Home / Romansa / Diblokir Tetangga / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Diblokir Tetangga: Chapter 11 - Chapter 20

129 Chapters

11. Flashback

Kita Flashback dulu ya ❤Menembus ruang dan waktu. Tujuh tahun silam. Di sebuah kota yang terkenal dengan pesisir pantainya. Tuban. Seorang perempuan berambut hitam lurus sepunggung. Ia tengah berdiri menghadap ke arah matahari terbenam. Senja sudah merangkak naik, namun ia memilih tetap diam. Menunggu seseorang. Lastri Atmadja. Gadis berusia dua puluh satu tahun. Berparas ayu dengan kulit sawo matang ciri khas gadis pribumi. Badannya ramping. Ia memakai setelan rok berwarna hitam dan atasan baju motif bunga-bunga lily. Sesekali ia melihat ke sekeliling. Sejauh mata melempar pandang. Tak juga ditemuinya batang hidung Bram. Lelaki yang telah membuatnya jatuh hati. Gelisah menunggu. Ia lalu mengecek gawai miliknya. Gawai butut dengan karet gelang yang mengikat. Satu pesan masuk membuat gawai tersebut bergetar. Lastri tersenyum. Rupanya sang kekasih hati membalas pesannya. [Tunggu aku, Sayang. Sebentar lagi tiba.]Lastri mendesah. Rupanya ia harus kembali bersabar untuk menunggu.Bu
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

12. Penolakan Calon Mertua

"Masih lama, Mas?" tanya Lastri pada Bram ketika di perjalanan."Masih, Dek." Bram menggenggam lembut jemari tangan Lastri. Mereka sedang berada di dalam transportasi umum. Bus. Perjalanan dari Kota Tuban ke Kota Surabaya tak sampai memakan waktu setengah hari. Namun terasa begitu lama bagi Lastri yang tak pernah bepergian jauh. "Tidurlah dulu, nanti kalau sudah tiba aku bangunkan."Disandarkannya kepala Lastri di pundak kanan Bram. Seketika saja gadis itu terpejam. Menyelami dunia mimpi selama di perjalanan. *** Tepat pukul tiga sore. Bus yang ditumpangi Bram dan Lastri tiba di terminal Purabaya Bungurasih. Bram mengusap pelan kepala Lastri, membangunkan. Lastri mengerjap. Diamatinya para penumpang yang menurunkan aneka barang dari bagasi. Bersiap untuk turun. "Sudah sampai, Mas?" tanyanya terkejut. Saking lelapnya ia sampai tak menyadari pergerakan bus yang berhenti. "Iya."Gegas Lastri dan Bram menyiapkan diri. Mereka lantas ber
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

13. Belitan Nafsu

"Ada apa ribut-ribut?"Semua menoleh ke arah satu suara. Ani, ibu Bram. Perempuan berusia empat puluh tiga tahun itu datang menengahi. Suara ribut dari teras rumah membuatnya terusik. "Lho, udah pulang? Kok nggak masuk ke dalam?" tanya Ani. "Bapak ngapain di sini? Ayo masuk," tambahnya. "Bapak mau ke luar ada urusan! Jaga itu anak kamu! Bisa-bisanya ia bawa anak orang ke rumah. Dasar perempuan gampangan. Mana kampungan lagi!" Handoko mendesis. "Bapak!" Bram setengah membentak. Sampai hati Bapaknya menghina Lastri sedemikian buruk. "Apa? Faktanya begitu? Mau --""Sudah! Jangan mendebat! Ayo masuk, Bram! Ajak gadis itu ke dalam," Ani memotong kalimat Handoko. Ia lalu berjalan ke arah Lastri. Meraih jemari gadis itu. Dirasakannya telapak tangan Lastri yang dingin. Gadis itu sudah pasti gugup. "Sudah, jangan didengarkan," ucap Ani lembut, menenangkan. "Terserah kalian saja!" Handoko berlalu. Ia menuju garasi mobil rumah. Mengeluarkan mobil
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

