Beranda / Pernikahan / ISTRI CEO / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab ISTRI CEO : Bab 11 - Bab 20

21 Bab

PAPA YANG TAK PUNYA BELAS KASIH

“Pecundang!” seru Daren.“Daren, sudah tidak usah membela mereka, ikutlah dengan Papa.”“Cuih, jangan harap. Tinggal bersama mereka sama saja tinggal dengan pelacur,” ucap Daren menunjuk Tante Mayang dan Citra.“Anak tidak tahu diuntung, mulutmu kotor!” papa menampar Daren.Papa berubah, ia seperti bukan sosok papa, ia berubah seratus delapan puluh derajat. Apa yang salah dengan papa?“Hentikan!” seru mama, ia berdiri mendekati papa. “Apa kamu lupa dengan perjanjian kita?” tanya mama.“Perjanjian yang mana? Aku sudah membakarnya, apa kamu lupa siapa kamu?” Mama menatap tak percaya, dan menampar papa. Papa kembali menampar mama. “Sudah cukup aku harus bermain sandiwara denganmu!”“Papa!” Aku mendekati mama, menariknya menjauhi papa. “Tidak berartikah kita untuk Papa? Apa Papa gak sayang lagi sama kami? Kenapa Papa tega berbuat seperti ini? Apa Papa lupa perjuangan kita?”“Elsha Sayang, sepertinya mulai sekarang kamu harus tahu siapa dirimu, kamu bukan—”“Cukup Mas, jangan ungkit masa
Baca selengkapnya

PERNIKAHAN

Fajar mulai menyingsing, mataku terasa perih, semalaman aku hanya menangis, menangisi nasib buruk yang berujung dalam hidupku. Mata sembab, wajah tak terurus. Aku tak ingin lagi menjadi Elshanum yang tercantik di kampus, Elshanum yang populer di kampus. Aku ingin menjadi gadis biasa yang tumbuh dengan kasih sayang kedua orang tua. Jika dulu aku banyak meminta hal yang tidak penting, sekarang aku baru sadar, jika banyak meminta akan banyak pula yang kita pertanggung jawabkan.Suara pintu terbuka dan didorong pelan, seorang pelayan dengan baju sama datang membawa kotak besar, entah apa yang mereka bawa dan menggangguku ketika sedang menikmati derita nestapa.“Sililahkan mandi dan kenakan baju ini Non,” ucap salah satunya. Ia mengambil gaun pengantin yang cukup indah dari kotak tersebut, gaun pengantin berwarna merah dengan mutiara sebagai penghias, selendang sutra menjuntai melebihi panjang gaun tersebut,Aku masih tak bergeming, dan enggan menuruti permintaan kedua wanita tersebut.“N
Baca selengkapnya

FLASHBACK HANUM POV

HANUM MAHESWARI POVElshanum Cakrawinata, anak semata wayangku dengan Mas Dimas, suami pertamaku. Otakku kembali memutar kejadian dua puluh lima tahun silam tepatnya saat aku masih menjadi istri Mas Dimas, ayah kandung Elsha yang selama ini tak sedikitpun aku singgung dalam kehidupan putriku.“Hanum Maheswari aku talak kamu, mulai saat ini tak ada lagi hubungan di antara kita," ucap Mas Dimas yang membuat tubuhku lemas bagai tak bertulang.Aku menangis tersedu di bawah gerobak buah. Mas dimas mengumumkan talaknya diantara ramai orang belanja, dimana salahku? Aku tak paham, apa yang aku lakukan sehingga ia menjatuhkan talak untukku tanpa sedikitpun belas kasihan.“Mas. Tak salahkan dengan ucapanmu?” tanyaku masih dengan suara lembut.“Kita akhiri saja hubungan ini, aku malu mempunyai istri sepertimu. Lihat, badanmu saja tak terurus, wajah tak terurus. Hanum, kamu itu anak orang punya istri manager masa iya harus seperti bibi asisten,” umpatnya tanpa melihat keadaan kami.Kuremas ujung
Baca selengkapnya

