Home / Pernikahan / Pembalasan Pengkhiatan Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pembalasan Pengkhiatan Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

Makan Malam

Sengaja aku belikan vas bunga yang mahal tapi ini hanya bagian dari rencanaku. Tak sudilah aku memberikan barang mahal untuk keluarga benalu. Aku tahu ibu pasti terpukau dengan harga vas bunga guci yang aku beli, karena baginya uang dua ratus ribu amatlah banyak. ***Sebelum acara di mulai, sore ini aku akan ke restoran terlebih dahulu untuk memastikan semua rencana yang ku susun dengan Lila sudah sesuasi. Sebelum berangkat aku berpesan pada ibu untuk mengajak bi Inah, karena aku butuh dia nantinya untuk menjaga Putra. Bagaimanapun aku tak ingin menyakiti bayi yang tak berdosa itu. #Sesampainya di restoran aku tidak melihat mobil mas Arya. Mencoba melihat rumah di seberang jalan pun tidak ada. "Pak Arya mana? " tanyaku pada Lila. "Sudah pergi Mbak dari tadi siang. "Sudah ku duga, pasti dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabiskan waktu bersama Risa. Lagi, aku dipaksa bersabar untuk menerima kenyataan dengan pengkhianatan suamiku. Ku biarkan mereka bersenang-senang di be
Read more

Bermain Lagi

Silakan makan sepuas kalian, setelah ini akan ada pertempuran panjang. Bersiaplah.[Segera mulai] pesan singkat ku kirimkan pada Lila. [Baik mbak] balasnya. Lila keluar dari kamar Putra dan berjalan kearah pintu keluar. "Wwaaaaa ... !!!" teriak Lila seraya berlari menghampiri kami yang hampir selesai makan. "Ada apa Lila? " tanyaku berdiri dari kursi makan. "I-itu Mbak ... itu ...," menunjuk ke arah pintu depan. Mas Arya berdiri dari kursinya mencoba melihat ke arah pintu kelaur, "Apa sih? ngomong yang jelas dong, " ucap mas Arya. Meeoowwng ... !!! Tiba-tiba muncul kucing berwarna hitam pekat dengan tatapan mata yang tajam melopat di atas meja makan. Kami berhamburan dan mas Arya hingga berlari karena kaget."Hus...!! hus...!! " ucap kami serentak mencoba mengusirnya. Aku terhenyak ketika masih ada Tiara bersama kami. "Cepat bawa Tiara bersama bi Inah, " ucapku pada Lila. Kucing hitam itu malah memutari meja makan dan berhenti di piringnya Neli yang terdapat bekas ikan. "Hu
Read more

Akhir dari permainan

Praanng ... !! Praang ... !!Mendengar suara seperti benda jatuh berulang kali aku memberanikan diri untuk keluar dari kamar Putra. Aku berjalan pelan menuju ruang tamu dan mengintip apa yang terjadi dari balik gorden yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang tengah. Ternyata Bejo sedang memecahkan barang-barang yang ada di lemari hias milik Risa.'Bagus Bejo, lanjutkan! hancurkan rumah pelakor ini, ' batinku."Aaaa ... !! hentikan! usir dia Mas! usir! " teriak Delapan seraya mendorong suaminya."Dia bau Del, kamu aja, " balas Doni kembali ke posisi semula.Aku tersenyum penuh kemenangan. "Orang gilanya mana Lis?" tanya Ibu menepuk pundakku."Ekh, Ibu ngagetin aja, itu tuh lagi mecahin barang-barang punya Risa tuh, " balasku menunjuk kearah sudut ruangan.Ternyata ibu, Neli dan Risa sudah berhasil berdiri dari tumpahan minyak goreng di dapur.Praang!!Kembali Bejo memecahkan dan mengobrak-abrik barang-barang milik Risa. Aku semakin merasa senang dan menang melihat akting Bejo yang
Read more

