Home / Romansa / Istri Abangku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Abangku: Chapter 21 - Chapter 30

42 Chapters

21. Kawal Sampai Janda

"Ma, Parni pergi jemput kembar dulu ya. Titip Sena sebentar," ujar Parni yang sudah memegang kunci mobil bersiap menjemput dua anak lelaki kembarnya berlatih futsal."Iya. Sudah berangkat sana," jawab Bu Miranti yang kebetulan tengah menemani Sena makan pisang ruang TV."Ica mana, Ma?" tanya Parni lagi sembari melirik pintu kamar adiknya yang tak kunjung terbuka."Ada, tapi ya gitu. Masih aja bengong. Semalam tidak begadang. Bisa lelap tidurnya," jawab Bu Miranti dengam senyuman tipis di bibirnya."Sukurlah, Ma. Semoga nanti sore kita dapat kabar baik dari Mas Ali," balas Parni yang kini sudah mencium pipi kanan dan kiri ibu mertuanya.Wanita itu keluar rumah, lalu dengan terampil mengendarai mobil miliknya. Parni yang tadinya kampungan, berubah bak wanita mandiri yang berkelas dan berpendidikan sejak tinggal di Jerman. Padahal menikah di awal karena keterpaksaan adanya si kembar yang hadir karena ulah anaknya(Pemerkosaan yang dilakukan Ali pada Parni. Bisa baca judul Gagal Menikah ya
Read more

22. Kawin Mah, Udah Pasti!

"Oh, jadi Bang Kamal suka sama janda," komentar Ali yang masih belum sadar arah sindiran cerdas seorang Kamal."Belum, Bang. Ceweknya belum janda, baru mau. Makanya saya harus kawal, biar jadi janda beneran," sahut Kamal lagi dengan penuh rasa percaya diri."Oh, gitu ya. Anak mana, Bang? Cantik gak?""Soal cantik itu relatif. Sama seperti ketampanan saya. He he he ...." Kamal dan Ali tergelak. Dalam hati Kamal, orang dari luar negeri, masa gak ngerti arah pembicaraannya? Apa jangan-jangan bukan dari luar negeri nih, tapi dari luar rahim. Sedangkan Ali berkata dalam hati, tega sekali seorang lelaki menanti perceraian wanita dan suaminya. Pasti untuk urusan yang satu ini Kamal berada dalam keadaan tidak baik. Batin Ali."Anak Jakarta, Bang, tapi lagi keluar negeri. Lagi kurang sehat. Mudah-mudahan dia lekas sembuh deh, dan bisa balik lagi ke Jakarta," terang Kamal lagi dengan wajah tersapu-sapu ijuk."Lah, mirip adik gue dong," kata Ali lagi dalam hati."Jadi, kalau tuh cewek balik ke J
Read more

23. Bengek

Setelah semua urusan administrasi perceraian selesai. Kini Alex, Kamal, dan juga Ali tengah berada di bawah pohon mangga yang masih berada di area pengadilan agama. Ini adalah ide dari Kamal yang mewajibkan Alex untuk meminta maaf pada Ica lewat video yang direkam."Banyak nyamuk di sini, Mal. Kenapa gak di warung makan aja sih, bikin videonya?" protes Alex yang merasa tak nyaman. Apalagi lalu-lalang orang kini memperhatikan gelagat aneh mereka bertiga. Alex merasa sedikit ngeri, karena situasi seperti ini lebih mirip dengan akan digantungnya ia dipohon mangga."Ck, cerewet! Udah, Mas tenang aja. Gak usah takut kayak mau digantung gitu. Cukuplah dengan adanya siluman telur kutil, jangan sampai ada setan mangga di dunia ini," tukas Kamal yang sudah menyiapkan plastik hitam di saku celananya."Bang Ali rekam ya. Saya biar dandanin dulu penjahat rumah tangga seperti dia!" tukas Kamal tegas. Diberikannya ponsel pada Ali, lalu berjalan mendekat pada Alex."Pake nih, Mas!" Kamal mengulurkan
Read more

