Home / Rumah Tangga / Tamu yang Tak Diundang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Tamu yang Tak Diundang: Chapter 91 - Chapter 100

111 Chapters

Mencari Jawaban

Pov Surya"Pak Satria," sapaku balik. Laki-laki itu tersenyum tipis sembari menepuk pundakku pelan. Kalau Medina diantar pulang olehnya bisa jadi benar dugaanku kalau Medina adalah calon istrinya Pak Satria. Namun apa benar dia akan menikah? Dengan Medina mantan istriku? Kapan mereka memulai semuanya. Tiba-tiba saja terdengar akan menikah. "Malik masuk dulu ke dalam ya, ganti pakaian ditemani Kak Tika, baru nanti temui Ayah di depan." Kudengarkan perintah Medina pada anak kami, Malik dan anak itu sangat penurut. Ia mengangguk cepat tanpa membantah. Lalu masuk ke dalam ditemani Tika. "Becka, titip bawakan ke dalam ya." Sebuah paper bag dengan nama butik yang barusan kudatangi bersama Aurel diberikan Medina ke Becka. Temannya itu mengangguk cepat sembari mengacungkan jari jempol ke Medina. "Oke. Becka masuk ya, Kak.""Sudah lama Mas menunggu di sini? Maaf, kami jalan-jalan dulu sebentar seperti weekend biasanya." Medina menghampiri dengan tersenyum tipis. "Tidak, baru saja. Kalian
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Kami Bertengkar Lagi

Pov Surya Aku pulang ke rumah dengan lesu. Berita mengejutkan rencana pernikahan Medina benar adanya. Bahkan aku tahu langsung dari dia. Jadi bukan berita hoax dan telah menuntaskan rasa penasaranku akan hal tersebut. Yang lebih mengejutkan untukku itu adalah siapa calon suaminya. Ternyata mantan istriku itu akan menikah dengan atasanku sendiri, yaitu Pak Satria. Aneh, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi? Kapan mereka bertemu dan mulai berkenalan, serta memutuskan lanjut ke pernikahan? Lucu, mirip drama sinetron televisi yang digandrungi ibu-ibu saat senggang. Mantan istriku adalah istri bosku sekarang. Pasti teman kantor akan mengejekku begitu setelah tahu siapa calon istrinya Pak Satria. Kuhela napas berat memikirkan semua itu. Rasanya ingin resign saja dari kantor. Namun sayangnya aku sangat menyukai pekerjaan yang sedang kugeluti saat ini. Aku tidak ingin egois memikirkan diri sendiri. Ada Malik serta Aurel yang harus kunafkahi. Sebenarnya dengan kekayaan yang dimiliki
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Curhat

Pov Surya"Apa kamu bilang, Rel? Ulangi lagi!" Aku membentak keras Aurel. Bisa-bisanya dia menghinaku sekaligus ibuku. Apa ini wajah aslinya? "Ya, i–itu karena kamu duluan. Aku emosi, aku kesal. Makanya jangan ungkit hal beginian. Receh, Ya. Kenapa sih kamu harus meributkan masalah kecil." Nada bicara Aurel melemah tidak setinggi sebelumnya. Terdengar manja tapi tidak enak di telingaku. Aku tak suka. Dia terlalu meremehkan. Mungkin juga karena moodku lagi hancur ditambah lagi dalam mode marah. Aku sangat marah padanya. Perkataannya tak mudah kulupakan. Jelas sekali terngiang di telingaku bagaimana dia menyebutku payah dan menghina Mama dengan bilang tak bisa mendidikku. Justru harusnya terbalik dia yang payah dan tidak terdidik dengan baik karena bisa-bisanya berkata kasar pada suaminya sendiri. Aku jadi sangsi padanya apa dulu dia bercerai dengan Ardi murni kesalahan Ardi seperti yang diceritakannya atau dia sendiri yang mulai? Bagaimana mungkin seorang Aurel yang kukenal sangat ba
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Suami Menyebalkan

