Semua Bab Gairah Istri Kelima Juragan: Bab 11 - Bab 20

95 Bab

Rasuk

Soraya menelan ludah ketika tubuhnya merasakan getaran tempat tidur yang bergerak. Bagai sedang bermain cari sembunyi. Jantung wanita berambut pirang itu berdetak tak beraturan.Telinganya mendengar helaan nafas berat. Membuat hatinya senang. Ia menduga kalau Chandrakanta juga sangat menginginkan dirinya. Padahal ...."Soraya apa kau di sana?" suara serak dan berat itu bagai suara burung bul-bul ditelinga Soraya.Wanita itu tak menjawab, ia menutup mulutnya agar tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dengan begitu Chandrakanta akan semakin penasaran kepadanya. Seperti itu pikir Soraya."Soraya ... Mengapa kau diam saja?" suara itu terdengar lagi. Wanita yang telah mengenakan lingerie turun perlahan dari tempat tidur. Ia terkekeh. Bersembunyi di balik kaca riasnya."Biasanya Mas Chandrakanta tak suka diajak main cari sembunyi. Tumben sekali ...." batin Soraya."Soraya apa kau ingin bermain-main?" Suara yang kali ini membuat Soraya merasakan kemenangan yang sempurna. Menurutnya dupa yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-29
Baca selengkapnya

Rahasia Chandrakanta dan Beatrix

Enam puluh menit berlalu. Yuvati berhasil membuat Soraya berendam dalam bak kayu besarnya. Wanita dengan selendang yang senada dengan kebayanya itu, sibuk menggosok punggung madunya. Terlihat beberapa memar dan bekas cakaran di sana.Ketika Yuvati mengguyurnya dengan air hangat yang telah di rendam dan dibacakan doa-doa baik. Soraya sedikit mendesis karena menahan sakit.Dibantu Beatrix, Soraya berhasil dimandikan. Di beri pakaian, bedak dan rambut pirangnya juga disisir rapi. Namun, walau begitu, Yuvati tak berhasil mengembalikan Soraya yang seperti sedia kala.Soraya menjadi pendiam, pemurung, tak mau bicara apa-apa. Tatapan matanya kosong. Seolah jiwanya sedang tak berada dalam raganya. Makan dan minum di bantu Beatrix. Pun demikian ketika ingin berpakaian dan ke kamar mandi. Soraya menjelma dari seorang nyonya rumah yang dominan dan ambisius menjadi seonggok manusia lemah tanpa isi."Ma ... Mama ... Ini Leon, Ma ...."Leon terisak ketika mata cantik itu tak mau lagi menatapnya. Be
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-30
Baca selengkapnya

Mestika Sukma (1)

*Berpuluh-puluh tahun sebelum hati Chandrakanta menghitam.Sebuah kekuatan kegelapan berbentuk kabut tebat tengah mengelilingi seorang pria. Ia berusaha untuk tetap tenang dan mengatur napasnya yang mulai terdengar tak beraturan."Jangan ganggu aku lagi! Aku sudah tidak ingin bersama kalian ..." Degup jantungnya memacu tak beraturan. Pria dengan alis tebal dan mata tajam itu mencoba mengelak saat kekuatan kegelapan mencoba untuk membalut tubuhnya dengan kabut yang lebih besar darinya."Pergilah! Kalian bukan sesuatu yang baik untuk kehidupanku!"kekuatan kegelapan terlihat marah. Ia begitu mengerikan karena mampu memporak-porandakan segala yang ada disekitarnya. Langkah pria itu surut kebelakang.SERAHKAN MESTIKA ITU ATAU KAU DAN ORANG-ORANG DI SEKELILINGMU AKAN MATI!Pria itu merasakan kalau nyawanya sudah di ujung tenggorokan. Semua terasa sesak dan membuatnya tercekik. Kekuatan Kegelapan membuat pria itu tak bernapas."Tidaaak ... Jangan!"Mata cokelatnya membelalak besar. Ia tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-31
Baca selengkapnya

Mestika Sukma (2)