Hanum Maheswari POV

Mas Dimas pulang dengan mobil baru dan bukan mobil fasilitas kantor.“Mobil siapa Mas?” tanyaku setelah menjawab salam dan mencium punggung tangannya.“Mobil kitalah masak mobil orang di bawa pulang,” ucapnya dengan nada yang tak enak di dengar.Aku mengerutkan dahi, Mas Dimas beli mobil? Bukankah tabungan kita belum segitu banyaknya sehingga mampu membeli satu unit mobil, terlebih bagaimana impiannya yang ingin memiliki sorum mobil sendiri? Bukankah itu jauh lebih penting, batinku.“Mas beli mobil? Uang dari mana?” tanyaku lirih.“Loh kamu remehin aku ndak bisa beli mobil gitu? Mentang-mentang aku dari keluarga miskin dan gak seperti keluargamu!” serunya mulai tak terkontrol.Malam ini Mas Dimas berubah, ia tak lagi seperti Mas Dimas dengan suara lembutnya, Mas Dimas yang dulu memintaku merubah penampilan dengan hijab, mengajariku mengaji hingga membawaku ke ustaz kenalannya sehingga aku dengan mudah belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Itulah hal yang membuat aku mantap menar
Baca selengkapnya

HANUM POV, PERTEMUAN

Pagi dengan sinar matahari yang begitu terang aku berjalan di kawasan komplek menunggu angkot hendak ke pasar, aku akan menyiapkan ayam bakar kesukaan Mas Dimas, pikirku. Kulambaikan tangan kepada sopir angkot dan gegas naik.Lima belas menit aku sampai di pasar, ramai orang berjualan sayur, aku menuju toko yang menjual ayam, membeli bagian dada dan sayap kesukaan Mas Dimas. Ia dulu bilang hanya setahun sekali bisa menikmati ayam sekarang ia bisa makan itu setiap hari.Setelah membeli ayam aku melirik penjual buah pinggir jalan, buah jeruk yang tampak segar dan besar membuatku menelan ludah, tak sabar ingin menyesapnya. Aku berjalan sedikit berlari menghampiri tukang buah tersebut. Namun, sampai di penjual buah saat aku sedang asyik mencium aroma jeruk seseorang datang merangkul pinggang wanita yang begitu cantik. Buah jeruk jatuh dari tanganku. Mas Dimas, ia bersama wanita lain merangkul pinggang rampingnya begitu mesra. Ia tak pulang dan sekarang bersama wanita itu. Dadaku sesak pan
Baca selengkapnya

HANUM MAHESWARI BAG 3

“Hanum, itu anakku, kan!” seru Mas Dimas, ia mencekal erat tanganku.“Bukan, ini bukan anakmu, Mas.” Aku mencoba mengelak tapi ia bersikeras untuk melakukan tes DNA. Aku tak ingin bersama lelaki itu lagi. Aku tak ingin menderita bersamanya lagiAyah melakukan berbagai cara agar Mas Dimas tak datang ke rumah, hingga harus meminta kepada Mas Cakra untuk mengaku menjadi ayah dari anakku. Sejak setahun bersama keluarga kami ayah melihat Mas Cakra begitu baik, ia juga bertanggung jawab kepada ibunya, terlebih ia mampu mengembangkan perusahaan ayah yang hampir bangkrut. Mas Cakra menerima keinginan ayah karena merasa berhutang budi, dan akhirnya ia mengakui di depan Mas Dimas bahwa anak yang baru saja lahir tersebut adalah anaknya. Ia sendiri yang memberi nama Elshanum Cakrawinata. Kami belum menikah, aku masih ingin sendiri, aku masih ingin sendiri, hingga Elsha menginjak usia dua tahun ayah meminta Mas Cakra untuk menikahiku. Tidak dipungkiri kasih sayangnya kepada Elsha sudah seperti ana
Baca selengkapnya

AKSARA

“Kenapa Mama enggak pernah jujur sama Elsha? Kenapa Mama simpan semuanya sendiri?” tanyaku, kuhapus air mata yang membasahi pipi mama.“Mama tidak bisa sayang, Mama takut Els akan membenci Mama.”Aku memeluk tubuh mama.“Elsha akan selalu sama Mama, Elsha akan selalu bersama Mama membalas Mayang dan Cakra atas semuanya penderitaan Mama. Tak akan sedikitpun kulepaskan mereka.” Tanganku mengepal kuat. Akan kulakukan berbagai cara untuk menghancurkan mereka satu persatu.“Maaf Sayang, maaf Mama harus menyeret dalam situasi ini.”Mama memelukku dengan erat sebelum ia dibawa keluar oleh seorang pelayan.Aku menatap punggung yang mulai menjauh tersebut. Tekad untuk membawanya pergi dari rumah itu, akan kulakukan apapun untuk menghukum mereka.Setelah ijab kabul terdengar, aku dibawa keluar oleh pelayan berjalan diatas altar menghampiri suamiku yang terduduk di atas kursi roda, aku tak ingin melihat lelaki itu, hatiku dipenuhi dendam.Pernikahan kami berjalan lancar, kulihat senyum sumringah
Baca selengkapnya

