Semua Bab Tamu yang Tak Diundang: Bab 81 - Bab 90

111 Bab

Menolak Lamaran

Dua orang pramusaji datang mengantarkan makanan ke meja kami. Menyajikan pesanan makanan yang telah dipesan ke atas meja dibantu Pak Satria yang memberitahukan siapa pemilik makanan tersebut. Aku menatap lama makanan di depan Malik. "Malik mau Ibu suapin?" tanyaku pada Malik yang sudah siap dengan sendok dan garpu di tangannya. Ia menggeleng. "Makan sendiri," jawabnya sembari tersenyum menatap Starla yang ada di depannya. Tumben, tidak biasanya dan tidak pernah. Ini pertama kalinya ia ingin makan sendiri. "Iya, makan sendiri saja. Kan Adek sudah besar. Kakak juga makan sendiri kok," timpal Starla menanggapi jawaban Malik. Oh, pasti karena Starla. "Itu berbahan kentang dicampur daging dan dibumbui, makanan kesukaan Starla dan kurasa Malik pun pasti suka." Sorot mata Pak Satria ke arah makanan yang tersaji di piring Malik. Ia menjelaskan apa isi makanan tersebut kepadaku. Oh, itu. Bentuknya sekilas mirip perkedel kentang tapi ditata cantik dan dilumuri saus diatasnya. Beda namanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

Salah Bicara

Pov Satria"Tunggu, kamu salah paham. Bukan seperti itu maksudnya." Aku mencoba menjelaskan pada wanita yang sepertinya salah paham dengan pembicaraan kami sekarang ini. "Salah paham, Pak? Dari tadi Saya coba memahami setiap kata atau kalimat yang keluar dari mulut Bapak. Dari sana juga Saya bisa menyimpulkan kalau Bapak menawarkan pernikahan ke Saya hanya untuk kenyamanan Bapak seorang. Bapak tidak ingin ribet. Bapak malas dipaksa terus oleh ibunya Bapak buat menikah dan ini solusinya, bukan? Apalagi Ibu Bapak sangat menyukai Saya. Seperti itu kan?" tuturnya menjelaskan dengan nada penuh emosi tapi masih bisa terkontrol. Sebenarnya tidak salah. Tepat sekali tebakannya. Aku memang malas dipaksa terus oleh Ibu dan ketika wanita di depanku ini memenuhi kriteria ibuku itu, kenapa tidak memintanya saja untuk menjadi istriku, toh kami sama-sama single, sendiri dan butuh pendamping hidup. Namun bukan maksud juga ingin memanfaatkannya. Kurasa kami sama-sama saling menguntungkan. Apa sala
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Harapan Bunda

Malam ini aku pulang ke rumah dengan langkah lesu. Makan malam bersama Pak Satria dan Starla berjalan lancar tapi pembicaraan kami mengenai jawaban lamarannya itu gagal total. Aku tidak menerima ataupun menolaknya. Semua rencanaku kacau setelah mendengar jawaban laki-laki kulkas dua pintu tersebut. Dari beberapa hari yang lalu sebelum pertemuan ini dilakukan, aku sudah punya jawaban atas lamarannya. Aku sudah yakin akan menerima lamaran tersebut, tapi semua kupertimbangkan lagi bahkan ingin menolaknya saja setelah beberapa jawabannya tidak sesuai dengan hatiku. Dia selalu saja mengaitkan semua hal ke ibunya. Aku takut kisah lamaku terulang kembali. Menikah dengan anaknya tapi yang menentukan bagaimana jalan dan nasib rumah tangga nanti, malah ibunya. Bukanlah yang akan menikah itu aku dan dia, bukan aku dengan ibunya. Bayangan berumah tangga bersama Mas Surya dulu sekelebat muncul di benakku. "Ciee … yang kemarin makan malam bersama, gimana? Sepertinya janur kuning sebentar la
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya

