All Chapters of Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan: Chapter 1 - Chapter 10

104 Chapters

Perempuan Lain Lebih Cantik

Seperti biasa setiap pagi aku selalu menyiapkan secangkir kopi untuk Mas Bagas. Suamiku duduk dengan santainya bermain ponsel ditemani pisang goreng. "Makin cantik aja si Nita," celetuk suamiku saat aku mengantarkan kopi pesanannya. Dia melihat foto yang diupload tetanggaku itu. Pria itu melirikku sekilas lalu melanjutkan ucapannya." Makanya jadi istri itu yang becus. Baru anak satu aja udah kusem, kumel gak enak dipandang." Jangan tanya bagaimana perasaanku saat dia memuji wanita lain di depanku. Sakit tentu saja tapi aku cuma bisa menahannya. Nita adalah mantan pacar suamiku dulu. Mereka putus karena Nita dijodohkan orangtuanya dengan lelaki lain. Terdengar Caca putriku menangis, dia memang sedang tertidur saat aku memasak tadi. Segera aku ke kamar untuk menghampirinya. "Mas, tolong gendong Caca sebentar ya. Aku sedang menggoreng ikan takut gosong." Aku menyerahkan Caca pada suamiku. "Kamu gak liat aku sedang apa, Dek? Ganggu orang aja! Gak bisa liat orang nyantai," ketusnya.
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Tak Punya Hati

"Kinan, tunggu di sini sebentar. Aku mau mengantar Nita. Kasihan dia bawa barang banyak," ucap suamiku. "Aku pinjem suamimu sebentar ya, Kinan," ucap Mbak Nita dengan suara manjanya. Tak menunggu persetujuanku, mereka berlalu dari hadapanku. Tentu saja hatiku sakit merasa tak dihargai. Bagaimana mungkin seorang suami lebih mementingkan orang lain dari pada istrinya sendiri. Air mataku menetes dengan perlakuan suamiku. Sesak sekali dada ini, tak hentinya Mas Bagas menyakitiku. Aku duduk di bangku panjang dekat toko Pak Slamet menunggu kedatangan suamiku. "Kinan, kenapa kamu di sini sendiri?" Suara itu reflek membuatku menengadah kepadanya. Mas Rangga berdiri di hadapanku. Dahinya mengernyit tampak berpikir."Kamu nangis, Kinan?" Segera kuhapus air mataku. Tak ingin orang lain mengetahui kesedihanku saat ini. "Enggak, Mas. Aku cuma kelilipan aja ini," ucapku mengelak. Lelaki di depanku menatap tak percaya. Sedetik kemudian
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Apakah Aku Begitu Buruk

Aku mengikuti kegiatan PKK yang diadakan di kampung ini. Awalnya aku menolak untuk ikut, tapi Indah-tetanggaku- terus memaksa agar tidak berdiam diri saja di rumah. "Mas, aku mau PKK dulu ya," ucapku meminta ijin dari suami. "Ambilin aku makan dulu, jangan lupa minumnya sekalian," sahut Mas Bagas, suamiku yang sedang asyik bermain ponsel. Aku segera mengambilkan suamiku makan lalu kuletakkan makanan itu di hadapannya. "Mas, itu sudah aku siapin." ucapku seraya menggendong Caca yang sedari tadi rebahan di depan televisi. "Kinan, ini chas dulu ponselku. Baru kamu pergi." ucap Mas Bagas seraya menyerahkan ponselnya padaku. Begitulah sikap Mas Bagas. Apapun selalu mengandalkanku. Dia selalu minta dilayani mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali. Setelah memenuhi semua permintaan Mas Bagas, aku menjemput Mbak Indah di rumahnya dengan Caca dalam gendonganku. "Mbak, udah siap?" tanyaku saat memasuki rumah Mbak Indah.
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Emosi Kinan

