Home / Rumah Tangga / (Bukan) SUAMI PENGGANTI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of (Bukan) SUAMI PENGGANTI: Chapter 21 - Chapter 30

43 Chapters

Bab 21

"Dia? Dia yang itu." Bianca mengangguk lalu meneguk minuman yang diberikan Cantika."Terus Dewa tahu lo ketemu sama dia?""Kayaknya sih nggak." Jawab Bianca tak yakin. Saat keluar dari minimarket Dewa sudah ada di depan. Bisa jadi saat Bianca sedang berbicara dengan pria itu Dewa melihatnya, tapi, kalau Dewa tahu, kenapa pria itu hanya diam saja."Kok nggak yakin gitu? Dia nggak macem-macem kan sama lo?" Cantika khawatir karena pria yang dimaksud oleh Bianca adalah pria yang sangat terobsesi pada sahabatnya itu.Bianca menggeleng, "Untungnya sih nggak! Walaupun dia macem-macem tinggal gue teriak aja." Bianca masih merasa bisa mengatasi pria yang sedikit gila itu. Baginya, dia bisa jauh lebih gila jika ada yang mengganggu kehidupannya."Mending lo cerita soal ini ke Mas Dewa." Usul Cantika.Bianca tampak berpikir sejenak dengan usulan Cantika, menimbang-nimbang apakah itu perlu dilakukan olehnya atau
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Bab 22

"Saya."Sahutan dari belakang Dona membuat Bianca berdiri dari tempat duduknya.Bianca cukup terkejut dengan kedatangan pria itu yang tiba-tiba. Bianca memberikan kode agar Dona keluar dari ruangannya. Setelah memastikan pegawainya itu pergi Bianca baru menaruh penuh atensinya kepadanya.Langit memperlihatkan senyumannya seperti biasanya. Dari penglihatan Bianca, Langit tidak merasa ada yang salah dari kedatangan maupun sapaan pria itu kepadanya."Ngapain lo kesini?" Tanya Bianca ketus.Langit tertawa seolah pertanyaan Bianca sebuah lelucon. Puas tertawa Langit berjalan mendekati meja Bianca. "Mana pelukan buat gue?" Langit merentangkan kedua tangannya. Bianca memutar bola mata kesal. Hari ini begitu menguji kesabarannya. "Ada perlu apa lo kesini?" "Wow.. selow Bi." Sahut Langit, pria itu menurunkan tangannya, lalu ia taruh diatas meja kerja Bianca. Langit menatap mata Bianca intens, sepasang mata itu memberikan intimi
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Bab 23

Tiga puluh menit sebelumnya…"Terimakasih Pak Dewangga, saya menunggu kabar baiknya."Dewa hanya mengangguk singkat. Dia melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Setelah melihat jam yang ternyata sudah hampir mendekati jam makan siang, Dewa segera mengambil ponsel dan mengirimkan pesan kepada Bianca agar wanita itu tidak datang ke kantornya."Maaf saya tidak bisa ikut makan bersama, saya sudah mempunyai janji lain." Dewa beranjak dari kursinya, lalu menatap sekretarisnya yang ikut berdiri."Viola, tolong temani mereka makan!" Titah Dewa tidak ingin dibantah. Viola yang hendak protes hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal."Tidak apa-apa Pak Dewa, lain kali kita masih bisa makan siang bersama. Terimakasih atas waktunya." Balas kliennya.Dewa mengangguk lalu pergi tanpa menoleh lagi ke arah Viola yang masih berharap bisa ikut dengannya.Dewa sebenarnya sudah sangat jengah denga
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Bab 24

