Beranda / Pernikahan / ISTRIKU MEMBEKU / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab ISTRIKU MEMBEKU: Bab 101 - Bab 110

114 Bab

TERSIKSA

RESTIUntunglah ada Rafael. Aku bisa menyandarkan hidup padanya. Bagaimanapun yang kumiliki cuma dia. Harus dituruti agar tak dibuang di tengah jalan.Di sebuah mini market, Rafael menghentikan motor. Ia mengajakku belanja untuk perbekalan kami.Yang dibeli hanya makanan, minuman, alat mandi, mencuci, pakaian dalam, handuk dan pembalut untukku. Dia bertanya tentang pakaian ganti. Kubilang ada empat pasang, sisanya di mobil. Aku jadi berpikir Jangan-jangan kami akan masuk hutan. Sungguh ini mengerikan sekali. Hidup di hutan dengan segala kesengsaraannya.Tapi, aku tak berani bertanya sebab tampang Rafael sangat garang saat ini. Sama sekali tak terlihat aura kelembutan.Setelah tak muat lagi bawaan, kami kembali melanjutkan perjalanan. Apa yang kupikirkan benar, Rafael membawaku ke daerah pelosok. Makin jauh, makin sepi jalanannya.Ini benar-benar menakutkan. Aku yang biasa hidup nyaman harus bisa bertahan dengan lingkungan mengerikan. Tak ada kenormalan kehidupan entah untuk berapa la
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-11
Baca selengkapnya

AKHIR KAMI

RESTIAku tak merespon lagi ucapan Rafael meski kesal. Yang diucapkannya benar, harus memprioritaskan nyawa dari sekedar kenyamanan hidup.Entah sampai kapan kami akan begini. Hidup dalam pelarian. Pastilah jalan penderitaan sudah membentang.Ah, andai mencukupkan diri dengan kehidupan nyaman yang mas Bima berikan. Tentu penderitaan ini takkan kurasakan. Tapi, semua sudah terlambat. Menyesal pun tak berguna."Mau pergi atau kutinggal di sini?"Aku buru-buru naik ke atas motor. Berikutnya kami kembali melanjutkan perjalanan.Sekarang, aku sudah tak mau bertanya lagi mau ke mana Rafael pergi. Ikuti saja yang penting tetap bersamanya.Kami berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kata Rafael kami akan sampai di pemukiman warga jika bertemu dengan ujung perjalanan ini. Semoga saja bensinnya cukup hingga tak perlu jalan kaki.Bekal pun sudah menipis. Tinggal satu botol minuman dan dua bungkus roti. Sementara kata Rafael perjalanan masih jauh.Pada akhirnya bekal habis, kami pun
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-11
Baca selengkapnya

NASIB ANTIN

RAKAKami akan bertemu ayah Antin di kantornya. Dengan bergaya pengusaha kelas atas kami berjalan penuh percaya diri Dikira orang pasti akan bicara soal bisnis atau lobi-lobi tender.Jujur, aku ingin tertawa lepas melihat dandanan kami bertiga. Jenggot dan kumis tebal, serta rambut model mafia ganteng membuat tampak kewaibawaan.Reiga yang berwajah paling imut pun jadi lebih dewasa. Andra apalagi makin tua terlihatnya."Apa aku sudah cocok jadi mafia narkoba," seloroh Andra pada kami. Aku tak bisa nahan tawa saat berada di lift. Kehadiran kami sempat mengundang perhatian para staf perusahaan. Bahkan, kulihat ada beberapa pegawai wanita yang ternganga. Biasalah kalau ada lelaki gagah, bertampang pengusaha akan selalu jadi incaran kaum hawa. Kami diterima langsung oleh ayah Antin, tuan Mahendra Prakasa. Pria perlente seusia papa ini menyambut dengan hangat.Setelah basa-basi sebentar, kami masuk inti persoalan. Reiga memperkenalkan kami satu per-satu. Lepas itu membuka laptop dan memp
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya

