Share

Menemui Rangga

Penulis: Yani Artan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-23 19:30:41

"Dek, dari tadi kamu bantah aku terus ya. Apa susahnya sih nurutin yang aku minta!" serunya.

"Aku gak bisa, Mas. Aku capek selalu menurutimu. Aku lelah ...." aku berkata dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi.

Mas Bagas menarik kursi kasar dan duduk di depan meja makan. Dia makan dengan lahap makanan yang telah aku sediakan tadi. Tak dihiraukannya aku yang menangis karena ulahnya.

"Ya Allah .... berikan aku kesabaran menghadapi manusia sepertinya," batinku.

****

Jam 9 kurang Mas Rangga menghubungiku. Suamiku sudah berangkat kerja dari jam 8 tadi. Caca sudah makan dan minum asi. Ibu mertuaku sudah mengambilnya dan dibawa ke rumahnya.

Kuangkat teleponnya dan Mas Rangga berkata bahwa dia sudah menungguku di depan supermarket Indoapril yang ada di ujung gang.

Kuganti daster lusuhku dengan celana jeans dan kaos oblong lengan panjang. Setelah itu aku memakai masker.

Aku berjalan menuju supermarket itu. Perasaan ragu menghantuiku, takut jika ada seseorang memergokiku.

Akhirnya aku tiba di depan supermarket dan kulihat ada Mas Rangga yang menungguku di atas sepede motornya. Aku mendekat ke arahnya.

"Kinan, ayo naik," ucap Mas Bagas.

"Aku gak bisa, Mas. Lebih baik kamu pergi dan jangan menghubungiku lagi," ucapku padanya.

"Aku cuma mau ngobrol sebentar saja, pliss. Ayo keburu ada tetangga yang liat kita," sahutnya.

"Kita mau ke mana, Mas?" tanyaku.

"Nanti kamu akan tahu sendiri. Yang penting sekarang kamu segera naik agar tak membuang waktu lama." sahutnya.

Aku menuruti perkataan Mas Rangga. Aku naik di sepeda motornya. Mas Rangga mulai melajukan motornya.

Kami berhenti di sebuah rumah makan yang bergaya pedesaan. Suasana di sekitar dibuat sejuk dengan banyak tanaman. Mas Rangga mengajakku duduk di salah satu gazebo.

Mas Rangga memesan makanan untuk kami berdua. Setelah itu dia duduk di depanku. Lelaki itu menatapku dengan senyum di wajahnya, membuatku salah tingkah.

"Akhirnya bisa ngobrol berdua dengan kamu, Kinan." ucap Mas Rangga memulai pembicaraan.

"Iya, Mas. Tapi aku masih takut," sahutku.

"Tenang aja gak ada yang lihat kita di sini. Nasi pecel di sini enak loh. Kamu belum sarapan, 'kan?" tanyanya padaku.

"Belum sempat sih," jawabku.

Pesanan kami sudah datang. Nasi dengan bumbu pecel lauk daging empal dan sayuran, ada peyek sebagai pelengkapnya. Rasanya memang sangat enak sekali berbeda dengan nasi pecel di kampung kami. Untuk beberapa saat kami fokus dengan makanan kami masing-masing.

"Kinan, kenapa gak ngajak Caca, apa nanti dia tak mencarimu?" tanya Mas Rangga.

"Caca sedang bersama Ibu Mertuaku, Mas. Makanya aku gak bisa lama-lama takut Caca nanti nangis cari aku," ucapku menjelaskan.

"Kinan, seperti yang aku bilang sebelumnya. Dari pertama kali aku melihatmu, aku sudah tertarik padamu. Saat itu kamu baru pindah ke sini ikut suamimu." Mas Rangga menjelaskan tentang perasaannya padaku.

"Tapi ini salah, Mas. Kita sudah sama-sama punya pasangan. Gak seharusnya berbagi hati dengan orang lain," jawabku.

Mas Rangga menarik nafas panjang seolah sedang mengeluarkan beban berat yang ditanggungnya.

"Lalu kenapa kamu mau menemuiku, Kinan? Aku yakin hati kecilmu juga memikirkan aku. Kita hampir sama. Mau atau tidak kamu mengakuinya, kenyataannya kita sama-sama kesepian." Mas Rangga berkata tanpa melepaskan pandangan matanya kepadaku.

