Semua Bab KEMBALILAH SUAMIKU : Bab 21 - Bab 30

80 Bab

KEYAKINAN

“Keluarlah dan makan ini.”Bang Amar mengetuk pintu kamar mandi dan memanggilku seolah tidak ada yang terjadi.Aku duduk di sampingnya, menyambar jaket yang ada di kursi untuk menutup tubuhku yang hanya memakai baju kurang bahan ini.“Bagaimana perasaanmu?” tanya Bang Amar.Seharusnya aku yang bertanya kepadanya, kenapa justru dia yang lebih dulu bertanya?“Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana perasaan Abang?”“Abang belum merasakan apa-apa, bagaimana kalau mencobanya sekali lagi?”Aku mendelik menatapnya, apa dia bergurau?Bang Amar kembali mendekatiku, apa dia menantang? batinku. Aku segera berlari, kembali menyembunyikan tubuhku di balik selimut.Bang Amar tertawa.“Kenapa bersembunyi bukankah mau menolong Abang?”tanya Bang Amar menggoda.“Astagfirullah."Aku tersenyum di balik selimut.“Apa dia sudah normal? Apa orang berkelainan secepat itu sembuhnya?”Aku bergumam sangat pelan nyaris tak terdengar.“Bulan, Abang bukanya tidak bisa menyentuhmu, dan memberikan nafkah batin unt
Baca selengkapnya

KEMBALI

Sebening syahadat, begitukah kata yang tepat untuk cinta yang terlahir dari Allah. Kuserukan cahaya dihadapan yang berliku, aku percayakan jalanku dengannya. Aku berharap rumah tanggaku dapat berjalan atas ridho Allah, jauh dari maksiat dan sifat zalim.Kepulangan kami dari tanah suci disambut hangat oleh umi, juga abi, sementara Amara ia tak dapat ikut menyambut karena harus melaksanakan tugasnya sebagai dokter yang mengharuskan mengabdikan di daerah desa terpencil.Kami sengaja langsung menuju rumah umi dan abi, akupun rindu dengan umi, beliau benar-benar sosok mertua yang mengayomiku layaknya putri sendiri dan aku bersyukur memiliki mertua yang menerimaku dengan sepenuh hati.“Umi udah masakin banyak makanan buat kalian.”Umi menggandeng tanganku membawa masuk.“Kalian nginep aja disini, Umi rindu sama Bulan. Amara juga gak di rumah jadi rumah sepi banget, makannya kalian cepetan dong kasih Umi cucu, Umi sudah pengen di panggil uti.”Aku dan Bang Amar saling pandang, dan saling sen
Baca selengkapnya

BERTEMU FARHAN

[Aku tak akan melepaskan Amar, kamu gak usah berusaha keras memisahkan kami. Sampai kapanpun Amar hanya milikku, dan aku gak akan pernah biarin kamu merebutnya dariku.]Aku menggeleng membaca pesan dari nomor tersebut, aku tahu bahwa dia adalah Farhan.[Bisakah kita bertemu]Aku mengirimkan lokasi dan jam untuk bertemu denganya.“Bulan kamu harus berani, kamu harus melindungi orang yang kamu cintai.”Aku kembali mengulang pesan ibu saat hadir dalam mimpiku. Ya, setelah shalat Istikharah sebelum berangkat safar bersama Bang Amar ke kota suci ibu kembali datang dalam mimpiku, ia memberiku kekuatan dan semakin memberi keyakinan untukku.Aku kembali mengirimkan pesan kepada Nara, memintanya menemaniku untuk bertemu dengan lelaki itu. Kami bukan muhrim dan aku tak mungkin bertemu dengannya seorang diri meski aku tahu dia tak menyukai lawan jenis, tetapi tetap saja dia seorang pria dan aku tak boleh berduaan hanya dengannya.[Oke, aku juga gemush banget sama tuh wanita jadi-jadian, pengen
Baca selengkapnya