PENJARA MENANTI

RAKA‌‌Ponsel selalu kunyalakan kecuali saat meeting. Senantiasa pikiran tertuju pada kasus ini. Seperti jadi hal paling utama dalam hidup.Di rumah pun sama, bahkan aku pun meminta istri untuk memantau grup kami. Semua info tak boleh ada yang terlambat diketahui.Aku menceritakan pada papa soal Resti berserta bukti-bukti. Aku berani bicara sebab beliau telah terlihat kuat. Fisiknya saja yang masih belum bisa melakukan pergerakan cepat, tapi pikiran dan mental normal.Sudah kuduga reaksi papa akan syok. Ia tak pernah menyangka istri yang sangat dibela nyatanya ular berbisa. Aku coba menenangkan agar tak berlanjut pada ketegangan syaraf."Bahkan dia meracuniku? Apa salahku padanya. Seluruh keinginannya kupenuhi, tapi mengapa?"Kubiarkan papa meluahkan emosi. Bahkan, ketika ia menangis tak kucegah. Wajar papa sedih sebab memang cintanya pada Resti bukan isapan jempol belaka.Wanita itu memang durjana. Ia memanfaatkan kebaikan papa. Untunglah aku tak langsung percaya dengan sikap manisn
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-13
Baca selengkapnya

NASIBKU KINI

RESTIRafael menyerah ketika para laki-laki itu mengepung di sekeliling tempat kami berdiri. Sebelum masuk mobil orang-orang itu menggeledah seluruh tubuhku dan Rafael, juga barang bawaannya.Aku hanya bisa pasrah saat mobil yang kini ditumpangi melesat membelah jalanan. Sudah terbayang ke mana akhir dari perjalanan ini. Rasanya tak ada celah untuk melarikan diri..Jika tahu inilah akhir perbuatan buruk, aku takkan pernah memulai pengkhianatan. Bukan kejayaan yang didapat, malah mendapat kehinaan. Tapi, sesal sudah tak berguna. Kini, hanya tinggal tunggu balasan.Mereka membawa kami ke kantor polisi. Dengan seluruh tuduhan dan bukti yang ada, aku dan Rafael resmi ditahan.Di sini, di ruang sempit, berdebu dan terasing aku berada. Kesenangan yang kunikmati beberapa bulan ke belakang menjadi sirna.Yang ada aku akan hidup dengan manusia sampah, menjijikkan. Entah bagaimana aku menjalani semua ini.*Rangkaian sidang kujalani. Tak ada kemampuan untuk melawan apalagi menyangkal semua tudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-14
Baca selengkapnya

TAK PADAM

RESTIJujur, aku muak dengan rengekan pria tua ini. Harusnya aku tak bersedia menemuinya agar tak harus mendengar kebaperan lelaki tak berguna ini."Sudahlah, Mas. Kalau mau menceraikan, ceraikan saja. Dan, ingat jangan pernah menemuiku lagi. Aku muak!"Aku tak peduli dengan penderitaannya akibat dikhianati. Salah sendiri dia tua dan lemah. Wajarlah aku cari kesenangan lain sebab tak pernah dipuaskan."Apa kamu tak merasa bersalah sedikit pun, Resti? Sebusuk itukah hatimu?""Kalau tak ada yang ingin di katakan lagi aku mau pergi. Dengar, aku bosan mendengar celotehanmu, jadi aku beri kesempatan terakhir mau bicara apa lagi?"Mas Bima menghela napas berat, kemudian memandangku tajam. Lalu terucap dari mulutnya ucapan cerai, maka resmi sudah aku jadi janda untuk kedua kalinya.Tak masalah karena itu lebih baik. Untuk apa juga masih berstatus istrinya tapi tidak akan lagi diterima. Yang ada hanya akan menerima hinaan kalaupun keluar dari penjara dan kembali ke rumah itu. Lebih baik nanti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-15
Baca selengkapnya

HARUSNYA

ANDRA"Jagoan, Papa kangen!"Aku menggendong Affan yang seminggu ini tak bertemu. Rasanya seperti setahun saking rindu.Kebersamaan dengan ratu, pangeran dan putriku serupa candu. Canda tawa Armila, Affan dan Kanaya menjadi mood booster bagi kehidupan Umur Affan sekarang tujuh tahun, sudah masuk sekolah dasar. Adiknya baru dua tahun. Kami memang sepakat untuk memberinya adik di usia lima tahun. Dan alhamdulillah dikabulkan.Reiga pun demikian, seperti kompetisi. Mereka juga telah punya dua. Putri juga adik Devan itu. Namanya Kayyisa.Hidup kami enam tahun ini diliputi ketenangan. Hanya ada riak-riak kecil kalaupun konflik suami istri. Lepas itu kembali damai dengan kualitas hubungan makin rekat."Hmm, sama mama gak kangen, kah?"Armila, wanita sumber ketenangan hidup muncul dari balik pintu. Aku langsung menghampiri dan memasukkan tubuhnya dalam pelukan. Untunglah Affan dan Kanaya sudah lepas dari gendongan. Sekarang sedang sibuk dengan oleh-oleh. "Aku sekarat merinduimu," bisikku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-16
Baca selengkapnya