Sontak semua Ibu-Ibu yang ada di situ tertawa mendengar perkataan Mbak Risa. Bahkan ada Seseibu yang lain yang ikut menimpali ucapannya. "Calon pelakor gak modal dong, Mbak. Kayak kuntilanak aja." sahut Bu Siska. "Gak tau diri itu namanya, Bu. Mungkin di rumahnya gak ada kaca jadi sok kecakepan dia," sahut Mbak Risa melirikku lagi. "Udah, Mbak. Pagi-pagi jangan gibahin orang. Mending mikir hari ini mau masak apa," sahut Mak Sarni mencoba menenangkan suasana. "Mak Sarni belum pernah ada di posisi kita sih, makanya bisa ngomong kayak gitu. Calon pelakor kok dibela, Mak" sahut Mbak Risa. Hatiku panas mendengar ucapannya. Tapi aku tak mau mempermalukan diri sendiri. Lebih baik aku cepat mengambil pesananku dan menyerahkan uangnya pada Mak Sarni. "Mak, tolong belanjaan saya dihitung," ucapku pada perempuan di depanku. "Total semua 18 ribu, Mbak." jawab Mak Sarni. Kubayar belanjaanku dengan selembar uang 20 ribuan. Setelah mene
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Paket Siapa?

TING! TING! TING! Ponselku berbunyi, Mas Rangga menelponku. Aku ragu antara mengangkatnya atau tidak. Di satu sisi aku takut dengan istrinya. Di sisi lain aku merindukan kasih sayang dari pria lain sepertinya. Aku punya suami tapi seperti hidup sendiri. Tak pernah kami mengobrol dari hati ke hati seperti dulu. Dia lebih suka pergi sendiri bersama teman-temannya. Hatiku hampa, aku kesepian tak ada lelaki yang memberiku kasih sayang. Ponsel itu terus berdering meminta perhatianku. Akhirnya kugeser tombol berwarna hijau. "Halo?" ucap suara di sana yang kuyakin itu adalah suara Mas Rangga. "Iya, Mas. Ada apa?" tanyaku ragu. "Kinan, kenapa baru dijawab? Dari kemarin aku telepon kamu," sahut Mas Rangga. "Aku takut, Mas. Nanti istrimu marah jika tahu kau menghubungiku." jawabku. Terdengar helaan nafas panjangnya. Aku yakin dia pun mempunyai perasaan takut yang sama denganku. Aku masih bertanya-tanya kenapa pria itu
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Menerima Paket

"Iya saya sendiri. Maaf saya gak merasa memesan makanan. Mungkin Bapak salah orang atau salah alamat." jawabku. Mbak Indah yang ada di sampingku tampak berpikir."Iya, Pak. Coba dilihat lagi alamatnya." Pak Kurir menunjukkan alamat yang dia maksud padaku dan Mbak Indah, memang benar itu alamat rumahku namanya juga sama dengan namaku jadi tak mungkin sebuah kebetulan. Apa mungkin suamiku yang memesan makanan itu untukku. Apa dia menyesal dengan kejadian tadi pagi sehingga dia berinisiatif memberikan aku sesuatu. "Ini udah dibayar, Mbak. Gak apa-apa ambil aja. Mungkin ada seseorang yang sengaja mengirimkan makanan ini untuk Mbak," ucap Kurir itu. "Iya, Pak. Saya terima paketnya ya. Barangkali memang suami saya yang sudah memesannya, terima kasih," jawabku sambil tersenyum. Mbak Indah tersenyum menggodaku."Ternyata Bagas bisa romantis juga ya, Kinan. Mungkin dia mengirimkan makanan itu sebagai ucapan permintaan maafnya padamu." Aku merasa s
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Aku Lelah

Sepanjang malam kuhabiskan waktuku bersama dengan Caca. Aku ingin anakku tidak merasakan kesepian seperti yang aku rasakan. Dia harus berpikiran bahwa ada Ibunya yang sangat menyayanginya. Mas Bagas bahkan tidak menghiraukan kami semenjak pulang kerja tadi. Dan aku memilih tak peduli. Dia mungkin marah, tapi aku jauh lebih sakit hati. Belum kering luka yang selama ini dibuatnya, ditambahinya lagi setiap hari hingga hati ini tak pernah sembuh dari luka. Aku melirik ponselku yang tergeletak di atas nakas. Kenapa aku jadi ingin menghubungi Mas Rangga. Kenapa tiba-tiba aku memikirkan pria itu. Ingin berbagi hatiku yang sepi dengannya meskipun aku tahu ini salah. Kuurungkan niatku karena aku takut Mbak Risa yang akan membuka pesanku. Bisa hancur aku ditangannya jika kedapatan menghubungi suaminya. KLUNTING!! Satu pesan masuk di ponselku. Kuraih dan kubuka pesan itu. Bibirku tersenyum ketika melihat nama si pengirim pesan. [Sudah tidur, Kinan] tanya Mas Rangga. [Belum, Mas] jawabk
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Menemui Rangga