Aku memikirkan ucapan pria itu. Memang aku merasa kesepian, bahkan di tengah keramaian sekali pun. Aku merasa sendiri dan hampa. Beruntung aku masih punya Caca bersamaku, obat dari segala gundah gulana.

"Kita bisa berteman dan saling mengisi. Kamu bisa percaya padaku, Kinan. Aku akan berusaha menjadi teman terbaikmu, dan siap menjadi lebih jika kamu mau," Mas Rangga berkata dengan serius.

Aku terdiam tak dapat berkata-kata. Selama ini pria di depanku itu memang selalu mengejarku. Tepatnya hampir 2 tahun aku di sini, dia selalu menunjukkan sikap yang berlebihan padaku. Tapi tak pernah sekali pun aku menggubrisnya, aku pikir itu hanya keisengannya.

Kami berdua telah selesei makan. Mas Rangga juga akan segera berangkat ke tempat kerjanya.

"Aku senang banget bisa berdua sama kamu meskipun sekedar ngobrol, Kinan. Karena hari sudah siang, aku anterin kamu pulang ya." ucap Mas Rangga.

"Iya, Mas. Anterin aku di depan supermarket seperti tadi." jawabku.

Pria itu lalu membuka dompetnya. Diambilnya beberapa lembar uang berwarna merah lalu memberikannya padaku.

"Ini sekedar buat jajanmu," ucap Mas Rangga seraya menggenggamkan uang itu di tanganku.

Aku merasa uang yang diberikan Mas Rangga cukup banyak. Terasa tebal saat ada di genggaman tanganku.

"Maaf, Mas. Aku gak bisa menerima ini." Aku berkata seraya mengembalikan uang itu di tangannya.

"Ambillah, Kinan. Kebetulan aku sedang ada rejeki lebih. Ada proyek masuk yang jumlahnya lumayan," ucapnya dengan wajah memohon.

Lelaki itu memaksaku untuk menerima kembali uang itu. Dia bersikeras tak mau menerimanya lagi saat aku kembalikan. Aku merasa tak enak dengan orang sekitar yang melihat perdebatan kami.

"Aku ikhlas berbagi rejeki denganmu. Kau bisa gunakan uang itu untuk membeli keperluanmu atau jajan bersama Caca." ujarnya lagi.

Mas Rangga mengantarkanku kembali. Setelah itu dia berpamitan untuk langsung ke tempat kerjanya. Di usahanya yang baru merintis, dia lah Bosnya karena itu dia bebas keluar masuk jam berapa saja.

Aku berjalan ke rumah Ibu Mertuaku untuk menjemput Caca. Ternyata anakku anteng bermain bersama dengan Neneknya.

Ibu mertua tersenyum melihat kedatanganku. Dia menawariku untuk sarapan di rumahnya.

"Kinan, kamu sudah sarapan? Itu Ibu masak telur balado, kamu makan gih," ucap Ibu Mertua.

"Sudah, Bu. Apa Caca tadi rewel?" tanyaku pada Ibu dari suamiku itu.

"Nggak, Caca pinter kok, seneng main sama Nenek ya, Sayang" sahut mertuaku seraya memeluk anakku dengan penuh kasih sayang.

Aku bisa bernafas lega. Setidaknya anakku itu tidak rewel. Tadinya aku buru-buru takut Caca nangis.

Bersyukur sekali mempunyai ibu mertua yang sangat sayang pada cucunya. Dia juga tak pernah ikut campur masalah rumah tanggaku.

****

Setelah dari rumah mertuaku, kubaringkan Caca diatas tempat tidur. Anakku tertidur karena lelah bermain. Aku teringat uang pemberian Mas Rangga tadi.

Kuambil uang dari saku dan menghitung jumlahnya. Aku terhenyak, jumlahnya ada 2 juta. Takut salah hitung, aku coba mengulanginya lagi dan memang benar uang itu berjumlah 2 juta rupiah.