MEREKA KEMBALI

ANDRAUntunglah cepat sadar bahwa di sini sedang bersama dua jagoan. Langsung saja tinggalkan dulu mainan untuk dua putri.Mereka tak ada di tempat mencari mainan awal. Langsung kukitari seluruh sudut toko ini."Mba, lihat anak saya. Dua anak kecil, umur tujuh tahunan. Pakai baju baju kotak-kotak biru!""Oh, tadi lagi di tempat robot! Di sebelah kiri, Pak!"Setelah mengucapkan terima kasih, aku menuju tempat yang ditunjuk. Tak ada ternyata!Aku panik! Bayangan buruk mulai masuk ke otak. Dan itu sukses mengguncang perasaan. Jantung ini mulai bertabuhan kencang."Affan, Devan, kalian di mana?"Aku minta pada penjaga toko untuk bantu mencarikan anak-anak. Mereka bersedia dan mulai berpencarKupanggil berulang dua nama itu. Rasanya benar-benar seperti sedang olahraga jantung. Aku pun tak absen merutuki kecerobohan diri.Di dekat foodcourt aku melihat Devan dan Affan sedang bicara dengan seorang wanita. Dari gayanya aku yakin dia adalah mantan narapidana itu. Meski memyamar, mata tak bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-17
Baca selengkapnya

WADPADA

ARMILAAku histeris mendengar mas Andra dan anak-anak kecelakaan. Kanaya yang ada di pangkuan jadi terbawa ibunya. Ia pun menjerit dan menangis.Untung bi Enah cepat tanggap. Wanita paruh baya ini mengambil Kanaya dan berusaha menenangkannya."Ibu jangan panik, ayo siap-siap ke rumah sakit!"Kata-kata bi Enah membuatku sadar bahwa harus segera pergi ke rumah sakit. Tak perlu dandan lama. Cukup baju sopan, tas, dompet plus HP.Aku pergi bersama Irna yang sama syoknya sebab Devan pun ikut dalam kendaraan itu. Di mobil, kami hanya bisa menangis sambil berpelukan. Ketakutan benar-benar mencengkram jiwa.Mobil yang dikemudikan mang Dadang terasa lambat. Padahal katanya sudah ngebut. Mungkin ini karena perasaan tak sabar ingin segera sampai."Mang, cepetan, Mang!""Gak bisa lagi, Bu, Nanti ditilang polisi!"Terpaksa aku dan Irna harus menambah stok sabar. Untunglah Reiga sudah ada di sana. Jadi kami percayakan dulu padanya.Akhirnya kami sampai di rumah sakit tempat mas Andra dan anak-anak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-19
Baca selengkapnya

HAJAR

ARMILAMendengar itu aku langsung menengok ke belakang. Ternyata benar ada mobil yng mencurigakan.Mobil itu ikut ngebut saat mang Dadang ngebut. Lambat kalau kami melambat. Bahkan ikut berhenti kala berhenti.Irna langsung menghubungi suaminya dan suami bu Erni untuk mengantisipasi kemungkinan buruk. Aku tak mungkin menelpon mas Andra sebab bisa syok berat.Kubilang pada Irna agar Reiga minta bantuan pada orang lain. Aku takut ada sesuatu yang buruk menimpa kami.Karena takut kecelakaan seperti mas Andra, mang Dadang menghentikan mobil. Katanya mereka berusaha menghancurkan konsentrasi hingga nanti gagal fokus dan celaka di jalan.Kami menunggu apa yang akan dilakukan pengemudinya. Kami bertiga sudah siap dengan segala kemungkinan."Semprotannya siapin, kalau emang orang jahat nanti kita kasih cairan ini."Ini adalah cairan berisi merica dan cabe. Lumayan perih kalau disemprotkan pada mata. Mang Dadang juga sudah siap dengan pentungan kayu yang memang dipersiapkan dari rumah.Syukurl
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status