24. Annisa

"Mm ... Siapa namanya, Bang?" otak Kamal tiba-tiba tak berfungsi."Annisa. Kamu kan sudah tahu," jawab Ali yang ternyata ikut kebingungan."Annisa ... Mirip sama nama istri Mas Alex ya," timpal Kamal lagi masih dengan suara datar."Ya Allah, sakit jiwa gue balik dari sini!" umpat Ali dalam hati."Iya, Kamal. Adik saya itu istrinya Alex. Namanya Annisa. Panggilannya Ica. Dia kakak ipar kamu yang baru aja kamu bantuin segala urusannya," papar Ali dengan suara menahan gemas. Ingin sekali rasanya memukul kepala Kamal menggunakan kepiting besar di depannya ini."Ya udah. Kapan bisa saya halalkan, Bang? He he he ...." Kamal menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Wajahnya sudah tersipu malu, saat di depannya, Ali juga tengah tergelak."Kamu udah kerja?" tanya Ali."Udah, Bang," jawab Kamal singkat."Kerja apa?" tanya Ali lagi."Membantu ibu.""Iyalah, anak bayi juga tahu, kalau kita sebagai anak harus bantu pekerjaan orang tua. Maksud saya ... Astaghfirulloh ... Maksud saya, pekerjaan kamu ya
Read more

25. Jerman

"Mal, jemput gue! Lu denger kaga?!""Eh ... jemput pake apa? Ngaco aja!""Ish, gue mau balik ke Jakarta, Mal! Gue pecat lu jadi ipar kalau lu gak jemput gue!""Dih, ngancem! Gak mempan. Minum obat gih. Udah baek belom, Ca? Mukanya pucat?""Belom, Mal. Makanya jemput! Gue pengen makan telor ceplok dibalado buatan ibu.""Duh, tolong jangan ngomongin telor, Ca. Gue yakin kalau lu tahu ada siluman telor di Jakarta. Lu pasti pingsan.""Emang ada siluman telor? Di mana?""Ada di HP gue. Ntar gue kasih lihat dah, tapi jangan bilang-bilang ya.""Orang udah pada denger semua, Mal. Pan gue speaker ini teleponnya.""Ha ha ha ... iya udah gak papa. Lu tumben waras, Mal? Bukan biasanya gila?""Gila gue udah sembuh pas teleponan gini sama lu."Wajah Ica merona merah di depan layar ponsel milik Bang Ali. Bu Miranti dan Parni yang ikut berada di sana mendengarkan obrolan Ica dan seorang Kamal, sampai tergugu. Ternyata Ica bisa selepas itu berbicara pada Kamal. Tanpa jaim, tanpa malu. Ceplas-ceplos la
Read more

26. Kamal yang Diburu

Kedua orang suruhan Alex, termasuk Imron sudah berada di toko alat tulis dan foto kopy. Mereka mencetak foto yang diminta oleh seseorang untuk kemudian digunting bagian kakinya. Entahlah apa dari maksud semua ini? Yang jelas, mereka hanya melaksanakan perintah untuk mendapatkan uang yang sangat besar."Kenapa harus dipotong bagian kakinya ya? Saya lagi mikirin ini, Bang. Apa foto ini nanti mau digunakan bos Abang untuk menyantet si pemilik foto?" tanya Imron penasaran."Gue gak tahu juga. Ini yang bikin gue gak ngerti. Bisa jadi kayak yang lu bilang, kalau foto ini emang untuk media santet dan perdukunan," jawab si lelaki dengan antusias."Ini, Bang. Semuanya tiga ribu rupiah," kata wanita penjaga toko sambil memberikan selembar kertas cetak yang sudah ada foto Kamal di sana. Imron masih belum jelas melihatnya, karena lembaran foto itu langsung diambil oleh temannya yang bernama Joni."Eksekusi di sini saja, Bang," ujar Imron memberitahu Joni. Lelaki yang biasa ia panggil abang bos it
Read more

27. Menipu Alex

Pukul lima pagi, tepatnya sehabis salat Subuh, Imron sudah berada di depan gang kontrakan Kamal. Lelaki itu sudah bersiap dengan ponsel yang sudah terisi baterai penuh untuk merekam adegan kaki pincang yang akan dilakonkan Kamal sebentar lagi.Sebenarnya pagi ini dirinya sedikit tidak enak badan, tetapi demi menyelamatkan temannya, maka tak apalah dia berkorban sedikit. Sebelum berangkat tadi sudah sempat minum obat tolak ang*n untuk mengusir rasa dingin yang mulai ia rasakan."Mana nih bocah? Udah jam lima lewat lima menit, belum nongol juga," gumam Imron sambil memperhatikan keadaan Gang Mawar yang masih sepi. Diambilnya ponsel, lalu ia hubungi nomor Kamal."Halo, Mal, cepat! Gue mau kerja nih!""Iya, Bang, bentar! Lagi di make up sama emak nih!""Deh, kita bukan mau kondangan, Mal! Gak usah make up. Dah, cepat!"Tut! Tut!"Bu, udahan aja bedakannya. Bang Imron udah di depan nungguin Kamal," rengek lelaki itu pada ibunya yang sibukl dengan bedak padat yang ia pakaikan di wajah anak
Read more