Minta Diyakinkan Kembali

Pertemuan itu akhirnya terjadi. Bunda bertemu dengan Bu Resa, ibunya Pak Satria. Ternyata tidak hanya Bu Resa yang datang. Pak Satria juga ikut bergabung dalam pertemuan tersebut karena permintaan ibunya. Bunda Aya tidak keberatan, dia setuju. Ini untuk pertama kalinya Bunda ketemu keduanya. Tidak, ada satu lagi yaitu Starla, gadis cantik nan menggemaskan. Pertemuan terjadi di rumahku. Aku terpaksa meliburkan para pekerja untuk hari tersebut karena tidak ingin jadi pusat perhatian mereka. Apalagi dua orang pekerja merupakan tetangga dekat rumah. Belum pasti bagaimana hasil pertemuan ini malah sudah muncul gosipnya duluan. "Kenalkan Bu, ini Bunda Aya, ibu panti yang sudah Saya anggap seperti ibu kandung sendiri."Aku mengenalkan Bu Resa kepada Bunda, begitupun sebaliknya. "Senang akhirnya bisa bertemu dengan Ibu Soraya. Medina sering sekali menyebut nama Ibu.""Oh ya. Wah, ngomongin apa ya?" Bunda melirik sebentar ke arahku. Senyumnya tak pudar sejak kedatangan Bu Resa dan keluarg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

Keputusannya

Semua menatap ke arah Pak Satria, termasuk aku. Mungkin akulah yang sering mencuri pandang padanya. Bukan karena ingin memperhatikan ketampanannya, tapi lebih ingin melihat seperti apa reaksi yang ditunjukkannya setiap mendengar apapun yang sedang dibicarakan oleh kedua orang tua di sebelah kami masing-masing. Kadang kulihat ia mengerutkan kening. Kadang juga ikut tersenyum ataupun menganggukkan kepala seolah setuju dengan apa yang dibicarakan di hadapannya saat ini. "Satria, ayo Nak katakan apa tujuan kita datang ke sini selain memenuhi undangan dari Bu Aya." Ibu Resa meminta Pak Satria bicara. "Ekhem." Laki-laki di depanku ini berdeham sekali dan sedikit menegakkan badannya dalam posisi duduk yang benar. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan ini. Senang bisa bertemu dengan Bu … A–aya." Sedikit ragu Pak Satria menyebut nama Bunda. Apa dia gugup? Baru tahu seorang laki-laki dingin sepertinya bisa juga merasakan gugup. "Panggil Bunda saja biar lebih akrab." Bunda malah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Persiapan Rencana Pernikahan

"Na, kenapa malah mengajukan surat perjanjian segala?" Akhirnya Bunda mengungkapkan juga bentuk protesnya tersebut setelah acara pertemuan dengan keluarga Pak Satria berakhir. Mereka sudah pulang dari rumah ini tinggal menyisakan aku, Malik, Tika dan Bunda. Malam ini Bunda dan Tika menginap. "Biar lebih aman Bun. Biar nanti kalau kenapa-napa, salah satu dari kami bisa membaca kembali surat perjanjian tersebut," ujarku menjelaskan tanpa berani menatapnya. Dari nada suaranya, aku tahu Bunda tidak suka. Dari ekor mataku, tampak Bunda menggeleng. "Kamu seperti menantang Tuhan, Nak. Kamu seakan tahu seperti apa masa depan pernikahanmu kelak atau kamu seperti tidak yakin dengan pasanganmu sendiri." Bunda masih mencercaku dengan pemahamannya sendiri. Padahal maksud dari surat perjanjian tersebut tidak seperti itu. Aku bukan menantang Tuhan. Aku juga bukan cenayang yang tahu akhir pernikahanku seperti apa. Bukan juga tidak mempercayai pasangan sendiri. Aku hanya mengantisipasi apapun yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

fitting Baju

Pov SatriaWanita di depanku ini menoleh bingung. Sudah tentu heran melihatku tiba-tiba datang dan membantunya bisa masuk ke dalam butik. "Oh, ini sama Bapak ya? Maaf, Pak, kami tidak tahu. Silakan Pak Satria, silakan masuk." "Silakan Mbak." Dengan cepat salah satu karyawan yang mengenalku baik, mempersilakan masuk. Begitu juga ke Medina. Sikap ramahnya pada Medina naik dua kali lipat setelah kuakui wanita itu datang bersamaku. Tanpa kata aku masuk dan menggandeng tangan Medina. Wanita tersebut terkejut dan hendak mengurai genggamanku tapi tak kuizinkan. Tangan ini makin erat memegangnya. Paling tidak sampai kami berhasil naik ke lantai atas dimana Ibu sudah menantikan kedatangan kami. "Biarkan seperti ini. Kamu mau mereka curiga kalau aku telah berbohong pada mereka." Netra Medina membola. Lalu tersenyum palsu pada karyawan yang masih memperhatikan kami. Ia tak jadi melepaskannya. Tangan kami tetap bergandengan layaknya sepasang kekasih. "Nah, itu dia pengantinnya, akhirn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-12
Baca selengkapnya

