik, aku yakin dia punya alasan menduakan aku. Selama jalan dengannya, tidak tampak kalau dia wanita berhati jahat.Aku melaju mobilku menuju rumah sakit jiwa
part 89Pov Dona.Ke mana Rio, pagi-pagi sudah pergi dari rumah. Aku bangun kesiangan karena semalaman terus memikirkan apa yang aku alami akhir-akhir ini.Aku menuju ke dapur. Biasanya ada pembantu yang menyiapkan sarapan, kali ini aku harus membiasakan lagi melakukannya sendiri. Kejadian aku ke rumah Mariya masih membuatku kesal, dia mencoba melindungi Lani hingga mendorongku, tenaganya kuat juga.Duduk sendiri sambil minum teh hangat, aku melihat ke kolam renang. Sinar matahari memantulkan cahaya merambat ke air kolam, biasanya suamiku yang duduk di sini. Sekarang aku sendirian dan sepi, tidak ada lagi yang menegurku, entah kenapa hari ini aku rindu dengan tegurannya. Bagaimana keadaanya sekarang, apakah dia sudah jadi pengemis setelah aku tinggalkan di jalan?Ah! Kenapa aku memikirkan lelaki tidak berguna itu. Hidupku sudah repot, aku tidak mau dia menambah repot yang membuatku pusing."Ayo fikir Dona, fikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat," gumamku sendiri sambil
part 90Pov Dona.Gawat! Aku ketahuan oleh Mariya. Apa yang harus aku lakukan, aku sama sekali tidak bisa melawan karena dia memegang pistol."Kamu kira bisa mencuri di rumahku? Aku akan menembak kepalamu sebelum berhasil kabur dari sini!" Suara Mariya terdengar tenang. Pistol masih dekat di depan telingaku.Badanku gemetar, tapi bukan masalah ketahuan mencuri. Aku gemetar karena aku takut dia adalah Riyan yang sengaja mencariku untuk membalas dendam. Apakah aku harus membayar karma dari perbuatanku dulu pada keluarganya?"Buka sebomu," titah Mariya padaku. Suaranya terdengar datar.Aku tetap diam. Posisinya tetap di belakangku, bahkan aku tidak berani menatap matanya."Buka sebomu!" Aku terkejut karena suara Mariya sangat keras di telinga. Aku tetap diam."Aku hitung sampai tiga, jika sebo penutup kepalamu belum di buka hingga hitungan ke tiga, maka aku akan menembak kepalamu, mayatmu akan kuberikan pada anjing peliharaanku."Gawat, Mariya mengancamku. Aku takut dia melihat wajahku.
part 91Pov Luna.Aku tidak menyangka Rio mengenaliku sebagai Luna. Tapi bagaimana mungkin? Dulu kami tidak pernah berkenalan. Apakah dia menyelidikiku?Aku diam duduk di sampingnya meskipun dia tetap menyetir. Sesekali dia memalingkan wajah menatapku dan aku tetap melihat ke luar kaca mobil. Aku tidak sanggup menatapnya, rasa ini selalu luluh bila melihat cinta di mata Rio. Aku berusaha agar tidak lemah, kelemahan ini akan membuatku kalah seperti yang di katakan Mis Riya.Dalam menyetir mobil Rio terlihat gelisah. Aku tahu itu karena Ibunya. Ternyata dia baru tahu sikap wanita yang melahirkannya. Andaikan kamu tahu apa yang diperbuat Ibumu padaku Rio?"Aku bingung harus memanggilmu siapa, apakah Lani atau Luna." Rio membuka percakapan dalam keterdiaman kami.Aku diam tidak menanggapi."Andai dulu kita sudah saling kenal sebagai saudara tiri. Apakah rasa di hatiku masih sama seperti sekarang?" Mata Rio tetap menatap ke depan.Aku tetap memalingkan wajah ke luar kaca mobil."Apa yang
part 93Pov Dona.Aku di bawa ke rumah sakit jiwa setelah aku mendengar percakapan penjaga penjara tentang kondisiku. Aku akan cari kesempatan hingga aku bisa lolos dan mencari Riyan dan Luna. Aku akan membalas mereka. Mereka mempermainkan hidupku hingga aku sangat rendah. Jika aku berhasil membalaskan sakit hati ini, penjara pun akan menjadi rumahku. Sekarang aku tidak takut lagi. Aku betul-betul dendam."Ayo masuk!" titah penjaga penjara ke padaku agar masuk ke mobil tahanan."Nggak mau! Aku mau menang Ha ha ha, aku tidak bersalah mmm aku tidak bersalah ha ha ha." Aku ekting semaksimal mungkin menangis dan tertawa agar mereka tidak curiga. Bukan Dona namanya kalau tidak banyak akal. Aku wanita cerdik dan pemberani.Mobil di laju menuju ke rumah sakit jiwa tahanan. Dalam mobil aku terus berteriak-teriak sambil tertawa dan menangis. Aku akan cari cara bagaimana lolos. Aku harus bisa.💖💖💖Pov Bayu."Lani! Lani!"Aku memanggil Lani yang tidak memperdulikanku berdiri menatapnya pergi