Kenapa Mas Rangga memberiku uang sebanyak ini. Benarkah dia cuma ingin berbagi rejeki seperti yang dia bilang tadi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Henny Suryani
duuuh kinan harusx jgn mw lah ktemuan ama rangga,itu namax kinan memberi peluang adax prslngkhan,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Sindiran Pedas Risa

    Seperti biasa sore hari aku mengajak Caca bermain di depan rumah sambil menyuapinya makan. Kulihat Ibu-Ibu bergerombol membahas sesuatu yang seru. Ada Mbak Risa-istri Mas Rangga-diantara mereka. Melihatku datang bersama anakku, wajahnya mencebik. Aku tak peduli tujuanku ingin menyapa ibu-ibu yang lain, biar mereka tak menganggapku menutup diri. "Bu Siska, liat ini saya baru beli gelang emas baru. Modelnya limited edition," ucap Mbak Risa seraya menunjukkan gelang di tangannya yang berkilauan. "Wow, lagi banyak rejeki ya, Mbak Risa. Bagus sekali gelangnya, jadi pingin," sahut Bu Siska seraya memegang gelang milik Mbak Risa. "Hadiah dari Mas Rangga, Bu. Alhamdulillah dapat banyak rejeki. Buat apa ada duit kalau gak buat nyenengin istri. Mas Rangga gak bakalan ngelirik cewek lain, Bu. Dia cinta mati sama saya," ujar Mbak Risa seraya melirikku sinis. Aku tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Apa jadinya jika dia tahu suaminya baru saja berbagi re

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Pergi Wisata

    Mbak Risa melengos melihatku. Mas Rangga tersenyum dan menyapaku."Kinan, Bagas gak ikut?" "Enggak, Mas. Aku sama Caca saja." jawabku seraya tersenyum. Mbak Risa memutar bola matanya malas. "Ayo bareng sama kita saja. Biar aku bawakan tasmu." Mas Ranggamenawarkan bantuan. Aku menolak bantuan Mas Rangga, takut Mbak Risa semakin jengkel kepadaku. Perempuan itu menatap tajam ke arahku. "Ayo, Mas. Buruan!" seru Mbak Risa pada Mas Rangga. Mas Rangga tak mempedulikan ucapan istrinya itu. Dia malah mengambil tasku begitu saja. Raut wajah Mbak Risa semakin tak enak dipandang. "Enggak usah, Mas. Aku bareng sama Mbak Indah," sahutku seraya mengambil kembali tas milikku. Mbak Risa menyeret tangan suaminya. Dengan wajah cemberut perempuan itu mengomel pada Mas Rangga. Aku jadi merasa tak enak sendiri. Aku menghampiri Mbak Indah di rumahnya. Ternyata dia bersama Nada sedang menyiapkan bekal yang akan mereka bawa. "Eh, Kinan. Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Mencari Hati Yang Lain

    "Kinan, kamu gak turun?" tanya Mas Rangga padaku. "Enggak, Mas. Caca sedang tertidur pulas. Kasihan dia jika harus bangun lagi," ucapku. Mas Rangga kemudian berpamitan untuk keluar sebentar. Aku pikir dia merokok di luar bus. Tak lama dia kembali dengan membawa dua tas kresek besar berisi jajanan khas oleh-oleh. "Kinan, ini buatmu." ucap Mas Rangga seraya memberikan dua kantong kresek itu. "Mas, aku emang sengaja gak beli. Kamu gak usah repot-repot gini." sahutku tek enak. "Udahlah, jangan pernah menolak pemberianku. Ini juga tak seberapa,"ujarnya. Aku melihat mata pria itu. Sepertinya dia tulus padaku."Terima kasih, Mas." "Kenapa melihatku seperti itu? Baru nyadar kalau aku ganteng ya," guraunya tertawa lebar. Aku tersenyum mendengar perkataannya. Pria itu lalu menatapku serius. Ada sesuatu yang ingin dikatakannya. "Kinan, besok jadi ya? Aku ingin bersamamu sebelum berangkat ke luar kota," ucapnya dengan sorot mata

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-25
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Uang yang Diminta Kembali

