Semua Bab Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya: Bab 21 - Bab 30

62 Bab

Part 21

Mas Wisnu membeli dua tiket masuk. Bukit paralayang masih harus di tempuh dengan jalan kaki. Sepanjang jalan, kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Aku sengaja jalan lebih cepat, agar tak bersisian bersamanya."Elina, tunggu.""Apalagi? jalannya lama banget kaya siput.""Maaf Neng, Mas mau kebersamaan kita semakin lama. Jadi, jangan buru-buru, yah.""Lebay.""Bukannya lebay. Kebersamaan diantara kita, adalah sejarah hidup yang paling indah dalam kehidupan Mas. Setiap detiknya, berusaha Mas rekam sebaik mungkin diingatan. Agar saat tua nanti, terus terkenang dalam pikiran dan hati."Kami saling bertatapan. Mas Wisnu menunjukan sebuah ketulusan, yang biasa aku lihat selama enam tahun ini."Jangan bicara cinta. Jika Mas malah mendua," jawabku datar. Mata menatap penuh kecewa."Neng ...."Mas Wisnu meraih tanganku. Meletakkannya di atas dada bidangnya. Degup jantung bisa aku rasa."Lihat mata Mas, dan rasakan desiran cinta yang ada di dada ini. Mungkin, mulut bisa berdusta, tapi
Baca selengkapnya

Part 22

POV AishPlak!Pipi terasa panas. Tak menyangka Mbak Elina lebih membela pria bucin dibandingkan adiknya sendiri. Aku sudah menjadi garda terdepan membelanya. Namun, dia malah jadi perempuan bo*d*h yang dengan mudah bisa disentuh Wisnu.Emosi membuncah, saat menyaksikan mereka ci*m*an di dalam mobil. Setan apa yang merasuki kakakku, sampai berbuat tak waras seperti itu."Aish, buka dulu. Maaf Mbak gak sengaja nampar kamu."Mbak Elina menggedor pintu kamarku. Aku tak perduli. Mau didobrak sekali pun, aku tak acuh. Air mata menetes begitu saja. Padahal, aku bukan tipe perempuan yang mudah menangis. Benar-benar tak ikhlas jika Wisnu kembali dengan kakakku. Bukan karena aku punya rasa terhadap kakak iparku, tak Sudi. Aku hanya tak tega, jika kakakku di sakiti dan diinjak harga dirinya oleh manusia tak punya prinsip seperti Wisnu."Aish, buka pintunya. Maafin Mbak, Aish."Bodoamat. Meskipun Sampai subuh terus berteriak, aku tak akan membuka pintu. Walau perut terasa lapar. Mbak Elina terl
Baca selengkapnya

Part 23

Pov Elina"Aku pasti datang di persidangan. Kita batalkan gugatan cerai itu, Elina," lirih Mas Wisnu menancap di hatiku. Setelah acara jalan-jalan kepuncak, kami makin dekat. Kehangatan dan kemesraan diantara kami mulai terbangun lagi. Setiap pagi, Mas Wisnu selalu mengantarku pergi ke restoran, sekalian dia pergi ke kantor.Aku benar-benar yakin bahwa Mas Wisnu sangat mencintaiku, begitu pun sebaliknya. Dia akan membuktikan bahwa anak dalam kandungan Aida bukan anaknya. Aku disuruh bersabar sampai Aida melahirkan."Aish, kamu ikut ke pengadilan?""Ikut dong.""Kamu gak papa kalau Mbak gak jadi bercerai?""Santuy. Kita lihat perjuangan si Bucin. Kalau dia berjuang keras buat kembali, Aish pasti dukung.""Makasih,.Adikku."Tumben Aish bersemangat ikut. Apa dia mendapatkan hidayah untuk memaafkan Mas Wisnu? syukurlah, jalanku seakan mulai terbuka untuk bersama kembali dengan Mas Wisnu. Semoga saja, kami bisa membangun kembali rumah tangga yang hampir roboh.Orang tuaku sudah memasrah
Baca selengkapnya