Seorang pria tua berlari kencang. Peluh mengalir deras di sekujur tubuhnya. Kabut-kabut pekat terlihat menyelimuti seluruh kota. Perlahan-lahan kepekatan memudar dan terlihat pemandangan yang membuat Chandrakanta tercengang. Dukuh yang menjadi tempat tinggalnya itu sekarang menjadi tempat asing dihadapan matanya. Sebuah bayangan kegelapan berkelabat di antara dukuh-dukuh yang mulai kosong. Asap-asap mengepul hitam membumbung sampai ke langit tinggi. Ia kembali berlari pada jalan utama. Rambut panjang perak berkibar di belakang bahu kecil.Sebuah telaga dengan air mancur indah nampak menarik perhatian. Pria tua berpakaian serba putih teringat mimpinya beberapa waktu lalu tentang tempat-tempat yang akan menjadi asing, nantinya.Di dobraknya pintu merah yang berada tepat di bawah air mancur utama. Di sana ia melihat beberapa orang anak muda yang tengah di ikat tangan dan kakinya dengan sebuah ikatan berwarna merah. Tubuh mereka sudah nampak lesu dan lunglai. Mungkin karena sudah bebera
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-01
Baca selengkapnya

Wanita Gila Harta

"Aku mau tinggal di rumah yang seperti ini. Mewah berkelas. Benar-benar rumah orang kaya. Lihat keramik mahal itu. Elegan. Warnanya hitam dengan sedikit nuansa emas. Dan kaca-kaca tinggi besar itu. Ah ...." gumam seorang wanita muda berusia tiga puluh tahun. Ketakjuban tak hilang bahkan saat anak perempuannya menarik-narik kebaya berbahan ringan yang dikenakannya.Ia lalu menoleh ke arah anak perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah."Kenapa sayang?""Bu, ayo pulang!" rengek seorang gadis kecil berkepang dua seraya menyeka keringat."Kamu sudah capek?" tanya si ibu mengelap keringat di wajah anaknya yang bundar."Huu-umph," rajuk gadis kecil berperawakan tambun itu."Ayo pulang!" rengeknya lagi."Iya, baiklah. Ayo!"Keduanya berjalan beriringan. Perlahan. Sesekali melihat mobil dari jalanan yang panas."Bu, Sashi mau beli gulali.""Di sana?" tanya ibunya menunjuk sebuah warung tradisional dengan dinding dari geribik dan atap rumbia, tak jauh dari rumah megah yang menarik perh
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-02
Baca selengkapnya

Parfum Pemikat

***Suara panggilan itu begitu membuat Pitaloka ketakutan. Siapa lagi kalau bukan suara mantan suaminya yang biasanya pulang dalam keadaan mabuk. Ia memeluk anak perempuannya yang sudah tertidur lelap."Buka pintunya," teriak suara dari seberang pintu.Pitaloka mendekat. Menempelkan telinganya di lubang kunci sambil sesekali mengintip untuk memastikan bahwa pria yang sudah berpisah dengannya selama dua tahun itu pulang dalam keadaan sadar atau tidak."Buka, Pitaloka! Suami pulang bukan malah disambut," teriaknya lagi kali ini seraya menendang pintu."Ta-tapi, Mas. Mas bukan suami saya lagi!""Cepat buka! Aku hanya ingin memberikan uang untuk Sashi."Mendengar kata uang Pitaloka langsung berbinar matanya. Bergegas ia membuka pintu. Tapi tetap tidak berani menatap Fahri, mantan suaminya. Ia menunduk ketika pintu dibuka. Pria dengan parfum semerbak itu melewati mantan isterinya tanpa ada gerakan atau cacian. Wanita itu bisa bernapas lega."Mas Fahri mau makan?" tanya Pitaloka masih meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-03
Baca selengkapnya

Rencana Licik Mertua dan Ipar

***Sore itu setelah Malini dipaksa pulang dari kediaman Mbok Giyem.Ia bersama anak-anaknya, tengah membersihkan sayur yang ada di kebun kecil samping rumahnya.Prabawa, pria jahat tak bertanggung jawab yang masih menjadi suaminya tengah bersiap-siap. Ia mengenakan pakaian yang paling mahal dan juga wewangian.Ibunya datang ke rumah membawakan beberapa gantungan pakaian yang mewah. Malini tak ingin banyak bicara, tak ingin ikut campur juga. Takutnya malah ia akan menjadi sasaran dan bulan-bulanan ketidakpuasan dari mertua dan suaminya itu."Bapak mau ke mana, Bu?" tanya Suma ketika melihat pria itu berkemas-kemas.Malini tidak menjawab. Mengangkat telunjuk kecilnya ke depan bibir. Meminta Suma untuk tidak banyak bicara. Namun, sebuah teriakan membuat Malini harus bergegas menuju kamar."Malini ... Malini!" Panggil Prabawa.Tergopoh Malini berjalan dari dapur menuju kamar."Di mana kalung emas milikku?""Kalung emas?" tanya Malini"Jangan pura-pura bodoh. Kalung emas yang aku berikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-04
Baca selengkapnya