Kepindahan Risa

Pagi ini seperti biasanya, mas Arya bersiap untuk ke restoran, sementara aku mengurus minimarket. Tapi untuk hari ini aku tak langsung ke minimarket, karena acara tadi malam membuat sekujur badanku rasanya pegal-pegal semua. Tok ... !! tok ... !! tok ... !! "Assalamualaikum ... !! "Terdengar suara ketukan pintu dari orang yang tak asing bagiku, Dela, dia datang sepagi ini disaat kami tengah sarapan. Belum sempat aku menyuruh bi Inah untuk membukakan pintu, Dela sudah masuk menghampiri kami di ruang makan. "Wah, lagi pada sarapan ya? "Tanpa dipersilakan, Dela ikut duduk bersama kami dan mengambil nasi beserta lauk pauknya. Adik ipar mas Arya yang satu ini memang kadang memprihatinkan, tapi kadang juga mengesalkan dengan tingkahnya. "Ada apa Del? " tanya mas Arya setelah memasukkan satu suapan di mulutnya. "Sementara Risa tinggal di sini dulu ya Mas, rumahnya mau di re-resovasi, ekh, reponisasi gitu katanya. Lagian katanya masih takut kalau nantinya orang gila dan kucing hitam t
Read more

Kedatangan Risa

Tadinya mas Arya yang sudah siap untuk ke restoran memutuskan untuk libur di rumah. Sudah pasti karena mas Arya menunggu kedatangan Risa."Assalamualaikum Bu Tini, " ucap Risa sesampainya di rumahku. "Waalaikumussalam, " balas ibu. "Terimakasih ya Mbak sudah mau memberi tumpangan, " ucap Risa kearahku. "Nggak papa Ris, anggap saja keluarga sendiri, " ucap Ibu. 'Memang dia sudah jadi keluargamu sendiri, ' batinku. Risa yang mengendong bayinya mengikuti langkah kami memasuki rumah. Begitu juga Doni yang membantu membawakannya. Sebenarnya aku penasaran, seberapa dekat Risa dan Doni, sampai-sampai Dela tidak merasa cemburu jika Doni bersama Risa. Tapi, aku mencoba membuang jauh rasa penasaranku itu, karena bagiku hubungan mereka bukan urusanku. Aku menunjukkan kamar tamu yang sebelumnya sudah di bersihkan bi Inah. Kamarnya bersebelahan dengan kamar ibu. Tetapi lumayan jauh jika harus ke kamarku, karena melewati ruang tengah. Aku mempersilakan Risa untuk beristirahat, sekalian meni
Read more

Pisah Ranjang

Waktu berlalu, tak terasa sudah pukul sebelas malam. Aku sengaja untuk tidak tidur cepat, karena aku ingin beraksi malam ini. Aku keluar kamar, menuju ruang tamu tapi tak kudapati mas Arya tidur di sofa. Seperti dugaanku, pasti dia tidur di kamar Risa. Saat aku akan menuju kamar Risa, tiba-tiba mas Arya keluar dari kamar ibu. "Lis? ngapain? " tanya mas Arya. Aku tersenyum lebar. "A-aku mau ke ... dapur! ya dapur! ""Dapur kan di sana, " menunjuk arah dapur yang lebih dekat dengan kamar ibu. Huuuah. Aku pura-pura menguap. "Gara-gara masih ngantuk Mas, jadi nyasar deh, " meninggalkan mas Arya. Gara-gara ketahuan mas Arya, aku jadi harus ke depur beneran. Tapi kenapa mas Arya keluar dari kamar ibu? Apa dugaanku salah? Saat mas Arya tak kutemui lagi, aku menuju kotak obat yang berada di dekat dapur. Ku ambil obat tidur milik ibu mertuaku. Ya, Ibu mertuaku sering mengonsumsi obat tidur, katanya biar lebih nyenyak tidurnya. Padahal itu hanya alasannya saja agar terlambat bangun dan t
Read more

Cek seratus juta

"Loh, mana sarapannya? " tanya ibu mertuaku menghampiriku di meja makan. "Ini, " balasku seraya menunjuk beberapa roti tawar dan beberapa macam selai di atas meja. "Ibu mana kenyang beginian? ""Lah, kan sudah kesepakatan selama Risa tinggal di sini, ibu, Neli, dan Risa yang menggantikan tugas bi Inah, jadi terserah siapa yang jatah masak. "Ibu pergi meninggalkanku, berjalan menuju kamar Neli. Tak lama setelah itu, ibu kembali ke meja makan. Aku tahu, ibu pasti tidak menemukan Neli, karena Neli sudah pergi pagi-pagi tadi, aku tahu pun dari bi Inah. Ibu duduk di depan meja makan, hanya memandangi beberapa roti tawar dihadapannya dengan wajah cemberut. Ibu memang tak biasa sarapan dengan roti tawar, karena baginya selain tak enak juga tak bikin kenyang. Aku menyelesaikan sarapanku, dan terlihat Risa keluar dari kamarnya berjalan menuju meja makan. Dengan baju tidur kimino pendek yang memperlihatkan pahanya. 'Begini tampilan maduku kalau bangun tidur, ' batinku. "Kamu nggak ada ba
Read more

