Home / Rumah Tangga / Tamu yang Tak Diundang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tamu yang Tak Diundang: Chapter 41 - Chapter 50

111 Chapters

Resmi dengan Status Baru

Pov Surya Dulu aku menantikan hari ini. Namun sekarang tidak. Justru aku berharap hari ini tidak pernah hadir dalam hidupku. Tidak ada perpisahan yang menyenangkan. Aku salah telah mengharapkan sesuatu yang akhirnya akan kusesali Seumur hidup. Medina mengulurkan tangannya padaku. Mengajak bersalaman. Sejak ketuk palu itu dibunyikan tiga kali, sejak itu pula kami resmi berpisah. Perceraian ini akhirnya terjadi. "Tetap hubungi Mas apapun yang terjadi. Jangan menanggungnya sendiri. Terutama untuk biaya hidup kalian. Tiap bulan pasti akan kukurimkan uang bulananmu." Bukannya menerima uluran tangan Medina, tapi aku malah mendekapnya. Membawanya dalam pelukanku. Aku takut tak bisa memeluknya lagi. Aku takut pelukan ini yang terakhir kalinya. Aku tidak tahu kapan bisa memeluknya seperti ini lagi karena akan semakin besar tembok yang akan menghalangiku kedepannya. "Iya, terima kasih. Jangan lupa weekend-mu bersama Malik. Soal nafkah, terima kasih kalau masih ingat dan mau bertanggung j
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Meraih Restu

"Pak Surya!" Panggilan dari belakang memaksaku menghentikan langkah. Aku menengok ke asal suara. Pak Satria. Dia yang memanggilku. Aku memaksakan senyum ke arahnya. Menyapa hormat dengan sedikit menunduk pada atasan tempatku bekerja. "Benar. Aku tak salah orang," ujarnya tersenyum renyah menatapku sebentar, lalu segera masuk ke dalam lift yang akan membawa kami ke lantai bawah. "Bagaimana sidangnya, lancar?"Kupicingkan mata mendengar pertanyaannya. Tumben atasan yang terkenal killer di kantor bertanya sok dekat seperti ini. Tidak biasanya. Kami mengenalnya sebagai sosok yang dingin dan irit bicara. Sekalipun bersuara, yang keluar adalah omelan atau kemarahan karena apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan keinginannya. Sedinginnya diriku di mata orang lain, maka Pak Satria adalah suhunya. Level tertinggi orang yang sulit diajak bicara santai, apalagi diajak bercanda. Ia sangat serius dan lebih suka menyendiri. Itulah mungkin penyebab istrinya meninggalkannya. Terlalu datar hidupny
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Sengaja Berkunjung

Pov Aurel Kulangkahkan kaki dengan pasti memasuki sebuah rumah yang familiar sering kudatangi. Bell pintu kutekan dua kali saat berada di depannya berharap penghuni rumah tersebut segera membukakan pintu. Aku tak sabar ingin menemuinya. Sengaja datang hanya untuk memberikan sesuatu yang bakal mengejutkannya. Klek! Bibirku tersenyum seraya memperbaiki letak kacamata hitam yang sedang kukenakan saat terdengar suara anak kunci diputar dari dalam rumah. Pintu terbuka. "Aurel?" Suara terkejutnya sangat merdu di telingaku. Aku suka. Senyumku merekah melihat wanita yang kubenci saat ini membukakan pintu tersebut. Wajahnya tentu ikut menunjukkan keterkejutan juga saat melihatku berdiri di depan pintu rumahnya. Medina. Aku sengaja menginjakkan kaki di rumahnya, rumah Surya dulu yang sekarang ditempati oleh wanita tersebut bersama anaknya setelah mereka resmi bercerai. Sebenarnya aku tidak setuju kalau rumah ini diberikan cuma-cuma pada Medina. Meski dilabeli milik Malik, tapi teta
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Tidak Sesuai Bayangan

