Mama duduk di tepi jendela, pandangannya jauh menerawang menatap pekatnya awan hitam. Aku mengambil selimut membalut tubuhnya yang dingin karena dersik angin malam membelai lembut.“Mama istirahat saja,” ucapku lirih.Mama tersenyum memegang erat tanganku. “Terimakasih untuk selalu bersama Mama.”“Jangan katakan itu, di mana pun Mama, El akan selalu bersama Mama.”Dia wanitaku yang sedang terluka, hatinya sedang tak baik-baik saja, cintanya berkhianat, dan ia harus menahan derita kembali setelah tahu anaknya akan menikah dengan lelaki yang cacat. Bukan materi, mungkin dalam materi anak sulung Tuan Chan cukup untuk memberikan semuanya, tetapi apakah aku mampu merawatnya?“Hanum, Elsha, Papa mau bicara,” ucap papa, entah sejak kapan ia sudah berdiri di belakangku dan mama.Aku melihat sekilas wajah itu, wajah yang tanpa dosa dan masih berani menatap kami dengan keangkuhannya.“Apa yang ingin kamu katakan Mas?” tanya mama datar.“Besok pernikahan Elsha dengan Aksa anak sulung Tuan Chan,
Read more