Semua Bab Haid Pertamaku: Bab 21 - Bab 30

86 Bab

Bab 21. Seolah Putri Raja

Seolah Putri Raja"Kau! Jangan berlaku seolah-olah putri raja di sini." Tatapan matanya terasa menikam dan membuat takut Amira. Persis seperti mata Mami Merry. Mata yang selalu menyimpan kemarahan dan kepongahan. Mata yang ingin menunjukkan bahwa kekuasaan ada pada dirinya. Selalu memandang rendah pada siapapun yang dianggap tidak sepadan.Amira tidak mampu berkata apa-apa, dia terlalu takut untuk berbicara, apalagi untuk menyangkal. Amira paham, seperti apa posisinya di rumah ini. Yang dia lakukan hanyalah diam dan menunduk saja."Jangan mentang-mentang Darmawan peduli padamu, lalu kau bisa bersikap semaumu." Ancaman dan tekanan terus dilontarkan dari Mulut Tante Sonya. Gemetar tubuh Amira. Lemas rasanya.Tante Sonya segera berbalik pergi meninggalkan Amira, yang masih terdiam terpaku di depan pintu kamarnya.*****"Non! Non Amira, bangun non, Den Darmawan sudah menunggu enon untuk diajak sarapan pagi." Suara Bi Sumi terdengar dari luar kamar Amira berada. Berniat untuk membangunkann
Baca selengkapnya

Bab 22. Dianggap Sampah

Di saat Tante Sonya sedang berpikir keras tentang siapa Amira yang sebenarnya, sembari menunggu kedatangan Mella. "Mah." Suara teguran sempat sedikit mengagetkannya. Ternyata Diaz putra semata wayangnya."Itu, ada gadis kecil tapi cantik. Siapa Mah?" pertanyaan seorang playboy kampus terhadap mamanya."Ngga tau, tuh. Si Darmawan mungut di mana," jawabnya, bernada sinis."Ko, mungut sih, Mah. Sadis amat." Tertawa tergelak Diaz, mendengar jawaban mamahnya."Memang mungut. Ngga jelas asal-usulnya gitu." Masih bernada sinis ucapan nya. Wajahnya seolah-olah jijik saat berucap seperti itu. " Tetapi cantik loh, Mah," ujar si playboy, masih terus tertawa."Gembel itu, tidak pantas buat kamu. Lagi pula, mamah masih penasaran tentang asal-usulnya. Kenapa tau-tau bisa kenal dengan Darmawan. Di mana si Darmawan bisa kenal dengan gembel itu." Matanya terlihat sedang mencari-cari cara, untuk mendapatkan informasi tentang Amira."Diaz mau ke ruang makan dulu ya, Mah. Terdengar tadi ada suara gadis
Baca selengkapnya

Bab 23. Informasi Yang Mengejutkan

Mella belum menyerah, masih terus berusaha mencoba menaklukkan duda kaya dan tampan yang ada di dekatnya itu. "Jika begitu, kita jalan-jalan saja yuk, Bang? Nyari udara segar," ajaknya lagi, sambil terus merajuk dan bermanja-manja. Perempuan yang terlihat tidak tahu malu itu terus saja memaksa dan merajuk terhadap Darmawan. Berharap keinginannya dapat dipenuhi. "Dari tadi, udara di sini sudah segar. Pas ada kamu saja udara jadi terasa panas!" Sentaknya, langsung mematikan dan menutup layar laptop nya. Berdiri dan segera menjauh dari Mella untuk menuju kamarnya. Kehadiran Mella benar-benar membuatnya tidak suka, dan menghancurkan moodnya.Terkejut dan terpana Mella dibuatnya. Dia benar-benar seperti dianggap sampah, yang harus dijauhi dan dihindari. Darmawan benar-benar menjatuhkan dan merendahkan harga dirinya. Seperti perempuan yang tidak di anggap keberadaannya. Dan perempuan angkuh itu terluka hati, karena Darmawan sering sekali mengacuhkannya, tetapi karena cinta yang berbalut a
Baca selengkapnya