Lucu!" "Apanya?" Gegas aku bertanya. Pembicaraan ini sudah tidak bisa dilakukan dengan kepala dingin. Lagipula aku ingin menunjukkan ke Medina kalau aku tidak lemah sepertinya. Aku tidak akan tinggal diam melihat calon suami dekat dengan wanita lain. apalagi mantan. "Kamu. Akhirnya rasaku dulu kamu rasakan juga. Allah itu maha adil ya. Cepat sekali Dia memberikan tuai atas apa yang pernah kurasakan dulu." "Kamu mau bilang itu karma, begitu? Salah! Aku dan kamu berbeda. Apa yang terjadi yang pada kita itu tidak sama. Sikapku ini hanya sebagai antisipasi, bukan hasil dari apa yang sedang terjadi dan tidak ada hal yang buruk juga yang sedang menimpaku saat ini. Makanya jadi wanita itu pinteran dikit, biar nggak bodoh-bodoh amat. Cerai kan jadinya. Nggak pintar ngurus suami." Kuejek Medina dengan begitu kasarnya melampiaskan rasa kesal yang sudah terkumpul di hati. "Belum saja. Bisa jadi kamu belum sadar. Nanti juga kejadian," lanjutnya tak terduga membuatku semakin kesal. "Hei! Ku
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

Kekecewaan Mama

Pov Surya"Nah yang ini lebih bagus, jangan yang itu. Jelek, Yang." Aurel menolak pilihanku. Kami berada di butik pakaian pengantin untuk fitting baju pengantin dan jas yang akan kugunakan nantinya. Semua pakaian yang kucoba diatur Aurel. Bahkan aku tidak bisa memilih. Baginya semua pilihanku jelek. "Bagus kan Yang? Iya kan Mbak, yang ini lebih bagus." Aurel memutuskan sendiri meski meminta saran dariku atau bertanya pada Mbak pegawai butik ini, tetap saja pilihannya lah yang diambil. Pasrah menerima saja karena tidak ingin ribut. Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku juga tidak suka terlalu lama berada di tempat seperti ini. Lebih ketidak sukanya itu diatur-atur dan berganti pakaian tiap menit. Tidak menyangka bakal seribet ini saat datang bersama Aurel. Tidak seperti dulu saat bersama Medina. Tinggal pilih dan suka, semua beres. Wanita itu lebih menurut dan tidak banyak tingkah. Meski Mama yang memilihkan baju pengantin kami, tapi Mama tetap menanyakan apakah aku suka atau tidak
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Bertemu

Masih kerja aja? Libur Bro. Tinggal seminggu lagi hari pernikahanmu." Deri datang menepuk pundakku dari belakang. Lalu duduk di sampingku. "Tanggung. Mau selesaikan pekerjaan dulu. Biar nanti nggak kepikiran," ujarku menjawab tanpa menoleh ke arahnya. Fokusku ke laptop depan mata. "Iya juga. Biar tenang ya Bro. Nggak enak juga lagi asyik indehoi eh ditelpon Bos minta laporan kerja." Deri tertawa tergelak sendiri. Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya. Memang lucu kalau dibayangkan. Namun aku yakin itu tidak mungkin terjadi. apa iya ada bos yang sampai begitu dengan bawahannya? sekiller-nya Bos Satria, dia masih punya toleran tinggi untuk privasi karyawannya. "Hm, dengar gosip tentangmu, Bro?" Aku tertawa renyah. Deri tampak sungkan bertanya. "Apa?" tanyaku menanggapinya sedatar mungkin. "Sudah dengar apa belum? Aku jadi nggak enak ngasih tahu kamu duluan. Harusnya jadi gosip aja, nggak perlu tahu. Iya kan?" Deri tampak menyesal. "Sorry, Bro." Lagi, pundakku ditepuknya pela
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Terpaksa Hadir

Aku dan Malik memasuki sebuah pesta resepsi yang cukup mewah. Dekorasi cantik menghiasi setiap sudut ruangan yang kami masuki. Ditambah rangkaian bunga mawar putih juga menambah keindahan tempat pesta ini. Aku takjub melihatnya. Kugenggam erat tangan Malik seraya menuntunnya ke tempat janjianku dengan Mas Surya. "Medina!" Aku menoleh ke asal suara. Seorang wanita paruh baya mengenakan kebaya emas menghampiri kami dengan senyum terkembang. "Mama," balasku berseru memanggilnya pelan. Mama Lila yang menghampiri kami. Aku masih terbiasa memanggilnya mama meskipun pernikahanku dengan anaknya telah berakhir. Kucium takzim tangannya saat beliau berada di depan mata. Begitupun Malik kutuntun untuk mencium tangan neneknya tersebut. Hubungan kami baik meski dulu sempat renggang. "Syukurlah kamu mau datang. Ayo ikut Mama. Kita ke ruangan Surya. Dia lagi siap-siap." Tanganku diraihnya. Kaki ikutan melangkah mengikuti irama kakinya karena terpaksa. Tidak ketinggalan Malik di sisiku.
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Pulang