14. Tanggung Jawab

Masih tersengal dengan deru napas yang memburu. Bram dan Lastri bermandikan peluh keringat. Keduanya sedang bermain-main dengan takdir. Nafsu sesaat mampu menghilangkan akal mereka. Hingga puncaknya, deburan kenikmatan itu menyentuh dinding rahim. Benih tertanam sempurna bukan dengan jalan yang halal. Juga tak pernah diridhoi. *** "Jahat kamu, Mas!" Lastri terisak. Batinnya tergoncang. Ia telah menyadari satu kesalahan besar. Dan itu sudah sangat fatal. "Maaf, Dek. Mas lakuin ini biar kita bisa bersama." "Bersama apanya? Aku ... aku sudah tidak lagi perawan. Huhuhu." Lastri tersedu. Bayangan kelam tergambar di kedua matanya. Usia dua puluh satu tahun belum menikah saja, sudah menjadi aib bagi orang tuanya. Apalagi jika ia sampai hamil. "Tenang, Sayang. Aku akan segera melamar. Aku akan berterus terang pada Bapak. Beliau pasti setuju. Aku harus bertanggung jawab." Bram mendekap Lastri erat. Ia pun menyadari bahwa apa yang ia perbuat telah sanga
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more

15. Penyesalan

Menyalakan shower. Membiarkan air membasuh sekujur tubuhnya. Bram memejam. Teringat sentuhan yang ia nikmati semalam bersama Lastri. Ingin sekali ia melakukannya lagi.Ditepuknya kepala sendiri. Ini tidak benar. Halalkan dulu, baru nikmati. Sayangnya, hasrat pria kadang tak bisa dibendung. Sekalinya merasakan kenikmatan. Ia jadi ketagihan.Jangan memulai apa pun dengan jalan yang salah. Sebab, kita tak pernah tahu. Sampai mana batasan umur berada. ***"Sudah Bapak siapkan semuanya. Kamu tinggal berangkat saja." Handoko menekan. Ditunjukkannya paspor dan aneka dokumen yang akan Bram bawa. Ia sudah mengatur startegi. Agar putranya bisa lupa pada Lastri. "Bram tidak akan ke mana-mana! Bram akan menikah dengan Lastri!"Ditolaknya mentah-mentah. Bram tak mau pergi ke luar negeri. Sekalipun mengejar gelar S2 di negara yang terkenal gurun pasirnya. "Oh, begitu? Jadi ... kamu mau menentang Bapakmu?" "Bukan begitu, Pak. Bram harus bertanggung jawab."
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

16. Diarak

Dengan keadaan dua tangan yang terikat. Lastri diarak keliling kampung. Sebagian warga yang melihatnya memandang iba. Namun, tak sedikit pula yang mencibir. Terseok-seok Lastri berjalan. Rambut hitamnya bertabur debu pasir. Luka lebam di kaki juga ikatan kencang membelit tangan. Masih saja tak membuat gadis itu angkat suara. Ia bergeming, mengatupkan rapat kedua bibirnya. Hatinya membeku. Noktah hitam setitik demi setitik menyelimutinya. Membungkus penuh murka. Bukan hanya kecewa yang ia rasa, tapi dendam perlahan singgah. Lalu mengendap. Mematikan hati yang sudah sekarat. Lastri tak lagi berpikir jernih. Ia sudah berharap untuk mati. Tekanan demi tekanan yang ia dapatkan bertumpuk menjadi beban.Hingga tiba di sebuah lapangan luas. Tepatnya di dekat arela persawahan. Warga membentuk lingkaran kerumunan manusia dengan Lastri di tengahnya. "Katakan! Siapa pemuda yang menghamilimu, Lastri!" Ketua RT mendesis. Ia sangat menjaga kehormatan kampungnya.
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

17. Kepergian Bapak

Sementara itu. Di dalam kamar. Amin sedang sekarat. Sejak diketahuinya Lastri hamil tanpa suami. Ia jatuh sakit-sakitan. Napasnya selalu sesak. Ia tak selera makan. Kepikiran. Tubuhnya yang semula segar berubah menjadi ringkih. Nyaris tinggal tulang. Berbulan-bulan menyimpan sesak sendiri. Hingga pada puncaknya. Malam di mana Rudi mengakui bahwa ia berdusta demi menyelamatkan Lastri. Kondisi Amin semakin tak keruan. Bukannya tenang. Justru beban berat menghimpit dadanya. "Bapak ndak kuat, Bu. Bapak sudah gagal menjaga anak kita," ujar Amin sambil memegangi dada sebelah kiri. Angin malam berembus pelan. Menerobos masuk lewat celah jendela yang terbuka. Nyeri yang Amin rasa tak kunjung hilang. Ia hanya bisa terdiam di pembaringan. Menikmati kesakitan."Jangan bilang gitu, Pak. Bapak harus kuat demi keluarga kita.""Bapak gagal, Bu. Bapak gagal," ujar Amin putus asa."Ibu juga sudah gagal menjaga Lastri. Yang penting sudah ada yang mau mengakuinya. Rudi sudah membantu kita." "Dia p
last updateLast Updated : 2022-10-05
Read more