AKU BUKAN CASANDRA

Berdiri seorang diri menatap cakrawala malam bertabur bintang. Kudekap tubuh yang dingin karena dersik angin malam membelai begitu kencang. Kulirik jam yang ada di pergelangan tangan, sudah hampir tengah malam tetapi Aksa belum juga kembali, entah kemana perginya lelaki itu.Kenapa aku memikirkannya? Bukankah lebih bagus jika dia tidak di sini, aku lebih leluasa merenda nasib yang tak berpihak kepadaku ini. Kembali kutengadahkan wajah menatap bintang yang berkelip. Bayang-bayang mama menari indah di mata, sedang apa wanitaku itu? Apakah dia baik-baik saja? Aku bahkan tak punya ponsel sekedar untuk menghubunginya. Kuseka air mata yang sudah memenuhi kelopak mata.“Jangan menangis Elsha, kamu sekarang harus menjadi wanita yang kuat.” Kutepuk dada berkali-kali, dada yang terasa amat sesak. Sesak dan sakit sekali, bahkan cintaku masih berlabuh untuk seorang lelaki yang telah menjalin cinta denganku lebih dari tiga tahun. Entah bagaimana perasaannya setelah tahu aku menikah dengan orang y
Baca selengkapnya

JANGAN PAKSA

“Ngapain berdiri di situ kayak orang enggak berguna, cepat bantu aku.” Aksa menatapku yang berdiri melipat tangan di dada tak jauh darinya. Kuhampiri cepat dirinya dan membantu dia naik ke atas kursi roda. Dasar sombong, apa salahnya minta bantuan baik-baik.Tanpa ucapan terima kasih ia meninggalkan aku ke kamar mandi untuk membasuh diri. Seharusnya ini bisa digunakan untuk kabur. Sedikit berjinjit kuhampiri pintu, secepat kilat aku sudah berdiri di depan pintu dan menyentuh handle pintu tersebut.“Jangan coba-coba untuk kabur, atau orang tuamu akan merasakan akibatnya,” ucap Aksara dari dalam kamar mandi.Astaga, apa dia punya indra ke tujuh? Padahal aku sudah berusaha tak membuat suara. Bagaimana dia bisa tahu? Terpaksa aku kembali duduk di atas ranjang karena takut dengan ancamannya. Jujur saja aku tak punya nyali untuk melawannya, aku bukan gadis kuat nan tangguh. Aku dibesarkan bagai putri sejak kecil walau akhirnya aku harus berada di sangkar neraka seperti ini.“Berikan bajuk
Baca selengkapnya

PILIHAN YANG SEMAKIN SULIT

“Besok malam aku tidak akan menundanya lagi,” ucap Aksa sebelum pergi meninggalkanku.Aku beringsut mundur dengan tubuh gemetar, takut itu yang kurasakan saat ini, sebenarnya memberikan keturununan untuk Diamond Group bukanlah perkara buruk, tetapi aku tidak ingin melakukan hal itu dengan orang yang seperti Aksa. Aku ingin melayani orang yang aku cintai. Tangisku pecah begitu saja.Kurapikan kembali baju yang sudah berserakan, mengenakan dengan cepat takut jika pemuda itu kembali masuk dan berubah pikiran. Aku harus mencari cara agar bisa menolak Aksa, atau mungkin aku bisa kabur dari sini. Aku berlari cepat menuju pintu, sialnya pintu terkunci dari luar, aku benar-benar seperti tawanan di sini. Tubuhku luruh ke lantai, bagaimana aku akan membawa mama pergi jika aku keluar dari sini saja aku tidak bisa.Kutatap jendela kaca. Mungkin aku bisa keluar dari sana. Namun, saat memandang tingginya jendela nyaliku menciut, itu terlalu tinggi. Jika aku jatuh bukannya bisa membawa mama keluar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status