    Baru juga tiba di rumah, suamiku itu sudah membuatku sakit hati lagi. Apa tak bisa dia memperlakukan aku selayaknya pendamping hidup dan bukannya musuh. "Setidaknya hargai orang yang bertamu di rumah kita. Aku malu liat kelakuanmu itu," serunya lagi. "Itu karena dia Mbak Nita, mantan kamu. Makanya kamu marah sama aku. Ingat gak kamu saat Ibu dan Adikku ke sini, jangankan menegur mereka, memperlakukan mereka dengan sopan pun enggak. Kamu tak menganggap keberadaan mereka!" jelasku panjang lebar. "Akhir-akhir ini kamu selalu bantah perkataanku, Kinan. Apa kamu mau aku potong jatah uang belanjamu, hah?" Mas Bagas mengancamku. "Silakan, Mas. Paling aku gak akan masakin kamu lagi. Uang belanja tak seberapa masih juga kamu ungkit-ungkit padahal kamu juga yang memakannya." sahutku tak takut. "Baiklah, aku gak main-main dengan ucapanku," geramnya. Pria itu lantas tidur dengan memunggungiku. Aku tak peduli lagi dengan kemarahannya. Jika pun dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-25
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Tentang Rangga

    POV RANGGA Kinan, satu nama yang membuatku terpana saat pertama kali berjumpa dengannya. Wajah polos dan kesederhanaannya tak dapat menyembunyikan kecantikannya. Tubuh dengan berat badan proporsional dan kulit cerah menambah nilai plus dirinya. Sikap pemalunya membuat gemas siapa saja yang melihatnya. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Meskipun kutahu dia adalah istri dari tetanggaku dan aku juga sudah berkeluarga. Anakku Andika sudah berusia 4 tahun saat itu. Risa istriku selalu menuntutku dengan banyak hal. Begitu juga dengan Mertuaku. Mereka selalu menuntutku untuk memberi lebih. Pernah aku meminta pada istriku untuk pisah rumah dengan orangtuanya, aku bahkan sudah mendapatkan kontrakan untuk kutinggali bersama anak istriku. Aku ingin mengatur rumah tanggaku sendiri tanpa campur tangan orangtua. Tak kusangka, Risa menolak dengan keputusanku. Dia tak mau hidup berpisah dengan orangtuanya. Padahal di rumah itu juga sudah ada dua adiknya y

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Perubahan Kinan

    "Kinan?! Rangga?! Sedang apa kalian di sini?" tanya seseorang. Kinan dan Rangga terhenyak, mereka sontak menoleh pada orang yang memanggilnya. Indah berdiri mematung dengan tatapan tajam ke arah Rangga dan Kinan. Wanita itu baru saja keluar dari supermarket karena membeli sesuatu. "Eh, Mbak Indah ... ini tadi barusan ketemu Kinan yang mau membeli buah, jadi aku ajak bareng sekalian" sahut Rangga mencari alasan. "I-iya, Mbak. Benar begitu," imbuh Kinan menyahuti ucapan Rangga. Indah tak percaya begitu saja dengan perkataan kedua orang yang ada di depannya. Tapi dia juga tak punya bukti jika keduanya ada hubungan. "Yaudah makasih, Mas Rangga. Kami duluan ya," ucap Kinan seraya menggandeng tangan Indah untuk pulang bareng. Sepanjang perjalanan Indah hanya diam. Perempuan itu masih berpikir tentang hubungan Rangga dan Kinan. "Kinan, kamu menganggapku kakak, 'kan?" tanya Indah. "Tentu saja, Mbak. Selama ini kamu memperla

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Tersakiti Lagi

    [Mas, bisa tambahin uangnya? Yang kemarin masih kurang, kalau bisa jangan sampai ketahuan istrimu ya] Rupanya Nita telah mengirimkan pesan pada Bagas. Mendengar suara ponselnya berbunyi, Bagas buru-buru masuk kamar untuk mengambil ponselnya. "Nita yang mengirimkan pesan, Mas. Dia minta tambahan uang lagi," Kinan berkata datar tanpa ekspresi. "Lancang kamu, Kinan! Beraninya kamu membuka ponselku!" hardik Bagas dengan muka memerah. "Kenapa, kau semarah itu, Mas? Pesanmu tak sengaja kulihat saat ada di dekatku. Padaku kamu begitu pelit, tapi pada wanita lain kamu royal," seru Kinan emosi. "Dia cuma meminjam uang padaku untuk membuka warung, apa aku salah jika membantunya, hah!? Gak seperti kamu yang cuma bisa menadahkan tangan sama suami!" Bagas berteriak di depan wajah istrinya. "Oh, jadi itu yang membuatmu merendahkanku. Kamu tak ikhlas menafkahi istrimu sendiri, Mas?! Berarti selama ini kau hanya menganggapku babu gratisan gitu, 'kan?!