Aku berbalik untuk memastikan apa yang kuduga itu benar. "Maaf permisi apa kalian sedang membahas benda ini?" Sembari bertanya, kuambil benda yang baru saja tersimpan di dalam tasku. "Iya, ini gantungan kitty starla, Ayah." Anak kecil dengan rambut kepang dua itu sangat girang saat kutunjukkan gantungan kunci di hadapannya. Sudut bibirku ikut tertarik ke atas melihatnya. Ikutan senang. "Benar ini punyamu, Starla?" Laki-laki yang merupakan ayah anak tersebut bertanya untuk memastikan setelah mengambil benda itu dari tanganku. Aku menatapnya lekat, mengamati sosok laki-laki yang berdiri di hadapanku saat ini karena aku merasa seperti mengenalnya. Dia ….Mencoba mengingat. Ada momen yang tiba-tiba terlintas di benakmu. "Mas yang itu …?" Ya, aku ingat. Dia laki-laki yang menolongku waktu itu. Bahkan sudah dua kali aku ditolongnya. Anehnya aku belum tahu siapa namanya. Kami tidak berkenalan seperti lazim orang pada umumnya. "Kamu." Dia hanya menanggapi datar. Seolah bukan sesuat
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Dia Lagi

"Ma, mam.""Hah?!" Aku terkaget. Kenapa Malik minta makan? Apa di acara tadi dia tidak diberi makan? "Malik mau makan? Memang di sana tadi nggak dikasih makan ya sama Ayah dan Nenek?" Aku memastikan sebelum berpikiran buruk pada Mas Surya dan Mama Lila. Pagi tadi sebenarnya Malik audah kuberi makan, tapi dia tidak makan sebanyak biasanya. Katanya kenyang. Kupikir mungkin nanti di acara ayahnya dia akan makan karena di sana pasti banyak makanan. Malik itu tidak begitu rewel soal makanan. Dia anaknya diberi makan saja, mau. Tidak pemilih. Malik menggeleng. "Masa'? Malik ditanya tidak kayak gini. 'Lik mau makan?' nah, Nenek atau Ayah ada tanya begitu?" Tampak Malik diam dengan menerawang ke atas. Ia sedang berpikir. "Ada," katanya. Lega, kukira dua ibu anak itu akan lupa sama Malik karena keasyikan dengan acara sendiri. "Terus Malik jawab apa?" "Lik maunya makan sama Ibu." Oh, begitu rupanya. Selama acara, aku pergi dan lupa kalau Malik bakal kelaparan di sana. Aku sendiri ti
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Rindu yang Salah

Pov Surya "Rel, jangan ngambek gitu, aku sudah bilang dari awal nggak bisa ambil cuti lagi. Kita honeymoon-nya nanti saja nunggu libur panjang."Aurel merajuk karena aku menolak keinginannya untuk honeymoon setelah menikah. Ia masih di atas ranjang menutup dirinya dalam selimut. "Rel," panggilku karena istri baruku itu tidak merespon sama sekali. Dia bahkan berbaring memunggungiku. "Aku kesel! Lagian aneh juga kantormu itu ketat banget aturannya. Masa orang habis nikah nggak boleh honeymoon? Apalagi si bosmu itu, Pak Satria itu nyebelin banget," sungutnya kesal akhirnya mau merespon. Aku hanya terkekeh kecil menanggapi ambekannya barusan. Ia malah menyalahkan atasanku itu. Padahal semua memang sudah aturan dari kantor sendiri. Bukan dari Pak Satria. "Kenapa nggak bikin perusahaan sendiri saja, Ya? Kamu mampu kok, atau nanti aku bantuin nambah kekurangannya. Jadi kita buka perusahaan dan kamu yang bosnya. Jadi sekarang nggak harus ikuti aturan kantor. Nggak kerja ikut orang, ngga
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status