Mas Wisnu membeli dua tiket masuk. Bukit paralayang masih harus di tempuh dengan jalan kaki. Sepanjang jalan, kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Aku sengaja jalan lebih cepat, agar tak bersisian bersamanya."Elina, tunggu.""Apalagi? jalannya lama banget kaya siput.""Maaf Neng, Mas mau kebersamaan kita semakin lama. Jadi, jangan buru-buru, yah.""Lebay.""Bukannya lebay. Kebersamaan diantara kita, adalah sejarah hidup yang paling indah dalam kehidupan Mas. Setiap detiknya, berusaha Mas rekam sebaik mungkin diingatan. Agar saat tua nanti, terus terkenang dalam pikiran dan hati."Kami saling bertatapan. Mas Wisnu menunjukan sebuah ketulusan, yang biasa aku lihat selama enam tahun ini."Jangan bicara cinta. Jika Mas malah mendua," jawabku datar. Mata menatap penuh kecewa."Neng ...."Mas Wisnu meraih tanganku. Meletakkannya di atas dada bidangnya. Degup jantung bisa aku rasa."Lihat mata Mas, dan rasakan desiran cinta yang ada di dada ini. Mungkin, mulut bisa berdusta, tapi
Baca selengkapnya