Hiks, hiks, hiks “Sulis, sudah, sudah, kau jangan menangis! Sejak kapan preman menangis?”Ali memeluk Sulis sembari mengusap-usap punggungnya dengan lembut. Berharap tangisan Sulis akan mereda setelah dihibur olehnya.“Kau tidak akan merasakan apa yang aku rasakan, Ali!” imbuh Sulis mendongak menatap Ali dengan tatapan kesal. Kemudian, reflek, ke dua tangannya mengepal dan memukul-mukul dada bidang Ali.“Ough, ough, sakit, S-Sayang!”Ali mencengkram ke dua pergelangan tangan Sulis dan tawa lolos dari bibirnya. “Kenapa kau menertawaiku?” protes Sulis tak terima dengan sikap kekasihnya yang seakan mengejeknya dan mencemooh dirinya.“Sulis, dengarkan aku sekali saja!” bujuk Ali dengan sabar. Ia memandang lurus Sulis dengan serius. “Dengar, tidak ada yang mengejekmu! Tidak ada! Baik Mama dan Papa sama sekali tidak mempermasalahkanmu karena tak bisa masak.”Kini Ali memegangi ke dua lengannya dengan lembut. Ia tak ingin kekasihnya bersedih hati. Ali yang dingin di luar namun hangat di d
Last Updated : 2024-08-31 Read more