Pov Aurel"Mana sih Surya, dihubungi tidak bisa. Ih ngeselin. Suami payah! Dia memang payah. Dikit-dikit merajuk, dikit-dikit aku disalahkan. Maunya sempurna kayak mantannya itu si Medina. Heran, apa bagusnya mantannya itu. Selalu disebut. Selalu dibandingkan denganku. "Aaargh! Dimatiin lagi. Awas saja kalau pulang kusuruh tidur di sofa, malas banget tidur bareng dia. Suami ngeselin. Nggak bisa buat senang istrinya. Sudah untung aku belikan dia parfum mahal, eh ditolak. Aku masih ngedumel sendiri. ***" Hoam! Eh, s–sudah p–pagi?" Aku terkejut sendiri melihat ke jam digital di atas nakas menunjukkan pukul 07.03. Segera duduk dengan memperhatikan sekali lagi kalau angka itu benar dan aku tidak salah lihat. Iya benar. Sepertinya aku ketiduran, tapi dimana Surya? Di kasur sampingku tidur kosong tidak terlihat sosoknya. Apa dia tidur di luar? Antara lupa dan ingat apakah pintu kamar jadi dikunci atau tidak. Kalau iya, bisa jadi suamiku itu tidur di luar. Biarin! Rasakan akibatnya biki
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Berita yang Kutakutkan itu Akhirnya tersebar

Pov Surya Ponselku tak berhenti berdering dan aku tahu itu dari siapa. Aurel. Tanpa melihat pun aku tahu itu dia yang menghubungiku tanpa henti. Pasti dia penasaran kenapa aku pagi ini pergi tanpa pamit padanya. Tidak membangunkannya juga. Sengaja, aku ingin memberinya pelajaran. Siapa suruh selalu telat bangun dan selalu saja aku yang duluan bangun. Lagian aku tidak ingin selalu menuruti inginnya. Sesekali dialah yang menurut padaku. "Ya, tuh ponselmu dari tadi bergetar mulu, dari siapa? Kok nggak diangkat?" Deri bertanya sembari melirik ke ponselku. Penasaran. Kami duduk bersebelahan sudah pasti membuatnya jadi terganggu. Meski nada suaranya kumatikan, tapi getar ponsel tersebut masih aktif hingga menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu karena ponselnya kuletakkan di atas meja. Refleks segera kuambil dan kumasukkan ke dalam saku. "Aurel ya, tumben nggak diangkat? Kalian bertengkar ya?" Tebakan Deri tepat. Laki-laki bermata sipit itu menatapku lekat seolah menunggu jawabku.
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Mengalah Lagi

Pov Surya"Hai Aurel.""Hei Rel, tumben datang?""Aurel, 'pa kabar?" Banyak yang menyapanya di lantai ini karena meskipun beda divisi, Aurel adalah orang yang humble dan mudah bergaul. Dia sering ke tempat kerjaku, makanya banyak teman kerja yang tahu dan mengenalnya baik di tempat ini. "Hei juga!""Baik.""Baik, kamu?"Itulah jawaban Aurel pada beberapa teman yang menyapanya. Meski raut wajahnya tidak berubah sama sekali dari pertama menatapku, syukurnya dia masih membalas sapaan mereka. "Kita harus bicara!" bentaknya tepat di hadapanku dengan menghempaskan tangannya di atas meja. Dapat kulihat sekarang semua yang berada di sekitarku menatap curiga ke arah kami. Semua tahu aku dan Aurel telah menikah, yang sekarang membuat mereka bingung adalah kenapa Aurel datang dalam keadaan marah. Kulihat sebentar ke arah jam digital yang terpasang di pergelangan tangan. Lalu menatap ke Aurel. "Kita bicara di luar. Jangan di sini," ujarku bersiap dengan membereskan berkas kerja dan ingin
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Mata-Mata

Pov Aurel"Mantanmu itu mau menikah," ujarku memberitahukan hal yang pasti mengejutkan suamiku ini. Tampak Surya seperti terkejut tapi hanya sebentar. Lalu kemudian dia tampak biasa saja. Aku suka melihatnya. Artinya Surya memang sudah tak ada rasa lagi pada mantannya itu. Buktinya dia biasa saja saat ku beritahukan hal tersebut. "Oh, itu. Syukurlah." Hanya seperti itu jawabannya. Singkat. "Kok kamu biasa saja dengar mantan mau menikah lagi?" Aku mencoba memancing kembali. Ingin tahu seperti apa reaksinya. Surya mengernyitkan kening. "Terus maumu aku harus bersikap seperti apa? Sedih?" Surya terkekeh sembari menyesap minumannya. "Aneh. Kalau begitu aku belum move on. Kamu mau aku seperti itu?" ucapnya menantang setelah meletakkan kembali gelas minumannya ke atas meja. "Ya nggak gitu. Cuma heran saja. Kukira kamu nggak suka istrimu, eh mantanmu itu menikah lagi. Syukurlah kalau biasa saja. Aku senang dengarnya. Betewe tahu nggak siapa calonnya?" Surya yang fokus makan mendonga
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Bersiap Jadi Ejekan Teman