BERTEMU ABAH

Ba'da Maghrib aku membawa Bang Amar ke rumah Ustazah Aina, Bang Amar tak protes ia hanya mengikuti kemauanku yang membawanya ke rumah Ustazah Aina.“Abang malu Dik, bagaimana jika Ustazah Aina dan Ustad Rafi mencela Abang?” ucap Bang Amar.Aku tersenyum, mencoba mencairkan hatinya, meyakinkan bahwa ia harus melakukan ini agar otak dan hatinya kembali bersih.Aku paham jika ia takut rahasianya akan terbongkar dan Ustazah Aina juga Ustad Rafi akan mencelanya karena kami satu komunitas dakwah, terlebih mereka dan Bang Amar sudah dekat karena adanya pengajian-pengajian yang selalu diadakan oleh majelis mereka.“Insyaallah allah akan membantu Abang menutup aib Abang.”Bang Amar menundukan wajahnya, aku mendengar ia mengucap berkali-kali istighfar dan basmalah. Aku tahu ia pasti gugup dengan apa yang akan dikatakan Abah Ahmad nanti.Aku memegang erat lengan Bang Amar, membawanya masuk. Mengucap salam yang langsung disambut oleh seorang pemuda dengan sorban putih, dalah anak Ustazah Aina yan
Baca selengkapnya

BERTEMU DOKTER

Aku menggenggam jari jemari Bang Amar, memintanya untuk langsung pergi Bang Amar menurut. Dia tak turun mengantarku hingga ke dalam gerbang. Aku keluar seorang diri sementara Bang Amar langsung menjalankan mobilnya.“Asalamualaikum Ustazah?”ucap viko,“Aku menjawab salamnya dan berlalu begitu saja tanpa melihat sedikitpun ke arah Farhan, aku sempat meliriknya sekilas ia melihat mobil Bang Amar dan berlalu pergi setelah melihat Bang Amar tak turun dari mobil.Aku tidak tahu ia ternyata tak menyerah setelah Bang Amar mengabaikan telepon juga pesannya.Viko mengejarku,sedikit berteriak memanggil,“Ustazah tunggu,?”Aku menghentikan langkah dan berbalik ke arah Viko.“Ada apa Viko?” tanyaku heran.“Teteh kenal sama Farhan?”Kenapa Viko beralih memanggilku teteh, jika seperti itu berarti ada hal pribadi yang dia ingin katakan.Aku tersenyum.“Gak kenal sih cuma tahu, ada Vik?”“Dia sepupu aku, ibunya kakak dari mama. aku tahu semuanya?”Aku mendelik, apa Farhan gila? Membuka semuanya di d
Baca selengkapnya

MELAWAN FARHAN

Setelah berkeliling mencari Bang Amar, tetapi aku belum menemukannya aku memutuskan kembali ke resepsionis untuk menebus obat Bang Amar lebih dulu. Setelah selesai menyelesaikan semua admistrassi aku putuskan untuk ke parkiran karena tadi sempat kulihat mobil Bang Amar masih terparkir,Sampai di samping mobil Bang Amar aku melihat ia tengah duduk sambil menangkupkan tangannya di wajah, apa yang tengah suamiku lakukan?“Bang?”Bang Amar melihat ke arahku, wajahnya tegang seperti melihat hantu.“Ngapain Abang disini?”Bang Amar menghampiriku dan memelukku. Nafasnya terengah-engah seperti habis maraton. Sebenarnya apa yang tengah terjadi denganya?“Ada apa Bang?”Aku semakin penasaran melihatnya diam membisu.“Ada Farhan,”ucapnya parau.“Abang takut.”Astagfirullah, sebenarnya apa yang lelaki itu inginkan? Tidak bisakah dia melupakan begitu saja suamiku?“Sudah ayo kita pulang dulu, Abang masih bisa menyetir?”Bang Amar mengangguk.….Kami sampai di rumah, kubuatkan teh hangat untuk Ban
Baca selengkapnya

SPAM DI MASAGGER

Tiga bulan berlalu aku masih terus memantau gerak gerik Bang Amar, selama itu pula aku tak melihat ada yang aneh dari dirinya. Dia jauh lebih baik tak lagi mengigau saat malam. Juga Farhan ia sudah hilang seperti ditelan bumi. Meskipun begitu aku tetap saja memantau semua aktifitas Bang Amar, Nara yang merupakan mata-mataku selalu memberikan informasi tentang Bang Amar selama di kampus.Selain itu Amara juga selalu membantuku memantau semua kegiatan Bang Amar, bukan bermaksud apa-apa, aku hanya tidak ingin suamiku kembali ke jalan yang salah.Weekend pagi, kami berencana datang ke rumah umi, karena sudah satu minggu aku dan Bang Amar tak berkunjung. Umi sudah gencar menelpon jika kami tiga hari saja tak datang mengunjunginya.Aku mengemas beberapa kue khas sunda yang sudah kubuat, termasuk seblak kesukaan umi. Sejak ku kenalkan makanan itu pada umi ia begitu menyukai rasanya yang khas.Bang Amar membantuku mengemas semuanya. Karena aku putuskan tak lagi menyuruh Mbok Darmi untuk beker
Baca selengkapnya