Bertemu dengannya

Pov Surya"Nggak Rel, aku nggak suka, yang lain saja," protesku tidak setuju dengan pilihan Aurel atas pakaian yang baru saja dicobanya di salah satu butik langganannya. Belahan dada gaun tersebut terlalu rendah hingga dua buah gundukan indah di bagian sana menyembul keatas. Aku tidak suka hal tersebut menjadi santapan liar mata para lelaki yang memandang. Aku terpaksa menemaninya belanja karena hari ini libur kerja dan Aurel memaksaku ikut dengannya. Padahal jujur, aku ingin sekali menemui Malik karena sudah lama dan hampir tiga pekan belum bertemu dengannya. Dua pekan yang lalu, waktunya direbut oleh Aurel karena istri baruku itu sempat masuk rumah sakit akibat asam lambungnya naik lagi dan ia memintaku di akhir pekan setelahnya tetap dengannya. Karena sakit, ia semakin manja padaku. Aku sempat libur kerja dua hari karenanya. "Kenapa sih? Ini bagus kok. Lagian kita bakal menghadiri pesta mewah di salah satu hotel ternama, Yang. Masa penampilanku biasa saja. Memangnya kamu nggak b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-14
Baca selengkapnya

Aku Harus Menemuinya

Pov Surya"Me–" Terhenti. Aku urung memanggil mantan istriku itu saat melihat Pak Satria muncul dari arah yang sama dengannya."Surya?" Pak Satria menyapa lebih dulu saat memangkas jarak. Sebenarnya ada niat untuk menghindar, tapi hati maju-mundur untuk melakukannya hingga akhirnya memilih tetap di tempat dan Pak Satria pun melihat keberadaanku di sini, di tempat yang sama dengannya. Aku penasaran apa yang dilakukan di sini? Apa dia pelanggan di sini atau sedang menemani seseorang sepertiku juga? Kata Aurel, disini juga tersedia pakaian laki-laki. Banyak jas dan kemeja yang bagus untuk kami kaum adam. Aku memang sudah melihatnya dan memang bagus-bagus dan mewah. Sekelas Pak Satria wajar kalau dia memilih di sini untuk menunjang penampilannya. "Iya, Pak. Tidak menyangka bisa bertemu Bapak di sini," balasku ramah sembari mengulas senyum tipis ke arahnya. "Beli baju?" tanyanya terdengar ragu. Aku mengangguk lemah mengiakan pertanyaannya meski tidak menjelaskan secara spesifik ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-15
Baca selengkapnya

Sosok Laki-laki Itu

Pov Surya Hanya berjarak tiga puluh menit dari tempat kami makan untuk menempuh rumah Medina dan aku sekarang meluncur ke sana. Rumahku dulu yang sekarang diberikan ke Medina karena rumah itu nantinya untuk Malik setelah ia dewasa. Sepertinya Tuhan merestui kepergianku ke sana. Jalanan yang kutempuh terbilang lancar hingga dengan cepat pula aku bisa sampai ke sana. Gugup. Itu yang kurasakan saat ini. Padahal cuma ingin menanyakan kebenaran dugaanku itu. Aku juga mencoba merangkai kata apa saja yang harus kuucapkan dihadapannya. Padahal sangat mudah, entah kenapa rasanya sulit sekali. Aku masuk ke dalam halamannya rumah Medina. Sudah berdiri di depan pintunya dan bersiap untuk mengetuknya. Sampai lupa kalau rumah ini menggunakan bell, jadi harusnya tinggal dipencet saja tanpa harus mengetuk pintunya dulu. "Iya. Cari–" Tika. Orang yang membukakan pintu untukku adalah Tika–salah satu anak panti yang sekarang katanya ikut bantu-bantu Medina di rumah ini. Belum juga bicara mengut
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status