Semua Bab Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku: Bab 1 - Bab 10

78 Bab

Mobil Baru

Bab 1"Bilangin nih sama anakmu, jangan suka pinjam mainan Gina!"ujar Ibu mertua menghempas kasar tangan putriku yang berusia 7 tahun."Kamu kalau gak mampu beliin mainan untuk anak, mending anakmu di kurung di rumah aja!" timpal Mbak Hana."Nisa, gak ada rebut mainan Gina, Bu," rengek putriku yang kini sudah kupeluk."Tadi Gina yang ajak Nisa main," ucapku mengusap tangan Nisa."Nisa aja pandai ngarang, dia itu tiap hari kluyuran ke rumahku. Bilangin anakmu jangan main sama Nisa, gak level suka ngerebut mainan anakku lagi, makanya jangan miskin!" ucap Mbak Hana belagu.Begitulah Kakak iparku. Dia selalu menghina diriku. "Orang miskin, gak tau diri. Dulu Hamdan sudah kularang menikah denganmu, pakai pelet apa kamu hingga Hamdan tetap kekeh menikahimu!" cerca Ibu mertuaku.Astagfirullah mereka bilang aku menggunakan pelet untuk suamiku."Lihat aku, punya rumah besar dan bagus. Gak rumah kecil kayak punyamu," Mbak Hana semakin menjadi menghina."Nanti aku bisa beli rumah lebih bagus da
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Menuduh

Bab 2"Kenapa Nas, kamu kan juga ada bagian. Sebagian rejekiku itu hak keluargaku!" tukas Mas Hamdan. Selalu begitu jawabannya. Akhirnya yang aku tunggu datang, mobil baru yang aku beli di antar. Mereka semua seperti terkesima melihat mobil di turunkan dari mobil towing."Mobil siapa itu?" ujar Ibu. Karena berhenti di depan rumahku, kebetulan depan rumah adalah rumah Mbak Hana."Apa Dion, belikan kamu mobil baru?" tanya Ibu pada Mbak Hana."Mungkin Bu, ya ampun Mas Dion kasih suprise mobil!" Mbak Hana memekik senang dan mengeluarkan ponselnya merekam mobil baru itu.**Mbak Hana semakin kegirangan, apalagi beberapa tetangga keluar melihat karena suara Mbak Hana heboh sekali."Mobil baru, Mbak Hana?" tanya Bu Wati menghampirinya. "Huum Buk, suprise dari suami saya!" sahut Mbak Hana dan masih merekam mendekati mobil itu."Biasa Bu Wati, suaminya kan anak juragan sawit. Jadi beliin mobil baru itu udah biasa!" timpal Ibu mertua memuji menantunya yang kaya.Tapi sales itu menghampiri di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Mereka Tidak Tahu

Bab 3"Nasna..!" Mas Hamdan membentak dan kilat matanya penuh amarah."Mau kupatahkan tanganmu, telah berani menampar Mbak Hana!" ucap Mas Hamdan dengan nafas memburu."Kamu tidak terima, masih bagus kutampar, tidak kurobek mulut lancang Kakakmu itu!" ujarku membalas tatapan Mas Hamdan. Sudah cukup di perlakukan tidak adil, hingga harus menahan hinaan mereka terus menerus membuatku tersiksa batin selama menikah."Bicara lagi kamu, mulutmu itu yang kurobek!" hardik Mas Hamdan mendekat."Kenapa kamu marah, ketika aku menampar mulut kurang ajar itu. Kenapa kamu tidak marah ketika Ibu dan Kakakmu melontarkan fitnah keji padaku!" "Hajar istrimu itu Hamdan, dia yang kurang ajar. Aku tak terima dengan perbuatannya!" Mbak Hana menghasut Mas Hamdan. "Memang orang miskin, tak berpendidikan. Jadi kelakuannya ya begini, Hamdan kamu ketiban sial menikah dengan dia. Bagus kamu menikah dengan Mega, dia wanita berpendidikan setara denganmu. Juga kerjanya di balai desa, tiap hari pakai seragam. Gak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Nafkah 30 Ribu