18. Bayi yang Tak Diinginkan

"Ayo, Nduk. Bisa! Pasti bisa!" Bu Darmi memberi semangat. Beliau sedang membantu persalinan Lastri. Pagi tadi air ketuban Lastri pecah. Setelah dicek dalam. Rupanya sudah pembukaan penuh. Memegangi ujung kasur. Kedua tangan Lastri mencengkeram hebat. Bayang wajah Bram menari di pelupuk matanya. Ah, ia rindu sekaligus benci. Bagaimana mungkin satu hati menyimpan dua rasa bersamaan. "Ayo, Nduk. Sedikit lagi!" Bu Darmi kembali mendikte. Keringat sebesar biji jagung mengucur deras di kening Lastri. Rasanya ia sudah tak kuat lagi. Semilir angin yang masuk menerobos jendela kamar. Tak sedikit pun mampu menghalau rasa panas dari tibuhnya. "Aaaaaaaaarrrgghhh!" Lastri mengejan hebat. Didorongnya sekuat tenaga bayi dari dalam perut. Ia ngos-ngosan. Tak lama setelah jeritan panjang itu, terdengar suara tangis bayi dari dalam kamar. "Alhamdulillah! Alhamdulillah! Sudah lahiran, Bu," ujar Rudi dari balik dinding kamar penuh semangat. Statusnya memang belum resmi menjadi suami Lastri. Namun, d
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

19. Hati yang Berubah

Sementara itu, di tempat yang berbeda. Dengan gemerlap lampu yang berwarna-warni. Juga dentuman musik yang menyentak hebat. Seorang pria sedang tergelak bersama teman-temannya. Bram Ari Pratama. Sejak kejadian dipukulnya ia oleh sang Bapak. Semua fasilitas yang selama ini ia nikmati direnggut paksa. Penolakan untuk kuliah di luar negeri, membuat Handoko semakin muntab. Dikurungnya Bram selama lebih dari tiga bulan di dalam kamar. Hanya sesekali pintu kamar pemuda itu dibuka. Untuk sekadar mengantar makan. Tak lebih dari itu. Penjagaan ketat pun dilakukan. Juga meracuni pikiran Bram dengan pikiran buruk tentang Lastri. "Dia hanya menginginkan uangmu!""Jika dia mau kau tiduri. Bisa juga ia sudah pernah ditiduri pria lain sebelummu!""Perempuan macam apa yang mau diajak pria asing ke rumah kalau bukan perempuan gampangan!" "Bagaimana mungkin Bapaknya mengizinkan gadis itu ikut bersamamu. Jelas mereka mengincar harta!" *** Apa yang lebih cepat berubah daripada hati? Kita tak pernah
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

20. Kehancuran di Masa Lalu

Kita tinggalkan sisi lain kehidupan Lastri. Ia dan Rudi tengah menjalani hari baru. Usai meninggalkan kampung kelahiran. Sepasang suami istri itu lantas berpindah-pindah tempat mencari keberadaan Bram.Meminta pertanggung jawaban. Juga demi sebuah janji yang mengikat. Ya, hanya untuk janji. *** Kehancuran orang-orang yang zhalim. Tidak luput dari doa orang-orang yang mereka zhalimi. Mereka yang tertindas. Merasa hatinya disakiti. Air mata terurai dengan bibir yang terus berucap fasih. Melangitkan doa berharap keadilan datang dari Rabbnya. Lastri tak sedikit pun melupakan. Doanya terus menyimpan amarah lagi dendam. Setiap terbesit pikiran tentang Bram, hanya kebencian dan kedengkian yang terus menyergap. Ia tak tahan. Sementara itu .... Surabaya, kelabu mulai membungkus kehidupan keluarga Handoko. Berbagai persoalan mencekik mereka. Bukan dari faktor luar, melainkan faktor diri mereka sendiri. Putra yang selalu dibanggakan. Yang dididik dengan penuh
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status