Rumah Desa

#BDPSPart 15 Rumah DesaSetelah sampai di rumah orang tuaku, aku menceritakan semuanya tentang perbuatan mas Arya dan keluarganya. Orang tuaku kaget mendengar ceritaku, karena selama ini mereka selalu mengira rumah tanggaku baik-baik saja, terlebih ibu mertuaku yang tak pernah memarahiku sama sekali. Aku pun mengatakan tujuanku perihal kedatanganku dan menanyai tentang pak Rudi, teman baik mereka."Papah akan bantu, orang macam mereka harus di beri pelajaran, " ucap papa. "Kalau perlu, singkirkan sekalian dari muka bumi ini, " sahut mamaku. "Terimakasih ya Pa, Ma, kalian sudah mau membantuku, " balasku. Mereka tersenyum melihatku. Papa pun langsung menelpon pak Rudi memberitahukan perihal maksudku untuk menemuinya. "Baik pak, terimakasih, " ucap papa menutup teleponnya. Beberapa hari yang lalu, aku mendengar kabar dari Erna karyawanku di minimarket, bahwa pak Rudi sedang mencari tanah untuk dibangunnya sebuah toko kelontong. Dan, inilah alasannya kenapa aku mencari pak Rudi. Ak
Read more

Keluarga Hartawan

Pertemuanku dengan Bejo pun selesai. Bejo masih ku beri tugas untuk terus mengawasi dan mencari info tentang bu Karsiyem. Terlebih, jika ini ada hubungannya dengan keluarga mas Arya. #Singkat cerita, aku mendapatkan kabar dari papa bahwa pak Rudi menyetujui kerjasama yang aku tawarkan perihal jual beli tanah tersebut. Dengan modal teman baik diantara orang tuaku dan pak Rudi, inilah yang menjadi alasan kenapa pak Rudi menerima tawaranku tanpa basa-basi, tanpa perhitungan, dan memberikan kepercayaan penuh padaku. Dengan ini, aku bisa melancarakan pembelian tanah Risa tanpa harus mengeluarkan uang. #Aku melaju kearah restoran, sengaja ingin memberitahukan kepada mas Arya bahwa aku siap membeli tanahnya Risa. Saat ini akan ku beri dia angin surga, namun pada akhirnya dia akan mengetahui bahwa tak akan ada restoran baru untuknya dan keluarganya. "Risa mana Mas? " tanyaku sesaat sampai di restoran. "Mana ku tahu, kenapa? ""Surat tanahnya sudah belum? keburu aku berubah pikiran nih.
Read more

Seperti Artis

[Anak ibu di kota, sudah menikah, namanya ... ]Belum sempat aku selesai mendengarkannya, ponselku tiba-tiba mati, ternyata aku kehabisan baterai. Huh. Aku bergegas mengambil charger ponselku yang terletak di laci meja dekat tempat tidurku. Aku harus menunggu beberapa saat, agar bateri di ponselku benar-benar terisi. Mulai ku hidupkan ponselku dan cepat-cepat aku membuka aplikasi berwarna hijau. Begitu banyak pesan masuk, padahal baru beberapa menit ponselku mati, dan karena ini membuat chat dari Bejo tenggelam. Aku panik, rasanya begitu tak sabar ingin mendengarkan kelanjutan voice note dari Bejo. Aku menarik nafas panjang, mencoba menenangkan diriku, lalu pelan-pelan aku mencari chat Bejo dan membukanya. [Anak ibu di kota, sudah menikah, namanya Risa. Dan laki-laki yang datang kemarin adalah suaminya, suami sahnya.]'Suami sah? ' batinku. "Lisa? " Terdengar mas Arya memanggilku dari luar. Aku berdiri, lalu membuka setengah pintu. "Ada apa Mas? ""Sini dulu, ibu mau bicara, "
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status