KAMAR HOTEL

“Loh kamu kenapa Dik?”tanya Bang Amar yang langsung menyusulku ke kamar mandi, ia memijat tengkukku.Terasa lemas sekali setelah berkali kali muntah, tapi hanya air sedikit yang keluar.Aku berjalan pelan di bantu oleh Bang Amar, tenaga terasa habis padahal tadi aku tidak kenapa-kenapa.“Minum coklat hangatnya dulu biar lenih enakan, Dik.”Bang Amar kembali menyodorkan secangkir coklat panas tepat di depanku. Lagi, perutku terasa mual aku segera berlari ke kamar mandi. Bang Amar semakin bingung dan ikut ke kamar mandi.“Sepertinya karena coklat itu Bang,” tebakku.“Ah, masa gara-gara coklat panas kamu mau muntah Dik, kayak Abang racun aja, biasanya juga minum ini,”protes Bang Amar.Aku mengedikan bahu, memilih segera berbaring karena tubuhku terasa sangat lemas.Bang Amar ikut berbaring di sampingku sambil terus memijat kepalaku karena memang sedikit pusing, hingga aku tak sadar telah terbuai dalam mimpi.Mimpi indah, aku dan Bang Amar menangkap dua burung yang begitu cantik, satu b
Baca selengkapnya

MEMILIH PERGI

“Ya Allah Mbak, kenapa Mbak terus menangis? Ada apa? Ayo cerita sama Mara jangan buat bingung?”Amara terus memborong pertanyaan, tetapi aku tak bisa menjawabnya.Aku mencoba kuat, benar Bang Amar sama Farhan. Benarkah sekarang aku harus pergi? Aku kembali menunduk dengan air mata masih deras mengalir. Kuusap perlahan perutku, dimana ada janin yang akan mendapat imbasnya jika aku mengambil keputusan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nanti.“Ya udah kalau Mbak Bulan belum mau cerita, Mara antar pulang, ya? Mbak istirahat saja dulu sudah malam. Besok telepon Mara kalau butuh teman.”aku mengangguk. Selama perjalanan air mata seolah tak berhenti menetes, ia selalu menunjukan eksistensinya seolah ingin dunia tahu bahwa Bulan tengah berduka, bahwa Bulan kini hatinya tengah berantakan. Ponsel berulang kali berdering, tetapi tak aku hiraukan pastilah dari Bang Amar. Apalagi yang ia inginkan? Dia sudah meluluhlantakan harapanku, menabur duri bukan sekedar duri kecil, apa selama ini dia
Baca selengkapnya

ASMARALOKA YANG TELAH TIADA

“Aku hanya bingung kenapa Abang mati-matian bersama lelaki itu, lelaki yang membawa Abang menuju kesesatan sementara ada aku disini yang siap meniti surga bersamamu. Izinkan aku pergi Bang, izinkan sejenak aku berpikir normal. Jika benar Abang tak melakukan apapun dengan Farhan, Allah pasti tunjukan jalan untuk Abang membuka semuanya, tetapi saat ini aku percaya pada mataku, percaya dengan apa yang aku lihat.”Setelah mengatakan itu aku pergi menyeret dua koper meninggalkan Bang Amar yang masih menatapku tak terima dengan keputusan yang telah kubuat.Bang Amar, dia menarikku dari tepian jurang, sejenak membawa ke jalur aman sebelum ia membawaku ke tepian jalan dan kemudian mendorongku dalam sebuah rasa sakit yang teramat sangat, lalu bagaimana aku bisa menerima ini semua? Haruskah aku berdamai dengan sisi lainya? Tidak, aku tak akan pernah bisa, aku lebih memilih pergi.Banyak hikmah yang dipetik dari setiap perjalanan hidupku, rasa sakit karena di kucilkan, rasa sakit karena dihina,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status