Bab 4Aku menahan tawa dan melanjutkan langkah menuju rumah. "Heh, kenapa kamu ngeledekin aku ya!" hardik Mbak Hana yang sedang berjalan menghampiriku."Kamu pikir, aku iri melihatmu membeli mobil baru! Hasil melont* aku tak akan iri!" ucapnya dengan salah satu bibirnya di naikkan."Manusia punya penyakit iri hati, dan busuk sepertimu memang sulit menerima kenyataan. Sehingga bisa menuduh seperti itu haha...!" aku berlalu meninggalkan mbak Hana yang str*s karena iri dengki nya melihat pencapaianku.Mas Hamdan mendatangi meja makan. "Cuma oseng kangkung?" tanya menatapku yang sedang menyiapkan makanan untuk Nisa."Ada tempe goreng juga tuh!" "Masa cuma ini, Nas? Aku mau ayam, atau gak ikan!" keluh Mas Hamdan. Ia memang selalu ingin makan enak, dengan nafkah pas-pasan. Terkadang aku membeli ayam 10 ribu hanya dapat 3 potong dan ia yang makan sendiri, sedangkan Nisa kubelikan telur. Tapi itu dulu, setelah punya penghasilan aku sering mengajak Nisa makan enak tanpa sepengetahuan Mas Ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Ingin Menguasai

Bab 5"Silakan suruh anakmu menceraikanku!" aku tersenyum.Ibu menghentakkan kaki dan mengajak Anggi pergi dari rumah. (Rumahnya ngontrak tapi punya mobil, itulah kalau mikir gengsi. Mana uang hasil ups! Kalau aku mending beli rumah dulu, kendaraan roda 4 menyusul.)Status fesbuk Mbak Hana lewat berandaku. Pasti dia sedang menyindirku, apa jadinya kalau dia tahu aku sudah membeli rumah yang cukup mewah untuk ukuran orang di sini, masih bisa ngatain. Sekarang belum kubalas, nanti saja setelah aku pindah akan kufoto rumah itu dan memajangnya di sosial media. Sesekali melihatkan pencapaian.[Atau hasil pesugihan kali ya] Anggi mengomentari status Mbak Hana.[Pesugihan Om-om wkwkk] Mbak Hana gercep sekali membalas komentar. Mungkin ini cara melampiaskan penyakit hati yang ia rasakan padaku.[Kalau aku sih malu banget, rumah kontrakan murah tapi punya mobil. Apa gak mau ya punya rumah sendiri, makan aja masih pas-pasan!] Mbak Erly ikut mengomentari, dia masih tetanggaku di sini teman dek
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Pesan Hamdan

Bab 6Apa-apaan Mas Hamdan. Membuat janji dengan keluarganya, menghinaku kemarin sekarang mau pakai mobil."Jangan hiraukan dia, kita pergi sekarang," aku menggandeng Nisa dan mengajak ibu beserta adikku untuk tetap pergi malam itu juga. Aku tak mau lagi di perlakuan semena-mena. Sekarang aku punya, kesempatan untuk menyenangkan keluarga dan anakku."Apa kamu tuli!" Mas Hamdan semakin meninggikan suaranya."Aku tak peduli dengan urusanmu, kalian bisa naik kendaraan lain atau pinjam mobil pada mertua Mbak Hana," ucapku. Mertua Mbak Hana mempunyai mobil, tapi keluaran lama. Yang kutahu Mbak Hana saja gengsi naik mobil itu."Istri pembangkang!" Mas Hamdan mendekat dan ingin menamparku.Tapi tangan Mas Hamdan di tahan oleh Anwar. "Jangan sakitin Mbak Nasna, Mas!" hardik Anwar."Kamu gak usah ikut campur, berikan kunci itu padaku!" Mas Hamdan justru membentak Anwar.Tapi kami tak menghiraukannya. Anwar menuju mobil."Nasna, hentikan langkahmu!" Mas Hamdan terus berteriak seperti tak malu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Membeli Perhiasan

Bab 7Jarak tempuh dari Mall ke rumah, ada 1 jam. Aku pulang ke rumah, mobil di bawa oleh Anwar. Besok keluargaku pindah ke rumah baru duluan.Selain rumah baru, aku juga mau menyewa ruko untuk buka usaha. Membuka toko sembako, cita-citaku ingin mempunyai minimarket, sekarang toko sembako dulu tak apa secara bertahap. Rumah terkunci, untuk aku bawa kunci serap. Sepertinya mas Hamdan jadi pergi, bersama keluarganya. Nisa tertidur, kuusap lembut wajah putri kecilku. Kenapa Mas Hamdan pada Nisa saja tak perhatian, padahal Nisa putri kandungnya. Soal makanan saja ia tak mau mengalah pada anak sendiri.Banyak spam chat dari Mbak Hana dan aku memilih untuk menghapus tanpa membacanya. Aku membuka blokir Mas Hamdan. Aku melihat nominal yang aku dapatkan dari afiliate. Alhamdulillah bulan ini tembus puluhan juta, untuk promosi aku menggunakan akun kedua yang tidak berteman dengan orang-orang di dunia nyata termasuk saudara Mas Hamdan. Aku lebih nyaman seperti itu, untuk promosi juga aku sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Bonus Hamdan