28. Ketakutan Kamal

Imron dan Kamal sudah berada di sebuah rumah sakit swasta, tempat Imron bekerja. Setelah memarkirkan motornya di area parkir khusus karyawan, Kamal mengikuti Imron berjalan untuk mengisi absen hadir menggunakan sidik jari jempol.Setiap gerak-gerik Imron ia perhatikan, agar saat diterima kerja nanti dia sudah terbiasa."Jangan bengong, cuci tangan dulu di sana, baru kita ke belakang. Nanti gue tanya sama temen, apakah kita boleh pakai ruang IGD untuk foto shut. Semoga saja IGD sepi," ujar Imron memberi tahu."Iya, Bang," sahut Kamal paham. Ia pun mencuci tangan di wastafel yang ada di sana, lalu memgeringkannya dengan tisu. Selanjutnya, ia mengikuti Imron yang berjalan ke arah sebuah bangunan yang lokasinya tak sama dengan area parkir lobi bawah."Pagi, Bos. Gue bawa anggota nih," sapa Imron pada dua temanya yang sedang bercermin sambil menyisir rambut dan teman satunya lagi sedang duduk menyeruput teh di dalam cangkir."Ya, gue Jono. Ini temen gue Suep," ujar lelaki di depan cermin y
Read more

29. Ica Kembali ke Jakarta

"Terima kasih banyak nih, Bang. Segala saya dipinjemin celana panjang. Gak papa kedodoran sedikit, asal gak melorot aja di jalan," ucap Kamal tulus, saat ia baru saja berganti pakaian karena ngompol di depan kamar mayat."Iya. Jangan cuma sama gue, lu minta maaf. Sebelum pulang, lu ajak ngobrol dulu tuh kamar mayat, dari pintu juga gak papa. Bilangin lu gak sengaja ngompol di situ," nasihat Imron pada Kamal. Lelaki muda itu pun mengangguk paham atas apa yang disampaikan Imron."Sekarang nih, Bang?" tanya Kamal yang ragu."Pas kiamat juga boleh," jawab Imron sarkas."Bang, tunggu!" Kamal menahan tangan Imron yang baru saja akan keluar ruang ganti petugas keamanan."Jadi, apa yang Abang bilang ke Bang Joni? Maksud gue, Abang ngomongnya gimana?" tanya Kamal penasaran. Imron menatap wajah lawan bicaranya dengan sedikit senyuman. Tangan lelaki itu terangkat, kemudian menepuk pundak Kamal sebanyak dua kali."Udah gue beresin. Saran gue, lu menghilang dulu sementara. Jangan lupa, ajarin emak
Read more

30. Menjemput Ica

Kamal sudah rapi sejak pukul tiga Subuh. Semalaman ia juga tak dapat tidur nyenyak karena membayangkan akan bertemu dengan Ica pagi ini. Ada enam baju yang bolak-balik ia bongkar pasang pakai ke badannya. Termasuk celana jeans warna hitam, celana bahan, atau celana jeans biru, berukuran selutut. Lelaki itu benar-benar tak kuasa menahan debar di dadanya, menanti beberapa jam lagi saat perjumpaan."Mal, lu berisik banget sih? Kenapa gak tidur aja? Sakit kepala gue, lu daritadi gak beres-beres ganti baju. Tidur, Mal! Ini baru jam tiga. Lu berangkat ke bandara masih jam enam. Lu nyiksa gue kalau gini namanya," omel Bu Rani dengan mata terpejam."Takut kesiangan, Bu. Nanti malah pesawatnya gak jadi turun kalau Kamal kagak ada di sana." Bu Rani yang tadinya benar-benar mengantuk, menjadi terbelakak mendengar ucapan anaknya. Wanita paruh baya itu duduk dengan tiba-tiba dan memandang wajah Kamal dengan kesal."Kaga ada hubungannya pesawat turun sama lu. Turun mah, turun aja! Emangnya lu siapa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status