Home / Romansa / DENDAM BERKALANG NODA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of DENDAM BERKALANG NODA: Chapter 31 - Chapter 40

53 Chapters

Bab 31. Bersitegang

"Ku mohon Laura, berhentilah! Ini Aku om Bian! berbicaralah denganku!" Bian melepaskan kacamatanya dan berlari mengejar langkah dua orang yang akan segera berlalu itu. Mendengar suara yang tidak asing itu, Laura tersentak, membelalakkan sepasang bola matanya yang hitam, dengan reflek wanita itu langsung sigap memutuskan langkah kaki, tubuhnya terlihat sedikit gemetaran, ada rasa khawatir dan bimbang terpancar dari tatapannya. "Ada apa Laura?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Tristan meski dia tahu benar penyebab Laura menghentikan langkahnya. "Ayo..." Tristan menggenggam jemari Laura, berpura-pura tak mendengar apapun meski teriakan Bian sangat jelas menantang telinganya. Laura seperti tersadar segera mengikuti langkah Tristan meski dengan sedikit menyeret kakinya. "Laura!" Bian yang mendekati dengan setengah berlari itu menarik lengan Laura dengan sedikit tak sabar. "Heiii!" Tristan menarik Laura ke belakang punggungnya, sekarang dua lelaki itu berhadapan. "Kenapa anda kura
Read more

Bab 32. Menerima Kenyataan

"Jangan bertanya hal omong kosong!" Balas Tristan, dia melihat sekelebat sakit hati dan kesedihan di wajah laura yang kini di rangkulnya, tubuh perempuan ini gemetar. "Laura, katakan padanya...!" Bian berucap dengan emosi, pandangan begitu tajam seakan ingin mengoyak-ngoyak Laura. Perempauan itu memalingkan wajah, dia memandang wajah Tristan yang membeku dengan rahang menegeras, dia sama sekali tak melepaskan pandangannya dari Bian. "Aku tahu siapa dirimu, tuan..." Kalimat itu di ucapkan Tristan dalam nada rendah di sertai geram. Laura terpana seperti halnya Bian yang tercengang di depannya dalam jarak tak kurang dari tiga meter itu. Reaksi terkejut yang sama. "Aku tahu benar siap dirimu, tak perlu kamu mengumbarnya di depanku dengan maksud merendahkan istriku. Aku tahu anda adalah lelaki bajingan yang tak punya perasaan, orang munafik dan tak tahu diri. Tak ada orang yang sepengecut anda jika kita mencari pengakuan." Kalimat itu di ucapkan Tristan dengan dingin. "Jika anda be
Read more

Bab 33. Tahu Dari Awal

Bian yang melihat Laura begitu patuh dengan perintah Tristan tak bisa berbuat apa-apa. Pandangan gadis itu jauh berbeda sekarang. Tetapi hal itu malah membuatnya semakin penasaran. Sangat tidak enak ketika dia tahu dirinya di abaikan. Pandangan Bian terlihat dingin penuh amarah dan kecewa yang mendalam menatap langkah kaki dua orang yang kini semakin menjauh itu dan sesaat kemudian menhilang dalam kerumunan orang. "Laura..." Mata Bian berkaca, segera di pasangnya kacamata Raybennya, dia berusaha menghindari pandangan orang-orang yang terlihat begitu aneh menatap pada dirinya. Sedikit banyak mungkin perdebatan mereka tadi di dengar beberapa orang yang kebetulan duduk di pinggiran taman itu. Bian yang melihat Laura tidak memperdulikan dirinya, membuat pria itu semakin kesal, dia hanya diam menahan rasa sesal dalam diri. *** Laura terdiam dengan dingin, dia terus menundukkan pandangan wajahnya, Dia sedang menyembunyikan r
Read more