Bab 8Aku mengambil uang cash di dalam tas. Mata Mbak Hana terus memperhatikan, begitu juga temannya yang bernama Erly masih tetangga kami yang menemani dia. "Fix, cuma ju*l diri sih yang bisa menghasilkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat!" celetuk Erly dengan suara cukup kencang."Biar, aku adukan dia pada Hamdan!" Mbak Hana mengeluarkan ponselnya dan ingin memfotoku mungkin."Apa yang kamu lakukan?" tegurku mendekati Mbak Hana usai membayar emas untuk Ibu."Mengadukan kamu pada Hamdan," jawabnya sinis."Apa yang kamu adukan!""Aku katakan jika kamu ju*l diri, untuk membeli emas!" ucapnya lantang. "Plakk...!" aku menampar Mbak Hana karena mulutnya ini tak bisa di maafkan, sampai kapan ia menuduhku demi mentutupi kedengkiannya."Kamu!" Mbak Hana mengangkat tangannya, ingin membalas. Kutahan tangan Mbak Hana dan memelintirnya."Yang kamu katakan adalah fitnah, mau ku laporkan polisi atas pencemaran nama baik!" ancamku."Kamu pikir aku takut akan ancamanmu, polisi tak akan mengu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Pinjam Uang

PoV HamdanNasna belum pulang juga. Usai mandi aku mengambil ponsel untuk menelponnya, semenjak ada uang istriku itu semakin bertingkah! Bahkan tak lalai akan tanggung jawabnya sebagai istri, melawan dan menjawab perkataan. Biasanya Nasna manut dan patuh, sekarang dia berbeda.Ibu lagi dan Mbak Hana yang mengirim pesan, aku membuka sebelum menelpon Nasna.[Ham, kamu nanti kesini abis maghrib ya. Bonusmu berapa semuanya? Ibu gak sabar pakai perhiasan baru.] pesan dari Ibu. Aku scroll pesan sebelumnya tidak jauh dari membahas uang dan minta beli emas karena Nasna membelikan Ibunya emas sampai 22 juta. Mbak Hana yang bilang tadi.Pusing aku memikirkan sumber uang Nasna. Apa yang dia kerjakan? Istriku itu hanya ibu rumah tangga, yang tamat SMA. Selama ini dia tak punya uang jika tak kuberi nafkah, apa benar Nasna gelap hati dan pesugihan jadi kaya mendadak. Tapi dia tak pernah melakukan hal yang mencurigakan, selama ini hanya di rumah saja. Ibu bilang saat itu mematai-matai Nasna. Untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya

Sindiran

PoV NasnaMas Hamdan mengira uangnya hilang, padahal uang itu ada padaku. Beruntung aku cepat ke rumah Ibu membawa uang ini, lebih baik uang ini aku gunakan untuk ke salon dan perawatan. Separuhnya aku tabung untuk Nisa. Anggap saja ini adalah nafkah Mas Hamdan untuk kami yang tertahan selama ini, tapi ini juga kurang jika dia memberikan gajinya padaku. Aku tidak tahu pasti berapa gaji Mas Hamdan perbulan, setidaknya dia memberiku 3 juta perbulan itu sudah cukup untuk kami. Aku tak menuntut hidup mewah, hanya ingin di cukupi untuk sehari-hari dan tidak kekurangan. Sedangkan ia rutin memberi uang pada Ibu dan saudaranya dalam jumlah jutaan. Karena itu aku tak merasa bersalah mencari penghasilan sendiri, aku tidak sanggup lagi. Pernikahan kami sudah 9 tahun dan aku sudah lama bertahan, mengorbankan mental dan perasaanku. Dulu mungkin aku hanya menangis berusaha sabar, tapi kini aku tak akan menangisi lagi nasibku. **Ponselku berdering, tertera nama Mas Hamdan. Pasti dia sedang menca
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status