Menari Bersama

Tidak perlu waktu yang lama bagi Walimah untuk menyiapkan benda-benda yang ia butuhkan. Di dalam kotak besar dengan pita berwarna maroon, ia meletakkan sebuah kebaya motif bunga berbahan sutera, juga sebuah kain batik dengan warna senada. Tak lupa di beberapa sisi, wanita jahat itu melepaskan jahitannya, agar renggang dan terbuka dengan sendirinya ketika Malini memakainya nanti malam.Bubuk bunga kecubung ia taburkan, diaduk rata lalu dicampur baur dengan bedak beras dan lipstik. Tak puas sampai di situ Walimah juga memberikan pencuci rambut kemiri yang sudah dicampurnya dengan bahan-bahan yang akan membuat kepala Malini gatal-gatal."Semua sudah siap!" ucapnya puas. Melenggang ia melangkah ke rumah Malini saat senja hampir menyapa. Mengetuk pintu dengan pelan lalu dan kemenakannya membukakan pintu dengan wajah yang sumringah."Waalaikumsalam, Wak. Tumben Wak Limah ke sini?" tanya Kanaya tak menyangka."Ibumu ada?" tanya Walimah. Ekspresi wajahnya dibuat sedatar dan senormal mung
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-05
Baca selengkapnya

Dilamar di Depan Warga Desa

Tiba-tiba saja Malini, merasakan sesuatu yang menelusup mulai dari ubun-ubun, hingga menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebuah perasaan dingin dan di sentuh oleh sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan kedatangannya.Sementara di sisi yang berlainan juragan Candrakanta tengah tersenyum lebar. Apalagi ketika binar mata Malini sedikit demi sedikit mulai berbeda dalam cara memandangnya.Ia mendekat ke arah Malini, menyentuh jari jemari wanita yang ia mimpikan siang dan malam. Mencium punggung tangan Malini yang putih dan mulus. Mengalungkan selendang sutera mahal ke arah leher wanita pujaannya itu.Entah apa sebabnya Malini malah tersenyum. Menundukkan sedikit kepalanya kerika Chandrakanta sedang memasangkan selendang. Padahal hatinya sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi. Aroma wewangian yang menguar dari tubuh dan pakaian Chandrakanta membuat Malini tergoda. Ia tak sabar ingin memeluk tubuh pria itu. Langkahnya tertahan karena pertunjukan menarinya bersama juragan Chandrakanta tenga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-06
Baca selengkapnya

Wanita Dalam Gelap

Dua jam menjelang subuh.Pertunjukan campursari dan layar tancap hampir saja usai. Malini terlihat tengah mengobrol dengan Chandrakanta di saat beberapa orang lain yang mengurusi panggung dan pertunjukan tengah berkemas. Sementara penduduk desa sudah meninggalkan tempat itu Malini dan Canda nampak mengobrol dengan serius dalam keremangan. Wajah keduanya tidak begitu terlihat jelas. Hanya bagian belakang tubuhnya saja yang bisa dilihat.Tidak ada yang orang lain ketahui apa yang sedang dibicarakan. Ekspresi wajah dari keduanya juga tak bisa diterka. Tapi, jika dilihat dari lamanya mereka berbicara, tentulah orang-orang tahu bahwa keduanya sedang membicarakan sesuatu yang serius yang tidak ingin diketahui orang lain."Bagaimana Malini apa kamu bersedia menerima lamaran saya?" tanya Chandrakanta dengan suara yang lemah lembut."Tentu saja saya senang juragan. Apapun yang menjadi keputusan juragan saya akan mengikutinya," jawabnya datar. Kepalanya sedikit tertunduk malu-malu."Lantas apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status