Bab 34. Memaknai Cinta

"Lalu apa yang di lakukan kak Tris selama ini? kak Tris sedang mempermainkan aku?" Laura tak bisa menyembunyikan rasa malu sekaligus berbagai rasa yang mencuat karena perbuatannya itu di depan Tristan. Selama ini dia bungkam dan Tristan tak pernah bertanya apapun serta bersikap tak mau tahu ternyata karena dia tahu segalanya!"Kak Tris tahu segalanya dari awal, aka Tris tahu aku hamil anak siapa bahkan Kak Tris terlihat cukup tahu lelaki yang menghamiliku. Sedikitpun kak Tris tak pernah membicarakan ini denganku. Apakah Kak Tris menertawaiku di belakang, mengejek kebodohanku dan berpura-pura menjadi suamiku untuk membuatku semakin malu?" Pertanyaan itu tersembur seperti petasan rentet, di ucapkan Laura dengan wajah merah merona. "Aku tidak sedang mempermainkanmu, Laura!" Tristan sedikit panik dengan ekspresi Laura yang terlihat merasa dipermainkan olehnya. Aku hanya tak ingin mengungkit hal yang menyakitkan untuk di bicarakan. Kamu masih begitu muda, menanggung hal seberat ini sendi
Read more

Bab 35. Menghabiskan Waktu

Laura dalam sekejap langsung tersadar begitu saja, saat melihat ekspresi yang Tristan tunjukkan dengan aura mematikan, "Oh tidak. Maksudku kau seperti Singa yang memiliki sayap, hehe...." Laura terkekeh kaku saat dia bicara dengan gugup dihadapan Tristan. Laura tak bisa berbohong, dirinya menjadi salah tingkah sendiri, obrolan mereka yang semula serius itu mendadak menjadi canggung. Tristan terlihat masih sangat tidak puas mendengar perkataan manis dari Laura, atmosfer pria itu turun dan menjadi sangat dingin meski jelas di buat-buat, "eh salah! Seperti Naga? Atau Phoenix? Hehe, ya jelas! Kau seperti reinkarnasi dari Naga emas atau Burung Phoenix." Laura berbicara dengan cukup terburu-buru, dia kebingungan harus bagaimana mencari alasan yang bagus untuk mengalihkan perhatian Tristan. "Hais, sudahlah, aku mengerti maksud dari ucapanmu, Laura. Terserah kau ingin menganggap aku ini apa, yang jelas aku ini masih manusia, bukan binatang," timpal Tristan yang segera mengusap rambut hitam
Read more

Bab 36. CEO Yang Dingin

Bian seorang Ceo ternama dari perusahaan Liz ni, bergerak dalam bidang teknologi yang banyak mensponsori lebel iklan ternama. Bian seorang pria yang sangat mendominasi dia yang masih berusia 36 tahun itu terlihat sangat hebat dalam memajukan perusahaan.Di kota z siapa yang tidak mengetahui Ceo besar yang memiliki seorang istri dan dua orang putri yang lucu. Dia adalah laki-laki yang dingin dan nyaris tanpa senyum pada semua orang. Jelas orang menganggap dia mati rasa pada siapaun kecuali pada istri cantiknya yang berbody goal pada usia 30 tahun itu meski telah mempunyai anak itu.Bian penerus dua perusahaan yang menggabungkannya menjadi besar, perusahaan warisan almarhum orangtuanya dengan warisan dari keluarga istrinya, dia adalah orang yang perpectionis bahkan dalam hal mensurvey dan membuka cabang baru di kota lain, dia rela turun tamngan sendiri merintisnya meski mungkin hanya menyewa hotel biasa atau wisma untuk tempat tinggal tetapi dia akan puas ketika hasilnya sebanding saat
Read more

BAB 37. Marah Karena Cemburu

Bian masih terdiam, kalimat yang di ucapkan asistennya ini hanya lewat saja di telinganya, yang melintas di kepalanya adalah bagaimana Laura bersikap tak acuh kepada dirinya, masih terasa sakit dan marah dalam hatinya, "kau pikir aku akan rela melepaskan dirimu! Selamanya kau adalah milikku, Laura! Kau yang pertama jatuh cinta padaku, mati pun aku tak rela kau mencintai orang lain!" "Kenapa kamu menatapku begitu?!" Bentak Bian dengan gusar melihat asistennya itu memandangnya hampir tak berkedip dan berdiri kaku di tempatnya seperti maneqin saja. "A...aku hanya mau memberitahukan..." "Apa?? Memberitahukan apa? bicara yang jelas!" Potong Bian dengan raut tak sabar. "Kalau hari ini Anda ada rapat dengan Divisi utama, membahas perihal kerjasama antar perusahaan, pukul 4 sore di restoran Mekar." Ulang sang asisten yang lebih mirip model itu."Kenapa tidak bilang dari tadi?" Wajah Bian yang dingin itu semakin masam saja. "Aku sudah mengatakannya dari tadi." Sahut pria muda itu sambil m
Read more