Part 24. Jumpa Pertama

Kehadiran Mella, benar-benar membuat rasa tidak nyaman pada diri Darmawan. Dia merasa amat sangat terganggu. Menjauh dan kembali ke kamar adalah cara terbaik untuk menghindari wanita tersebut. Darmawan merasa anak dari rekan bisnisnya ini seperti tidak punya malu dan etika. Andai saja dia tidak dekat dengan Pak Sasmita, ayah dari Mella. Sudah dia usir mentah-mentah perempuan itu.Kembali ke ruang kerjanya, yang menyatu dengan kamar pribadinya, Darmawan berencana ingin melanjutkan pekerjaannya di situ saja. Diletakkan kembali laptopnya di atas meja kerjanya. Baru saja ingin bersiap membuat laporan, matanya malah terpaku pada sebuah pigura photo kecil di sebelah laptop yang dia letakan. Terus saja dipandangi photo tersebut, kesedihan mulai merambati hatinya. Ada rasa luka dan penyesalan di lubuk hatinya yang terdalam."Mengapa tidak kau berikan aku kesempatan untuk melanjutkan hidupku?" batinnya."Mengapa kau tidak mau pergi dari hati, rasa, dan pikiranku. Tidak relakah engkau, jika aku
Baca selengkapnya

Part 25. Bahagia Di Saat Dekat

Bahagia Disaat DekatTernyata, tidak perlu naik ke pohon untuk mengambil buah rambutan di samping rumah Pak Kades. Pohonnya tidak terlalu tinggi, tapi berdaun lebat dengan kulit buahnya sudah banyak yang berwarna merah. Hanya tinggal petik saja, tanpa risiko terjatuh dari atas dahan. Ternyata menyenangkan memetik buah rambutan ini, dan yang lebih menyenangkan lagi, Darmawan memetiknya dengan perempuan yang dia suka. Perempuan desa yang bahkan baru dikenalnya. Suka? Entahlah, hanya saja perasaan bahagia, nyaman, itu terasa saat dekat dengan Khalila yang tidak pernah dia rasakan dengan wanita lain. Mereka asyik memetik buah rambutan sambil saling mencuri pandang, lalu menebar senyuman, di akhiri dengan Khalila yang tersipu malu, hingga menimbulkan semburan merah di wajahnya."Kamu sudah punya kekasih?" Darmawan bertanya tanpa banyak basa-basi. Hatinya merasa yakin, jika rasa cinta di hati itu benar-benar ada. Khalila terkejut mendengar pertanyaan Darmawan, tertunduk sewaktu-waktu, lalu
Baca selengkapnya

Part 26. Hutan Kota

Pernikahan Sederhana baru saja selesai di gelar di rumah Pak Kades. Dipimpin oleh seorang Ustad kampung sebagai penghulunya. Sebuah ikrar ikatan halal sudah terjalin antara Darmawan dan Khalila. Tangis kebahagiaan Khalila saat meminta ijin dengan emak, ibu kandungnya berlangsung haru dan menyedihkan, diiringi oleh Isak tangis kedua ibu dan anak ini."Emak ridho dan ikhlas, jika Khalila harus pergi meninggalkan emak. Jadilah istri yang baik, setia dan berbakti ya, Neng. Surgamu ada dikeridhoan suamimu sekarang," ucap emak, memeluk Khalila erat. Menetes air di pipi tuanya."Iya, Mak. Khalila akan selalu ingat dengan pesan emak." Diciumnya takjim tangan emak. Menangis terisak Khalila."Tolong jaga, si Eneng ya, Jang. (sebutan pemuda dalam bahasa Sunda) perlakukan anak emak, Khalila dengan baik," pesannya kepada Darmawan."Iya, Mak. Darmawan janji, akan memperlakukan Khalila dengan baik, dan tidak akan pernah menyakiti hati dan tubuhnya." Di ciumnya punggung tangan sang ibu mertua, tangan
Baca selengkapnya

Part 27. Sesal Yang Mendalam

Darmawan kembali melanjutkan ceritanya. "Dia bilang, jika kemari, dia serasa ada di kampung halamannya, dekat dengan emak." Mulai terdengar parau suara Darmawan. Kembali dia mengusap kedua matanya."Saat itu, aku mendapatkan peluang pekerjaan dari Perusahaan luar yang terkenal. Suatu kebanggaan bagi para mahasiswa di kampus kami apabila dapat bekerja di perusahaan bonafit tersebut, dan aku tidak mau menyia-nyiakan peluang." Darmawan mulai berdiri, tatapannya terlihat kosong."Kontrak kerja dua tahun di tengah laut samudera, tidak bisa menghubungi dan dihubungi siapapun dari dunia luar. Walaupun Khalila berat sekali menerima keputusanku, karena harus berpisah selama itu. Khalila hanya menurut saja, walaupun menangis saat kutinggalkan. Pikiranku hanya ingin membuat kehidupan masa depan kami akan menjadi lebih baik." Kembali terdiam Darmawan. Mengambil rokok, membakarnya dan mengisapnya perlahan."Saat aku pulang kembali selesai kontrak kerja, ternyata Khalila sudah lebih dulu berpulang
Baca selengkapnya

