VIDEOPART 39"Siap berangkat?" tanya Pak Maftuh, sepagi ini ia menjemputku, hampir setiap hari.Sepagi ini? Ya, karena kalau jemputnya siangan terlalu beresiko. Kalau pagi, belum banyak mata-mata, seperti itu anggapan kami."Emm," aku tak melanjutkan ucapanku, masih memikirkan sesuatu."Kenapa?" tanya Pak Maftuh seraya menatapku, keningnya terlihat melipat."Hati ini tak tenang meninggalkan Bu Putri," jelasku."Kenapa? Bukankah biasanya seperti itu?" tanya Pak Maftuh. Aku mengangguk sejenak."Iya, tapi kali ini, keberadaan Bu Putri sudah di ketahui Mbak Luna!" jelasku. Pak Maftuh terlihat meneguk ludah sejenak."Iya juga, ya, Aku sampai lupa kalau kakak iparmu itu sudah tahu keberadaan Bu Putri," ucap Pak Maftuh."Itulah, dari tadi hati ini tak tenang," ucapku."Lalu?""Bagaimana kalau Bu Putri kita ungsikan dulu. Di hotel, kek, atau di mana gitu. Yang penting aman," pintaku."Iya, Mbak Ratih benar," ucap Pak Maftuh kemudian kami masuk lagi ke dalam rumah buyut."Loh, kalian belum be
Baca selengkapnya