Setelah selesai mengobrol dengan Vi, Juna melihat lagi wajah Mei. Wanita itu tersenyum kepadanya, “Sudah puas ngobrol sama Vi? Jangan ntar bentar-bentar telepon dan video call lagi, gue lagi ribet ini, tahu ...?” omelnya sambil terkekeh. Tapi kemudian senyum yang mengembang di bibir Mei menyurut secara perlahan ketika menyadari tatapan Juna yang teramat dalam kepadanya, Juna seperti ingin mengatakan banyak hal, tetapi pria itu tetap mengatupkan bibirnya. Terdiam lama mengamati Mei dengan sorot mata yang sulit ditebak. “Wanna say something, Jun?” Mei jadi penasaran. Pria itu tersenyum kecut. “Mei, do you love him?” “Him?” “Vincent. Do you love him?” Mei melirik Vincent yang kini sedang memangku Vi sambil menemani bocah itu main kereta api Thomas. Mei kemudian melangkah ke dapur, menjauh dari Vincent sambil berharap semoga Vincent tak mendengar ucapan Juna tadi. “Lu kepo amat sih, Jun? Bukan urusan lu, bawel ...,” oceh Mei sambil menjaga volume suaranya. Juna terkekeh pelan, tatap
Baca selengkapnya