Part 28. Target Utama

Guru Yang Cantik"Hanum Humayroh." Sembari tersenyum, guru les Amira memperkenalkan namanya. Menangkupkan tangan di dada saat Darmawan ingin mengajaknya bersalaman. Sebuah penolakan bersentuhan dengan cara halus dengan yang bukan mahram.Gadis berhijab, yang terlihat lembut dengan wajah cantik dan berkulit bersih ini lantas mendekati Amira dan duduk di sampingnya, berhadap-hadapan dengan posisi duduk Darmawan.Ponakan dari Bik Sumi ini lantas merangkul dan mengusap lembut pipi Amira, sepertinya Bi Sumi sudah menceritakan tentang kehidupan dan asal usul Amira."Kamu kuat dan hebat sayang, kakak senang dan bangga bisa mengenal kamu." Meremang mata Hanum, dikecupnya lembut kening Amira. Amira pun memeluk wanita cantik dan terpelajar itu, berkata dalam diam di hatinya."Tuhan telah mempertemukan aku dengan orang yang baik hati lagi.""Mbak Hanum, terima kasih telah bersedia untuk mengajarkan Amira, sampai jauh-jauh datang ke rumah ini," ucap Darmawan, memulai pembicaraan."Saya yang harus
Baca selengkapnya

Part 29. Guru Yang Cantik

Amira tidak menyia-nyiakan kehadiran pertama Hanum di rumah ini. Di kamarnya, yang sekarang menjadi kamar mereka berdua. Amira sudah meminta untuk dimulai pengajaran. Sepertinya, ia memang benar-benar ingin bersekolah. Tidak terlalu sulit sebenarnya untuk mengajarkan Amira. Selain memang gadis itu sudah bisa membaca, menulis dan berhitung, sebagaimana yang pernah diajarkan Tante Banci kepadanya juga kepada penghuni yang lain. Tante Yusnia, atau Tante Banci sebenarnya orang yang baik kepada anak-anak dalam bersikap. Tidak pernah marah ataupun memaki-maki. Utang budinya kepada Mami Merry yang membuatnya tidak berani berbuat apa-apa. Hanya saja, si tante tidak pernah bercerita tentang hutang budi seperti apa yang dimaksud olehnya. "Biarlah itu menjadi rahasia Tante," ujarnya, waktu itu.Suara Adzan Juhur yang terdengar dari gawai Hanum, seketika menghentikan proses pengajaran hari ini, Hanum segera bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Selesai itu langsung dikeluarkan mukena dari dalam
Baca selengkapnya

Part 30. Rencana Jahat

"Letakkan di atas meja itu, Ndah," ucap Bik Sumi. Tangan si bibik menunjuk ke arah meja yang dimaksud."Iya, Bik," jawab Indah, segera diletakkannya, dan kembali keluar kamar, tersenyum dan mengangguk sebentar, saat Hanum dan Amira mengucapkan terima kasih."Makan siang dulu yuk, Hanum, Non Amira," ajak Bik Sumi."Terima kasih ya, Bik. Maaf, jika Hanum jadi merepotkan, bibik.""Merepotkan apa sih,Num. Lagi pula juga, Indah yang bawa kan," ucap Bik Sumi, lalu mendekati Hanum dan Amira, yang mulai menikmati makanan yang Indah bawakan."Bik. Boleh Amira menanyakan sesuatu sama bibik?" tanya Amira, selesai makan."Boleh, Non. Non Amira mau nanya tentang apa?" "Apa benar Bik, jika wajahku mirip dengan almarhumah istri Om Darmawan?" tanya Amira pelan. Terdiam Bik Sumi mendengar pertanyaan Amira."Non Amira pernah melihat photo almarhumah?" Bik Sumi balik bertanya. Sementara Hanum hanya diam mendengarkan.Amira tidak menjawab, hanya menggeleng saja , menandakan jika dia belum pernah meliha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status