All Chapters of Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp: Chapter 21 - Chapter 30

61 Chapters

Ela Kedatangan Cogan

POV ElaPernikahanku dengan Mas Ilyas, sudah berakhir beberapa bulan yang lalu. Sekarang, statusku resmi menjanda dengan anak satu. Memang berat, menyandang status ini. Akan tetapi, tetap aku jalani sepenuh hati. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan Zahwa. Fokus menjaganya, sampai tanggung jawabku berpindah pada pria yang akan menjadi suaminya.Alhamdulilah, aku sudah bisa merintis usaha masker organik. Dari bahan rempah alami, khas daerahku. Bisnis masker kecantikan, aku tekuni baru tiga bulan ini. Memang, belum begitu menghasilkan. setidaknya, aku bisa mengembangkan ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah.Laras membantuku dibagian marketing. Sesuai jurusan kuliahnya, yakni Sarjana ekonomi. Produk ini, hanya kami jual di pasar online. Belum merambah ke bisnis reseller."Kesian banget anak Mak marni. Anak bungsunya jadi perawan tua. Anak pertamanya jadi janda. Ya ampun," kicauan Eti, tetangga desa.Ketika aku dan Laras di pasar. Untuk membeli rempah-rempah pembuatan m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Zahwa Mencurigakan

"Ada apa, Mbak Ela?" tanya Mas Arya.Dia ikut bangkit, sambil celingak-celinguk mengikuti tingkahku. "Ti-tidak, Mas. Tadi kayanya ada kucing kawin.""Ah, masa, Mbak. Perasaan dari tadi gak ada suara kucing.""Hehehe, kayanya saya lagi halu, Mas. Maklum, kebanyakan membayangkan masa depan bersama cogan. Canda cogan, hihi.""Mbak Ela bisa saja," kekehnya. Bapak dosen ini, nampak bahagia bersamaku. Sedari tadi, bibirnya tak berhenti cengengesan. Heran, dia pikir aku topeng monyet? Untung ganteng, kaya opah Korea. Kalau, jelek, sudah aku tonyor dia."Ehem. Kalian kenapa berdiri di situ? lagi nunggu tukang cupang? sini duduk, Mas Arya," ucap Laras terlihat cemburu.Dia sengaja buang muka, saat aku melewatinya. Dasar adik, aneh. Kakak sendiri dicurigai. Siapa juga yang mau berebut cowok dengannya. Aku sudah cukup makan asam garam dunia percintaan. Rasanya masih trauma. Biar Bapak dosen ini, aku ikhlaskan untuk Laras saja. Semoga dia belum punya anak istri. Supaya bisa berjodoh dengan adik
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Paket Misterius

"Apa, Bu, Zahwa minta uang jutaan?" tanyaku kaget.Jangan-jangan mantan ibu mertuaku sedang belajar jadi artis. Kemudian, dia sengaja berakting. Untuk mengasah kemampuannya dalam memainkan tokoh di film. Aku yakin 100%, Zahwa tidak pernah meminta uang pada mereka. Kalaupun, iya, pasti dia memberitahuku. "Gak usah sok, kaget Ela. Pasti kamu yang mengajarkan cucu saya untuk memoriti harta kakeknya. Agar harta warisan cucu saya bisa kamu kuasai.""Dijaga Bu, ngomongnya. Kalau bicara ko, seenaknya. Pedes banget kaya bon cabe. sepeserpun, Ela, gak pernah nyuruh Zahwa minta-minta. Ela masih sanggup menafkahi anak sendiri. Soal uang penjualan rumah, itu memang milik Zahwa. Anggap saja, sebagai nafkah dari Mas Ilyas untuk beberapa tahun. Selama dia sibuk sama istri barunya yang kaya nenek lampir itu."Mulutku gatal. Aku ungkapkan segala kekesalan. Mantan ibu mertua sudah keterlaluan. Seakan-akan menuduhku telah memanfaatkan keadaan. Serta memperalat Zahwa untuk jadi mesin penghasil uang. Dia
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Zahwa Menghilang