"Baiklah."Bianca menatap Dewa penuh kecewa, dia sangat berharap Dewa menjawab tidak. Kenyataan memang tak selalu sesuai dengan keinginan. Bianca menunduk lesu, berakhir sudah usahanya mencuri hati pria itu.Berbeda dengan Bianca, Langit justru tersenyum puas mendengar jawaban Dewa. Tidak sia-sia dia langsung mengatakan tujuannya kesini. Tadinya dia mengira akan terjadi perkelahian atau paling tidak ada adu mulut. Ternyata dugaannya salah, saudaranya memang terpaksa menggantikan posisinya.Baru saja Langit tersenyum puas, suara Dewa kembali mengisi ruangan yang hening itu. "Hanya jika Bianca bersedia!"Bianca mendongak, dia kembali menatap suaminya, mencari sesuatu yang mungkin saja akan kembali mematahkan hatinya, akan tetapi, Bianca tidak menemukan itu. Dia melihat raut wajah suaminya begitu serius dan tenang.Langit melunturkan senyumnya, dia beralih menatap Bianca yang masih berdiri di tempatnya tadi. "Katakan
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Bab 25

"Kau percaya dengannya? Lalu kenapa tadi kau membelaku?" Dewa ganti bertanya. Dia cukup terkejut, tadinya dia berpikir Bianca tidak akan percaya begitu saja dengan Langit.Bianca menggeleng keras, dia kembali berdiri, ingin mendekati Dewa, akan tetapi, pria itu menyuruhnya untuk tidak mendekat. "A-aku hanya ingin mendengarnya langsung dari Mas Dewa.""Sama saja kamu tidak percaya denganku!" Sahut Dewa ketus. Dia berbalik badan untuk meninggalkan Bianca seorang diri di ruangannya."Tunggu Mas! Maafkan aku, aku percaya sama kamu. Kamu tidak akan memakai cara licik untuk mendapatkan warisan kakek Prayoga." Ucapan Bianca mampu menghentikan langkah kaki Dewa.Pria itu menoleh ke belakang sebentar lantas kembali berjalan tanpa memberi balasan. Bianca yang tidak mendapat respon segera mengejar langkah kaki suaminya. Tepat di belakang Dewa, Bianca meraih lengan kirinya. "Mas, tolong jangan marah." Mata Bianca sampai berkaca-kaca. Dia takut jika Dewa marah lalu meme
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Bab 26

"Apa sekarang kamu tidak bisa berbicara? Kenapa hanya mengangguk saja dari tadi!"Luntur sudah senyum Bianca. Dia hanya mengangguk karena dia terlalu bahagia dengan hal kecil yang dilakukan oleh pria itu. Untung saja dia sudah selesai makan, jadi dia bisa memakai itu sebagai alasan. Bianca minum terlebih dahulu sebelum menjawab. "Aku masih makan, Mas. Bukankah saat makan kita tidak boleh sambil berbicara?" Dewa melepas rambut Bianca. Dia biarkan kembali terurai seperti sebelumnya.Bianca menoleh ke belakang, dia melihat suaminya sedang merapikan kemeja serta jas yang tadi sempat di cengkram oleh Langit. Bianca maju mendekat, bermaksud membantu Dewa."Aku bantu ya, Mas." Dia meminta izin untuk formalitas saja, nyatanya tangannya sudah memegang kemeja serta jas yang dikenakan Dewa. Tak lupa Bianca membetulkan dasi yang sempat berantakan.Dewa diam mengamati Bianca. Tinggi mereka hanya terpaut 10 cm jika Bianca mengenakan sepatu high heels.
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Bab 27

"Maaf bukankah ini ponsel milik Dewangga?" "Iya benar Bu.""Kamu siapa? Kenapa ponsel suami saya ada sama kamu?" Bianca sedikit menaikan nada bicara nya."Pak Dewangga sudah pulang, Bu. Ini saya Cici petugas kebersihan. Maafkan saya sudah lancang menjawab telepon dari Ibu. Saat ini saya sedang membersihkan ruangan Pak Dewangga. Awalnya saya ingin membiarkan telepon Pak Dewa terus berdering, tetapi, Saya takut Ibu khawatir jadi saya menjawabnya."Sebelum Bianca menjawab, Dewa sudah berdiri di depannya. "Bi." Panggilnya.Bianca bernafas lega melihat suaminya sudah berdiri tepat dihadapannya. "Baiklah, tolong simpankan dulu. Terimakasih."Bianca mengakhiri panggilan teleponnya, lalu memasukan ponselnya ke handbag. Dia berpamitan kepada pegawainya saat hendak melintas. "Saya duluan.""Hati-hati dijalan Bu." Bianca mengangguk. "Mas." Bianca sudah berada di sebelah suaminya."Maaf saya terlambat, tadi ada sedikit masalah. Saya juga lupa menaruh ponsel saya setelah memberimu kabar." "Ngga
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Bab 28