"Dek, dari tadi kamu bantah aku terus ya. Apa susahnya sih nurutin yang aku minta!" serunya. "Aku gak bisa, Mas. Aku capek selalu menurutimu. Aku lelah ...." aku berkata dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi. Mas Bagas menarik kursi kasar dan duduk di depan meja makan. Dia makan dengan lahap makanan yang telah aku sediakan tadi. Tak dihiraukannya aku yang menangis karena ulahnya. "Ya Allah .... berikan aku kesabaran menghadapi manusia sepertinya," batinku.**** Jam 9 kurang Mas Rangga menghubungiku. Suamiku sudah berangkat kerja dari jam 8 tadi. Caca sudah makan dan minum asi. Ibu mertuaku sudah mengambilnya dan dibawa ke rumahnya. Kuangkat teleponnya dan Mas Rangga berkata bahwa dia sudah menungguku di depan supermarket Indoapril yang ada di ujung gang. Kuganti daster lusuhku dengan celana jeans dan kaos oblong lengan panjang. Setelah itu aku memakai masker. Aku berjalan menuju supermarket itu. Perasaan ragu menghantui
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Sindiran Pedas Risa

Seperti biasa sore hari aku mengajak Caca bermain di depan rumah sambil menyuapinya makan. Kulihat Ibu-Ibu bergerombol membahas sesuatu yang seru. Ada Mbak Risa-istri Mas Rangga-diantara mereka. Melihatku datang bersama anakku, wajahnya mencebik. Aku tak peduli tujuanku ingin menyapa ibu-ibu yang lain, biar mereka tak menganggapku menutup diri. "Bu Siska, liat ini saya baru beli gelang emas baru. Modelnya limited edition," ucap Mbak Risa seraya menunjukkan gelang di tangannya yang berkilauan. "Wow, lagi banyak rejeki ya, Mbak Risa. Bagus sekali gelangnya, jadi pingin," sahut Bu Siska seraya memegang gelang milik Mbak Risa. "Hadiah dari Mas Rangga, Bu. Alhamdulillah dapat banyak rejeki. Buat apa ada duit kalau gak buat nyenengin istri. Mas Rangga gak bakalan ngelirik cewek lain, Bu. Dia cinta mati sama saya," ujar Mbak Risa seraya melirikku sinis. Aku tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Apa jadinya jika dia tahu suaminya baru saja berbagi re
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Pergi Wisata

Mbak Risa melengos melihatku. Mas Rangga tersenyum dan menyapaku."Kinan, Bagas gak ikut?" "Enggak, Mas. Aku sama Caca saja." jawabku seraya tersenyum. Mbak Risa memutar bola matanya malas. "Ayo bareng sama kita saja. Biar aku bawakan tasmu." Mas Ranggamenawarkan bantuan. Aku menolak bantuan Mas Rangga, takut Mbak Risa semakin jengkel kepadaku. Perempuan itu menatap tajam ke arahku. "Ayo, Mas. Buruan!" seru Mbak Risa pada Mas Rangga. Mas Rangga tak mempedulikan ucapan istrinya itu. Dia malah mengambil tasku begitu saja. Raut wajah Mbak Risa semakin tak enak dipandang. "Enggak usah, Mas. Aku bareng sama Mbak Indah," sahutku seraya mengambil kembali tas milikku. Mbak Risa menyeret tangan suaminya. Dengan wajah cemberut perempuan itu mengomel pada Mas Rangga. Aku jadi merasa tak enak sendiri. Aku menghampiri Mbak Indah di rumahnya. Ternyata dia bersama Nada sedang menyiapkan bekal yang akan mereka bawa. "Eh, Kinan. Kamu
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status