BAB 38. Panggilan Tak Dikenal

Sementara itu di tempat lain, di kota Y."Kau senang?" tanya, Tristan penasaran. Melihat laura yang tampak dengan raut riang menikmati e cream di tangannya. Setelah Beberapa hari yang lalu mengajak Laura ke taman bermain, hari ini Tristan meluangkan waktu melakukan hal yang sama. Dia senang melihat Laura bahagia ketika sedang berada di tempat itu. "Ya... Aku sungguh sangat senang, terima kasih Kak Tris, karena kak Tris menjadi repot sekarang gara-gara aku" jawab Laura dengan tersenyum manis.Wanita itu menjilat sebuah cone es krim yang memiliki rasa alpukat, wanita itu memilihnya karena dia sangat menyukai buah alpukat. "Enak?" tanya, Tristan yang melihat Laura sangat menikmati es krim itu. Seputar bibirnya tampak di selimuti es cream. TRistan tanpa sadar menelan ludahnya sendiri."Sangat, karena aku penggemar alpukat," Sahut Laura dengan riang."Kamu sangat suka es cream?""Sangaaaaat suka." Jawab Laura bersemangat sambil menggigit cone es creamnya. Sekali lagi Tristan menelan sali
Read more

BAB 39. Ragu-ragu

Tristan begitu bingung dengan panggilan asing itu, namun karena dia juga penasaran. Hal ini membuat Tristan segera mengangkat telepon yang terus berdering. Nomor ini jelas bukan dari salah satu temannya, client pemesan skripsi atau penyewa jasa ojek onlinenya atau customer grab yang kadang dilakoninya bergantian menggunakan mobil temannya. "Halo? Ada yang bisa saya bantu?" tanya, Tristan dengan nada bimbang. "Halo, apakah benar ini dengan saudara Tristan?" "Oh, iya." Tristan menjawab dengan bingung. "Saya adalah Clair Rizel Scatic, saya dengar dari Tuan Jack, saat ini kau adalah seorang supir biasa?" Pertanyaan dari seberang sana langsung tanpa basa basi. "Tuan Clair?" "Ya, aku tahu namaku terdengar asing tetapi aku mendapatkan nomormu dari tuan Jack." Jack adalah nama teman Tristan dalam armada grab online yang juga jadi mata usahanya selama ini. Dia tak punya mobil sendiri, tetapi dia di daftarkan menggunakan mobil Jack ini dan bergantian dengan Jack jika temannya itu sibu
Read more

BAB 40. Serigala Es

Kembali pada Bian, terlihat pria itu yang sedang duduk dengan tenang di atas Kursi kerja yang nyaman, dihadapan pria itu terlihat seorang pria gagah yang usianya terpaut di bawahnya, duduk di atas Sofa. Dia baru baru saja menerima telpon seseorang. "Bagaimana?" Tanya Bian tak sabar begitu laki-laki itu menutup telponnya. "Apakah kau sudah puas, Bi?" pria tampan dengan pakaian casual rambut panjang berwarna silver, bola mata berwarna merah menyala, menatap wajah Bian dengan tatapan cuek. "Bagus, kau harus pastikan pria itu benar-benar menjauh dari Laura!" ucap Bian dengan raut puas kepada pria itu. "Aku heran, begitu menariknya perempuan kecil itu hingga membuatmu blingsatan begini." Pria ini tertawa kecil sedikit mengejek. "Bukan urusanmu." Sahut Bian acuh tak acuh. "Hah... Kau harus berterima kasih padaku, karena baru saja merekrut orang baru dengan cuma-cuma tanpa melalui seleksi khusus, aku bukan orang yang mudah menerima dan mempercayai karyawan baru," kata pria itu yang
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status