"Zahwa, buka pintunya!""Zahwa buka!" teriakku sambil terisak penuh air mata.Tak ada jawaban. Aku masih terduduk di lantai. Nyeri begitu terasa di pergelangan kaki. Ditambah sakit di dalam hati. Ada apa dengan Zahwa? sampai dia tega berlaku kasar padaku. Dia bukan Zahwa yang biasa aku kenal. Sorot matanya, mengisyaratkan ketakutan yang luar biasa."Mbak Ela. Bangun, Mbak." Arya tiba-tiba membuka pintu. Dia paham kakiku sakit, karena aku terus menangis sambil memegangi pergelangan kaki. Dia mengangkat tubuhku ke atas sofa. Wajah cemas begitu kentara."Ada apa, Mbak? kaki Mbak kenapa?""Ti-tidak, Mas.""Kalau boleh, biar saya urut sebisa saya. Semoga saja bisa berkurang rasa sakitnya." Aku mengangguk.Dengan cekatan Arya mengurut pergelangan kakiku. Urat-urat yang mengsol rasanya kembali ke jalurnya masing-masing. Meskipun nyeri, tapi setidaknya kakiku sedikit lebih baik. Tidak terlalu kaku seperti tadi."Makasih, Mas Arya.""Iya, Mbak. Sebenarnya ada apa?"Aku hanya diam. Rasanya ta
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

POV Zahwa

POV Zahwa[Ngapain Kaka kirim paket ke rumah? Jangan ganggu aku lagi.]Kak Lion memang sudah gila. Dia tidak mau melepaskanku. Sampai nekat menemui Mamah. Karena dia, aku sampai melukai Mamah. Tak tega, melihatnya jatuh di lantai. Namun, aku harus menghindar. Sebelum barang haram ini dilihat Mamah.[Keluar dari rumah. Hiduplah bahagia bersamaku Zahwa. Kita akan hidup damai. Kamu tak usah lagi pura-pura bahagia.]Pesan balasan dari Kak Lion menohok hati. Dia sesat. Bukan mengajakku ke jalan kebenaran. Malah dengan sengaja menjerumuskan. Aku menyesal telah mengenalnya. Meskipun sulit menolak ajakannya.Andai aku lebih mendengarkan kata-kata ka Fauzi. Mungkin, hidupku tak akan hancur seperti sekarang. Dia yang selalu menenangkan hati. Dengan nasihat-nasihat yang menyejukan. Sampai aku terpuruk di titik paling rendah. Dia selalu membimbingku, agar mendekatkan diri kepada sang pencipta.Namun, bisikan setan lebih aku dengarkan. Rasa sakit dan amarah kepada Ayah, aku luapkan melalui benda
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Zahwa Di Penjara

"Menyerahlah, Lion.""Tidak. Kau yang harusnya menyerah, perjaka tua.""Hahaha, kamu ini jauh lebih muda dariku. Tapi berani sekali."Detektif Arya perlahan mendekat. Kak Lion menggenggam erat tanganku. Kami mundur sedikit demi sedikit. Dua orang polisi di belakang sedang bertempur melawan anak buah Ka Lion. "Mundur dan cari tempat aman, Wa," bisik Ka Lion.Dalam hitungan sekejap mata, aku melangkah menjauh. Kak Lion langsung memukul Detektif Arya dengan brutal. Mereka bertarung dengan tangan kosong. Kondisi Kak Lion babak belur. Begitu sebaliknya. Adu gulat diantara mereka seri. Mereka sama-sama kuat. Tak memberi celah pada lawan untuk meloloskan diri."Menyerahlah!" teriak Detektif Arya. Menaruh pistol tepat di dahi Kak Lion. Aku bungkam mulut dengan telapak tangan. Mata membeliak ngeri. Ingin rasanya berteriak sekencang mungkin. Namun, percuma saja. Tak ada yang mau menolong. Hanya takdir yang menentukan. Pergulatan hari ini, akan dimenangkan Detektif, atau kekasihku."Pak Arya,
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

POV Ilyas

POV Ilyas"Sudahlah, lupakan Ela. Dia bukan jodohmu lagi, Ilyas," tutur Ibu ketika aku mengatakan apa yang aku lihat. Ela bersama pria lain. Mungkin dia sudah melupakanku. Apa yang dia lakukan, memang sudah sepatutnya. Aku yang memulai menciptakan api. Maka aku yang harus menahan panasnya."Kenapa Ela mudah sekali melupakan Ilyas, Bu?""Biarkan saja, Nak. Dia bukan yang terbaik untukmu. Meskipun kamu pernah salah, seharusnya Ela tidak berbuat hal yang sama. Baru beberapa bulan selesai masa Iddah, langsung dapat pria lain.""Bukan Ela yang salah. Tapi anakmu sendiri, Bu," celetuk Bapak. Dia berdiri menatap tajam ke arahku."Ilyas memang salah. Tapi Ela juga berbuat hal yang sama. Padahal, anak kita mau memperbaiki semuanya.""Pantas anak kita keras kepala. Ternyata ibunya juga sama.""Maksud Bapak apa? kenapa jadi nyalahin Ibu?""Memang begitu nyatanya. Kamu masih saja membela anak pecundang seperti dia.""Dijaga Pak ngomongnya. Sejelek apapun Ilyas, dia anak kita.""Tidak. Aku sudah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bersatunya Ilyas dan Ela