Pov Surya Aku kembali ke kantor dengan muka tebal. Kusebut seperti itu karena yakin teman-teman di sana telah membicarakan apa yang barusan dilihat mereka tentang hubunganku dengan Aurel. Kuharap tidak dilebih-lebihkan apalagi membuat gosip baru tentangku. "Ya, gimana?" Deri bertanya saat aku mendekati meja kubikel-ku. Meja kerja kami bersebelahan. "Tentang apa?" tanyaku memastikan. Aku tidak ingin salah tanggap dengan pertanyaannya barusan. Bisa jadi yang ditanyakan tidak seperti yang kuperkirakan. "Kamu dan Aurel. Maaf jika pertanyaanku terlalu pribadi. Lupakan saja." Seraya menepuk pundakku dengan senyum tipisnya ia kembali menarik kursinya menjauhiku. Heh! Aku menghela napas berat. Ternyata tebakanku tak salah. Kuedarkan pandangan dulu ke sekitar dan memang beberapa netra menatapku berbeda. Seperti sedang membicarakanku. Pasti karena melihatku dan Aurel hampir bertengkar di depan mereka. Entahlah, bisa jadi karena perasaanku saja yang jadi lebih sensitif saat melihat tatap
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Membuat Mereka Penasaran

Pov Satria Aku masih masuk kerja di hari menjelang pernikahanku yang tinggal seminggu. Bukan karena keinginanku, tapi kewajiban kerja yang memaksaku untuk tetap pergi ke kantor. Ada beberapa kerjaan yang harus diselesaikan dulu sebelum hari pernikahan tiba. Apalagi nanti bakal ada cuti libur yang akan kuambil. Tidak ingin menumpuk kerjaan dan tidak ingin juga cutiku ini menyusahkan teman kerja dan para karyawan. Baru memasuki ruangan bagian divisi tempatku bekerja, semua mata menatapku aneh. Para karyawan yang berada di bawah kepemimpinanku saat ini, menatap dengan tatapan yang tidak kumengerti. Aneh, seperti …. "Pak, kami dapat undangan pernikahan Bapak. Hm … Terima kasih banyak Pak, atas undangannya. Selamat juga atas pernikahannya." Irwan menyapaku dengan menunjukkan undangan pernikahan yang memang kuberikan pada Septi agar membagikannya ke semua karyawan yang ada di sini. Terutama bagian divisi-ku. Aku mengangguk dan hanya membalasnya dengan kata "Ya." "Iya, Pak, terima kasi
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Menjelang Hari Pernikahan

"Ya ampun, cantik Kak. Bagus banget kainnya. Pas banget pilihan Kakak," puji Becka saat kutunjukkan beberapa lembar kain ke arahnya. Becak tampak antusias meraba dan mengusap lembut serat kain yang kubawa dari butik. "Iya, cantik banget. Coba dapat satu buat ke kondangan Kakak nanti, pasti senang banget." Tika ikut menimpali seraya tangannya ikut mengelus bahan kain yang dipegang Becka. "Huusssttt! Nggak boleh ngomong gitu. Kalau mau, ya beli, masa ke kondangan Kak Medina nggak modal sih," tegur Becka yang sempat menyenggol badan Tika yang duduk di sampingnya. Aku tersenyum melihat tingkah keduanya. Mereka sebenarnya belum tahu saja kalau bahan yang kubawa itu memang untuk mereka ke acara nikahanku nanti. "Tika mau?" tawarku sembari mengeluarkan kain yang senada dengan yang dipegang Becka ke arahnya. "Yang benar, Kak? Ini serius?" Binar matanya menunjukkan rasa tak percaya saat kain bahan pakaian itu terulur ke arahnya. Aku mengangguk mengiakan. "Alhamdulillah, Terima kasih Ka
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status