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-27
  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Bertemu Sahabat

    "Rangga? ... Kinan sedang terluka, dia dibawa ke rumah sakit sekarang." jawab Indah datar. "Apa!?" seru Rangga khawatir. Indah terkejut Rangga menghubungi Kinan. Namun, dia ingin memastikan apa yang sebenarnya mereka sembunyikan. Dia ingin menghapus prasangka buruknya, tapi sekali lagi keadaan memberinya bukti. Ponsel ditutup sepihak oleh Rangga sebelum Indah sempat bertanya. Perempuan itu berpikir untuk mencari tahu dengan caranya sendiri, dia tak ingin Kinan bertindak terlalu jauh. Indah hanya ingin melindungi dan menjaga Kinan dari hal buruk, dia sangat menyanyanginya seperti adik sendiri. Bu Nur pulang bersama suaminya. Mereka memutuskan Bagas yang akan menjaga istrinya. Dokter ingin melihat perkembangan Kinan terlebih dahulu sebelum mengijinkannya pulang karena benturan di kepala tidak bisa dianggap remeh. "Indah, kamu boleh kembali. Caca malam ini biar tidur bareng Bulek," ucap Bu Nur. "Iya, Bulek. Gimana keadaan Kinan sekarang?" tanya Indah khawatir. "Alhamdulillah, keada

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-27

Bab terbaru

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Ending

    "Yaelah ... kayak cewek aja sih pake curhat-curhatan segala!" cibir Rangga."Emang cewe doang yang butuh didengar, aku juga dong," sahut Dewa.Lia datang membawa teh hangat dan cemilan untuk Lala dan Dewa. Gadis itu lalu mempersilakan tamunya untuk mencicipinya."Silakan, seadanya saja ...."ucap Lia.Dewa memperhatikan adik Rangga itu, matanya tak berkedip melihat Lia yang polos namun tetep terlihat kecantikannya."Rangga, itu adik kamu bukan?" tanya Dewa berbisik."Iya, kenapa emang?" tanya Rangga balik."Kayaknya aku bakalan sering main ke rumah ibumu nanti deh, Ga." celetuk Dewa."Eh, gak ada ya, jangan coba-coba deketin adikku atau kamu akan berurusan sama kakaknya," balas Rangga seraya menunjuk dirinya."Yeay ... emang kamu gak mau punya ipar ganteng dan mapan kayak aku, Ga?" komentar Dewa."Udah deh, jangan becanda," jawab Rangga.Lia lalu pamit ke depan menemani Andika yang sedang bermain di luar, Dewa minta ijin Rangga untuk sekedar mengobrol bersama Lia di depan.Tinggal Lala

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Hadiah Istimewa

    Kinan membuka map itu dan melihat apa isi di dalamnya. Ternyata di dalam map itu ada sertifikat rumah atas nama Kinan. Diam-diam Bu Niken dan suaminya telah membeli rumah Bu Nilam dan mengalihkan namanya atas nama Kinan.Kinan menyeka sudut matanya yang basah, rasa haru menyeruak di dada."Bu, Pak ... saya gak tahu harus bagaimana lagi untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada kalian. Begitu banyak yang sudah kalian berikan untukku," ucap Kinan dengan mata berkaca-kaca."Tak perlu begitu, Kinan. Kami juga orangtuamu jadi wajar kan kalau kami ingin memberikan sesuatu kepada putri kami," ucap Bu Niken dengan senyum lembutnya.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat."Cukup dampingi Radit dan jadikan dia raja di hatimu, maka dia akan memperlakukan