POV Ela"La, M-Mas gak bi-sa na-pas," ucap Mas Ilyas terbata-bata."Astagfirulloh, lepaskan, Bu. Istigfar."Sahabat Zahwa juga ikut bersama mantan suamiku. Dia mencoba meredakan sikap brutalku. Tangan sulit aku lepas. Masih belum puas menyakiti Mas Ilyas. Kekesalan dan beban yang aku alami, membuatku nekat bertindak semi kriminal."Mbak, stop!"Sekuat tenaga Laras melepaskan cengkraman tanganku di leher Mas Ilyas. Laras menarikku untuk menjauh. Dia merangkul erat. Aku menangis sekencang mungkin. Tidak memikirkan rasa malu sedikitpun. Meraung bak orang kesetanan.Hatiku hancur berhamburan. Raga terus ditindih beban hidup. Jiwaku hampir depresi. Berusaha sebisa mungkin mengontrol diri. Menguatkan pijakan di bumi. Supaya tidak ambruk, dan menyerah pada keadaan. Kekecewaan yang paling menyakitkan, bukan karena perceraian. Akan tetapi, saat aku tahu telah gagal menjadi orang tua. Anakku salah jalan. Dia mendekam di penjara, dalam keterpurukan. Masa depannya terancam suram. Perih dan nyer
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Air Mata Ayah dan Mamah

"Hust."Mas Ilyas menaruh telunjuk di bibirku. Dia menggeleng cepat. Kemudian, menggenggam erat."Kita harus yakin. Zahwa akan baik-baik saja, La. Anak kita hebat dan kuat seperti ibunya. Kamu ingat, ketika Zahwa kecil hampir tenggelam di kolam renang saat TK? bukankah anakmu mampu selamat?"Seketika pikiranku memutar kenangan belasan tahun silam. Saat Zahwa masih sekolah TK. Dia mengikuti acara sekolah untuk renang bersama. Namun, karena lengah, putri kecilku terpleset ke kolam dengan kedalaman dua meter. Dia berteriak minta tolong. Kami semua panik. Kebetulan kolam sedang sepi. Tak ada orang yang bisa membantu menyelamatkan. Aku segera berlari dan meraih tubuh anakku. Jantung hampir ikut tak berdetak. Ketika Zahwa pingsan. Penjaga kolam, langsung memberi pertolongan pertama. Memompa bagian dada. Supaya air keluar. Beberapa menit kemudian, air kolam dapat dimuntahkan. Zahwa kecilku bisa selamat.Sepanjang perjalanan ke klinik terdekat, dia masih sempat tersenyum. Sama sekali tidak m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Ilyas Cemburu

"Menangislah, Mas. Luapkan genangan air yang menumpuk di pelupuk matamu."Ucapku puitis. Menambah syahdu pembicaraan diantara kami. Semoga, pedih di hati Mas Ilyas, jadi cambukan luar biasa. Agar dia tidak gegabah dalam melangkah. Tak salah arah. Kukuh mempertahankan tanggung jawab. Bukan lalai, dan seenaknya abai."Mas bodoh, La. Mas pantas menerima hukuman ini. Anak kandung sendiri, begitu membenci ayahnya, hiks, hiks."Aku geser duduk di kursi sampingnya. Mengelus punggung. Beberapa pedagang kantin menyoroti Mas Ilyas. Akibat suara tangisnya."Anak kita, La. Dia membenciku. Mas gak tau lagi, gimana caranya, supaya Zahwa mau maafin Mas.""Berdoa, Mas. Kerasnya hati anak kita, hanya bisa digedor melalui doa. Tapi, aku juga akan bantu. Biar Zahwa tidak membencimu lagi.""Makasih, La. Meskipun aku sudah menyakiti, tapi kamu tetap baik sama Mas.""Lepaskan, Mas."Mas Ilyas memelukku. Beberapa detik kemudian, dia refleks melepaskannya. Mungkin saking senangnya mau aku bantu, atau memang
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status