Part 24

POV Aish "Kejutan apa?" tanya Mbak Elina menautkan alis. "Rahasia." "Aneh. Kalau rahasia, gak usah diomongin." "Ups ... Aish keceplosan." Bod*hanya aku. Kenapa mulut tidak bisa direm? beginilah jika sudah biasa berbicara ceplas-ceplos, bebas hambatan bagai jalan tol. Sampai lupa, bahwa aku harus merahasiakan kejutan yang sudah disusun bersama Mas Arka. "Kenapa pintu rumah kita terbuka?" tanya Mbak Elina cemas. Belum sempat menjawab, dia sudah keluar duluan dari mobil. Aku kejar dia. Takut, salah sangka. "Maling!" teriaknya. Bugh! Aw ... pasti sakit. Aku hanya bisa menutupi wajah dengan kedua tangan. Menyaksikan Mas Arka kena bogeman. "Mas Arka?" "Elina, kenapa aku di pukul? aw, sakit lagi," keluhnya sambil memegang sudut bibir bagian kiri. "Maaf Mas Arka. Aku pikir maling. Soalnya rumah ini sudah aku kunci. Mas Arka dapat kuncinya dari mana." Mas Arka menunjuk ke arahku. Segera aku keluarkan cengiran kuda. Mbak Elina terlihat geram. Dia pasti tak suka. Karena memberi k
Baca selengkapnya

Part 25

POV Aish"Mas Arka.""De-dek Aish. Sejak kapan di sini?" tanyanya dengan raut syok."Sejak Mas bicara tentang perempuan yang mengandung anak Arga. Siapa perempuan itu? Apa ada hubungannya dengan Aida?""Ti-tidak Dek Aish. Jangan ngelantur.""Hust, jangan bohong. Mau aku keluarkan jurus macan ngamuk? cepat jujur. Mas pasti menyembunyikan sesuatu.""Bukan begitu Aish," jawabnya.Mas Arka nampak bingung. Pasti ada rahasia besar. Wajahnya begitu panik. Seperti sedang bertemu setan. Padahal, aku perempuan cantik bak bidadari."Buru jawab!" ancamku dengan tatapan seram.Jangan panggil aku Aish jika tidak bisa menakut-nakuti orang. Dulu semasa SD sampai SMA, tak ada pria yang berani bermain-main denganku. Mereka kenal betul, diriku seorang atlet pencak silat. Mungkin, itu pula penyebab aku masih menjomblo. Banyak pria yang segan mendekatiku. Biarlah, aku yakin, Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan."Baik. Saya akan cerita. Asal kamu janji dulu sama saya.""Janji apa?""Jangan beri t
Baca selengkapnya

Part 26

POV AidaNotifikasi pesan terdengar nyaring berkali-kali di layar ponselku. Aku yang sedang perawatan rambut, mencoba meraih ponsel. Kemudian, melihat pesan masuk.Ada belasan foto masuk. Membuat dadaku bergejolak penuh amarah. Ditambah lagi caption dari pengirim rahasia yang menambah hati semakin kesal.[Lihatlah suami Anda. Dia lebih asik berlibur bersama istri pertamanya. Tunggu saja, mereka pasti bersatu kembali. Lalu, mendepak Anda. Selamat menjanda, wahai Pelakor.]"Argh, sial*n!" Aku gebrak meja dengan kuat. Sampai barang-barang di atasnya berjatuhan. Para pengunjung salon menatap heran."Mbak, cepat selesaikan rambutku. Aku harus segara pulang!" perintahku dengan nada penuh emosi."Ba-baik, Mbak."Setelah selesai, aku segera pulang ke rumah. Aku harus bicara kepada Ibu. Hanya dia yang bisa membantuku."Ibu ...." teriakku setengah menangis."Ibu ...." Aku cari Ibu kemana-mana. Ternyata dia ada di pekarangan belakang, sedang menyiram bunga."Ibu." Aku peluk dia. Pura-pura menan
Baca selengkapnya

Part 27

Pov Arka Rasa nyaman membuatku luluh untuk menceritakan rahasia tentang Arga dan Aida pada Aish. Aku yakin, dia pasti bisa jaga rahasia. Setelah kami bercerita panjang lebar, aku sengaja mengajaknya makan bersama. Agar Elina tidak curiga. Ditambah lagi, perasaanku selalu bahagia jika bersama Aish.Tingkah Aish yang konyol dan bar bar memberi kesan tersendiri. Dia selalu tampil apa adanya. Meskipun dari luar nampak menyeramkan, nyatanya hati Aish lembut dan tulus. Aku bisa melihatnya, saat tadi dia menangis.Suara nada dering ponsel berbunyi. Aku yang sedang mengendarai mobil setelah mengantar Aish pulang, segera menepi untuk mengangkat telepon."Hallo, ada apa?""Bos, saya baru dapat info bahwa Aida menyuruh orang untuk meracuni Elina.""Apa?""Iya Bos. Sepertinya orang itu sudah sampai di rumah Elina karena infonya dikirim sejak siang tadi. Maaf Bos baru disampaikan sekarang, saya baru membuka pesan dari anak buah kita.""B*d*h! kenapa kamu ceroboh. Keselamatan Elina terancam."Sam
Baca selengkapnya