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Hadiah dari Mertua

    "Bagaimana mungkin, Mas? Andika belum punya kekuatan hukum karena dia anak di bawah umur. Lalu bagaimana kalau aku menikah dengan Dion nanti, sementara dia tak ingin tinggal bareng ibuku?" tanya Risa tak terima.Bu Lina dan Lia menggelengkan kepala tak percaya dengan penuturan Risa. Sementara Bu Yuni menatap tajam putrinya."Apa kamu bilang? Dan kamu lebih memilih Dion daripada Ibumu sendiri, hah?!" tanya Bu Yuni dengan mendelikkan matanya."Sudahlah, Bu. Aku tak mau nantinya Dion seperti Mas Rangga, pergi meninggalkanku karena sikap Ibu," jawab Risa datar."Hei, ibu bahkan belum tahu bagaimana dan siapa Dion, apa pekerjaannya, sudah mapankah dia hingga berani menikahi putriku?" seru Bu Yuni."Tak penting, Bu. Yang penting anak dalam kandunganku memiliki seorang ayah," jawab Risa kekeh.Bu Lina dan Lia merasa heran dengan perdebatan anak dan ibu itu. Sebegitu tak berharganya kah seorang Rangga di mata mereka hingga di depannya mereka berdebat tentang seorang laki-laki lain tanpa ada r

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Kedatangan Bu Yuni

    "Loh, sayang banget, Mbak. Apa karena sedang hamil ya jadi gitu? Tapi beneran loh, Mbak ... mumpung ada gratisan, uenak pula," Bu Abdul kembali menawari Risa."Saya kan udah bilang gak berselera, Bu!" ucap Risa dengan wajah ditekuk.Karena merasa tak tahan saat melihat semua orang mengucapkan selamat kepada Kinan dan Radit, apalagi melihat Kinan yang selalu tersenyum bahagia membuat Risa pergi dari tempat itu dengan rasa dongkol.Ini merupakan kejutan buat Risa. Di saat dia mengira Kinan akan menderita karena gagal menikah, justru Kinan kini bahahia dengan sebuah kejutan istimewa.****Risa pulang ke rumah dengan rasa panas di hati. Ketika sampai, dia melihat ibunya-Bu Yuni- sudah duduk di ruang tamu bersama Bu Lina dan Lia "Oh, sudah sampai, Bu. Kirain besok mau ke sininya," ucap Risa kepada ibunya."Iyalah, setelah mendengar ceritamu waktu kamu telepon kemarin hati Ibu langsung panas aja," jawab Bu Yuni.Setelah itu dia beralih menatap Bu Lina dan bertanya kepadanya."Jadi selama i

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Akhirnya Sah

    Radit duduk di samping Ayahnya. Pak Penghulu mengambil tempat di depan Radit bersama wakilnya.Paklik dari Radit kemudian memberi sambutan untuk tamu yang sudah hadir. Setelah mengucapkan salam dan basa-basi kecil, dia mengungkapkan tujuannya datang ke rumah Kinan bersama keluarga."Saya rasa Bapak/Ibu sekalian tahu apa maksud kami datang ke sini ya ... karena ada Pak Penghulu bersama kami. Benar kami ingin menikahkan putra kami Radit Mahesa bersama Kinan Wulandari yang tempo hari sempat tertunda karena suatu hal." tutur Paklik Radit.Suasana kembali riuh saat Paklik dari Radit memperjelas maksud dan tujuannya."Dan untuk mempersingkat waktu, kami ingin segera memulai acara akadnya, silakan, Pak bisa dimulai ...." Paklil Radit mempersilakan.Kinan yang ada di dalam akhirnya disuruh keluar oleh adiknya, Dinda."Mbak, udah ditungguin, cepetan keluar," ucap Dinda."Eh, bentar Mbak. Ganti baju, gih. Ini ada kebaya cantik dan kerudungnya," ucap MuA itu bergegas."Bu Niken dan keluarganya

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Acara di Rumah Kinan

    Hari itu Bu Rina meminta bantuan Ranti dan Dinda serta beberapa tetangga lainnya. Pak Abdul dan istrinya juga secara khusus diminta bantuannya.Sementara ada orang suruhan Bu Niken yang membantu Kinan agar tampak lebih cantik."Kenapa aku mesti dirias seperti ini, Mbak?" tanya Kinan heran."Ini atas perintah Bu Niken. Dia ingin mengunjungimu dan dia tak ingin melihatmu pucat seperti ini." ucap perempuan itu.Kinan pun akhirnya menurut dan membiarkan dirinya dirias oleh orang suruhan Bu Niken."Aku juga bawain baju yang cantik buat Mbak Kinan. Setelah ini Mbak ganti baju juga ya," ucap perempuan itu.Kinan mengangguk kecil, sebenarnya dia ingin menolak untuk berhias apalagi jika dia mengingat Radit masih terbaring lemah. Tapi karena semua atas permintaan Bu Niken, maka Kinan tak dapat menolaknya.Sementara Bu Rina dengan wajah sumringah, membersihkan rumahnya dengan bantuan Ranti, seolah akan ada acara di rumahnya. Dinda lebih memilih untuk menjaga Caca."Bu, ini bunga pesanan Ibu, say