"Ini Neng." Pedagang martabak menyerahkan pesanan Bianca, menyelamatkan rasa canggung diantara mereka."Berapa Pak?" Tanya Bianca."Masih sama Neng." Jawab pedagang itu. Sebelum Bianca mengeluarkan uang, Dewa lebih dulu memberikan uang dua lembar berwarna merah muda ke bapak pedagang itu. "Kebanyakan atuh Kang." Pedagang itu mengembalikan satu lembar uangnya."Ambil saja Pak, Terimakasih." Ucap Dewa sambil kembali memasukkan dompetnya."Terimakasih Kang, Neng." Balas pedagang itu sambil tersenyum. Setelah itu kembali meninggalkan mereka berempat.Dewa hanya mengangguk, lalu mengajak Bianca segera pergi. "Kamu sudah selesai kan? Ayo pulang." "Sudah Mas." Balas Bianca. Wanita itu segera berpamitan kepada dua temannya."Tika, Bimo gue balik dulu ya." Bianca melambaikan tangannya. Dewa turut berpamitan hanya dengan gerakan menganggukan kepalanya."Hati-hati Bi." Tika juga ikut melambaikan tangannya.Dewa dan Bianca berjalan kembali ke mobil sedangkan Tika dan Bimo menghela nafas lega s
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Bab 29

Bip bip Bianca yang sedang menata baju di koper berdiri untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka muncul mama Maria dan papa Hasan dengan membawa satu koper berukuran sedang."Assalamualaikum anak mama." Maria merengtangkan kedua tangannya."Waalaikumsalam Ma." Bianca masuk kedalam pelukan Mama Maria. Mereka berpelukan singkat. "Pa." Ucap Bianca sambil mencium tangan Papa Hasan. Papa Hasan hanya tersenyum saja.Bianca hendak membantu membawakan koper yang ada di tangan Papa Hasan, akan tetapi langsung di tolak. "Biar Papa saja.""Ayo masuk dulu Ma, Pa." Bianca memberikan jalan untuk kedua mertuanya, lalu dia kembali menutup pintu dan menguncinya."Dewa mana, Bian?" Tanya Mama Maria karena tidak melihat keberadaan putranya."Mas Dewa masih mandi Ma." Bianca mengekori kedua mertuanya ke ruang tamu."Duduk dulu Ma, Pa. Bianca ambilkan minum sebentar." "Mama ikut." Mama Maria dan Bian
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 30

Selesai mandi Dewa tidak melihat keberadaan Bianca, kopernya dibiarkan terbuka. Dewa mengambil kaos dan celana pendek, lalu berjalan keluar.Di ruang tamu Dewa melihat Papa Hasan seorang diri. "Pa." Panggil Dewa.Hasan yang sedang menunggu para wanita memilih melihat acara televisi."Sini." "Papa sendirian? Mama nggak ikut?" Tanya sambil duduk tak jauh dari Papa Hasan."Mama ikut. Saat ini sedang membantu Bian membuat minuman." Jawab Hasan.Dewa hanya mengangguk."Papa dengar, Langit sempat muncul beberapa hari yang lalu?" Tanya Papa Hasan, pria paruh baya itu menoleh sepenuhnya pada Dewa."Hm." Jawab Dewa. Dia sangat malas membahas ini."Apa yang diinginkannya?" Tanya Papa Hasan."Papa pasti tahu jawabannya." Jawab Dewa. Dia sangat hafal jika kedua orang tuanya pasti mempunyai mata-mata di sekitarnya ataupun Bianca."Ck. Anak ini
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status