Part 28

POV AishRasa syukur tak hentinya terucap dari mulutku. Mbak yang paling aku sayang karena hanya ada satu-satunya, telah melewati masa kritis. Aku sengaja belum mengabari Emak dan Bapak di kampung. Takut mereka kepikiran. Biarlah nanti saja, kalau Mbak Elina sudah keluar dari rumah sakit. Kalau sekarang diberi tahu, bisa-bisa darah tinggi Emak naik. Bahaya jika itu terjadi. "Mbak makan dulu.""Iya Aish. Sini, Mbak laper banget."Ya ampun, kakakku, ternyata dia kelaparan. Pengen ngakak melihat ekspresinya yang nelangsa, tapi tak tega. Nanti aku disangka adik durhaka lagi."Makan yang banyak Mbak. Jangan sakit. Bikin Aish sepaneng aja. Hati Aish meronta-ronta penuh kekhawatiran, jika Mbak Elina sakit.""Lebay."Emang tidak ada yang memahami hatiku yang lembut ini. Kakakku saja, mengira bahwa aku lebay dan hanya sedang bercanda. Padahal, aku tulus dari hati terdalam. Meskipun, sedikit dibuat drama, hahaha."Beneran Mbak. Aish tanpa Mbak bisa jadi butiran debu. Gak ada yang kasih uang j
Baca selengkapnya

Part 29

POV Aida"Ingat, jangan sakiti Elina, atau aku hancurkan hidupmu. Silakan nikmati kebersamaanmu dengan Wisnu. Asal jangan menyakiti Elina," ancam Arka dengan tatapan tajam.Deru nafasku tak beraturan. Tenaga Arka lebih kuat. Cengkeramannya di bagian rahangku, begitu menyakitkan. Rasanya tulang wajahku ingin remuk dibuatnya."Ba-baik," jawabku gugup.Aku tidak akan bisa melawan. Dibandingkan mati sia-sia, lebih baik pura-pura mengikuti ucapannya."Bagus. Silakan turun."Aku buka pintu mobil. Dengan rasa kalut, berjalan sempoyongan. Mata para preman memperhatikanku sangat tajam. Secepatnya aku tancap gas untuk meninggalkan mereka. Hampir saja nyawaku menghilang.Apa Jax gagal mencelakai Elina? Aku tidak mungkin membiarkannya hidup. Namun, jika harus menyusun rencana melenyapkannya lagi, pasti berbahaya untukku dan Mas Wisnu. Arka tidak akan diam saja melihat perempuan yang dia sayang terluka. Karakternya sama seperti Arga. Mereka memang bodoh. Mengorbankan apapun demi orang yang dicinta
Baca selengkapnya

Part 30

POV AidaHari ini bertepatan dengan empat bulan berakhirnya pernikahan Mas Wisnu dan Elina. Namun, tak ada kata bahagia untukku, meskipun Meraka sudah berhasil aku pisahkan.Banyak proses pengobatan yang sudah aku coba untuk menyembuhkan Mas Wisnu. Mulai dari perawat psikiater hebat di Bandung. Sampai ke orang pintar. Akan tetapi, semua usahaku tidak ada hasilnya. Mas Wisnu semakin parah. Dokter sampai pasrah. Tenaga medis mengatakan, Mas Wisnu sulit sembuh, karena dalam dirinya tak ada semangat untuk pulih. Maka, tak ada cara yang signifikan agar pisikisnya kembali normal."Mas, makan yah?" Mas Wisnu hanya terdiam sambil memandang fotonya bersama Elina.Entah bagaimana caranya dia masih punya foto bersama Elina. Padahal, semuanya sudah aku bakar dan hapus dari galeri ponselnya. Muak rasanya melihat kelakuan Mas Wisnu. Meskipun, aku selalu ada untuknya, melayani makan, merawatnya tetap saja yang diingat hanya Elina."Sini fotonya. Biar aku bakar." Aku tarik paksa foto yang dia pegang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status