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Kondisi Radit Mulai Membaik

    "Tolong! Kinan!?"Bu Rina berteriak kala melihat api yang membakar beberapa perabotan rumah tangga dan sebagian dapurnya.Kinan terlonjak!Wajahnya pucat pasi dan baru menyadari keadaan sekitarnya. Dengan wajah panik, Kinan mencoba menyiramkan air ke arah api yang mulai membesar.Dinda yang semula di kamar ketakutan, dia ikut membantu Kinan mengambil air di kamar mandi."Din, kamu bawa Caca keluar, banyak asap di sini!" perintah Kinan pada adiknya.Lantas Dinda menghampiri Caca yang masih tertidur dan membawanya ke depan rumah.Alih-alih padam, api itu semakin besar dan merembet.Bu Rina berlari keluar dan meminta pertolongam kepada para tetangga."Tolong! Tolong kebakaran!"Karena hari masih pagi, masih banyak orang yang ada di rumah dan belum berangkat bekerja.Para lelaki yang ada di sana segera berlarian ke rumah Kinan, ada Pak Abdul dan Rangga juga yang turut membantu.Mereka bekerja sama memadamkan api itu hingga tak lama kemudian api bisa dipadamkan.Semua merasa lega, setidakn

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Kegagalan Risa

    "Apa maksudnya, Mbak? Coba jelaskan dan tolong jangan bertele-tele." Bu Niken penasaran.Rangga mulai merasa ada yang aneh dengan ucapan Risa, namun dia tak dapat mencegah karena Risa jauh dari jangkauannya."Radit terlalu baik untuk seorang Kinan. Kalian belum tahu sepenuhnya siapa perempuan itu, dia wanita perusak rumah tangga orang, dia merebut suami saya dan kini pernikahan saya sudah diujung tanduk. Suami saya menceraikan saya karena Kinan dan kini saya tinggal menunggu surat gugatan cerai darinya," Risa berkata dengan mata berkaca-kaca.Sebisa mungkin Risa ingin membuat mereka percaya, dia memasang wajah sendu seolah dia memang pihak yang terdzalimi.Rangga segera menghampiri Risa dan menarik tangannya."Hentikan, Risa! Pergi dari sini sekarang juga!" ucap Rangga seraya menarik tangan Risa."Tidak, Mas. Biarkan aku bicara, aku ingin mengungkapkan kebenaran ini di depan mereka semua, Kinan pantas mendapatkannya," teriak Risa seraya melepaskan tangan Rangga.Kinan tertunduk malu,

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Pergi ke Rumah Sakit

    Telepon selular itu jatuh begitu saja setelah Kinan mendapatkan kabar buruk dari Alya, kakak Radit."Kinan, ada apa ini? Siapa yang menelponmu, Nak," seru Bu Rina cemas.Ranti mengambil telepon yang masih terhubung itu, dia mencoba berbicara dengan si penelpon dan masih ada Alya yang menunggu tanggapan dari keluarga Kinan.Wajah Ranti berubah pias begitu mendengar keterangan dari Alya. Sedangkan saat ini semua orang menunggu penjelasan dari Ranti."Ada apa, Ran?" tanya Pak Abdul.Bu Rina bersender di tembok, hatinya terlalu lemah untuk mendengarkan kabar buruk. Sedangkan Kinan masih mematung dengan wajah dingin, tak bersuara dan tatapan matanya kosong."Radit kecelakaan, dia terluka parah dan saat ini ada di rumah sakit," terang Ranti.Semua ternganga, suasana berubah menjadi gempar, setiap orang berbicara dengan pendapatnya masing-masing."Kita harus ke rumah sakit sekarang juga, semoga Radit baik-baik saja," ucap Pak Abdul memberi komando."Kinan! Hei, Kinan ada apa denganmu?!" teri

DMCA.com Protection Status