Home / Pernikahan / Kamu Berulah, Waspadalah! / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kamu Berulah, Waspadalah!: Chapter 21 - Chapter 30

224 Chapters

Pertemuan. 21

PERTEMUANPART 21Pak Maftuh sudah pulang. Aku merebahkan badan di kasur. Badan terasa sangat lelah. Aku lihat Bu Putri sedang mengutak atik laptop yang di bawakan Pak Maftuh tadi.Ya, Pak Maftuh tadi datang membawakan laptop kantor. Agar Bu Putri memeriksa semuanya. Kuamati perempuan berparas cantik itu. Sungguh jika sedang fokus ke layar monitor, aura Big Bosnya semakin terpancar jelas.“Sialan!” ucap Bu Putri dengan mata terus fokus ke layar monitor itu. Entah dia kenapa. Mungkin ia menemukan ketidakberesan didalam pemeriksaannya.Karena aku menjadi penasaran, akhirnya aku beranjak dan mendekat. Ikut melihat ke layar monitor itu. Banyak sekali angka yang terlihat, dan aku tak tahu dan tak faham sama sekali.“Kenapa, Bu? Ada yang salah?” tanyaku. Bu Putri terlihat menghela napas sejenak dan mengangguk pelan.“Ya, banyak sekali pengeluaran yang tak penting. Aku rasa ini hanya akal-akalan saja. Agar Pak Bisri mau mengeluarkan uang,” jelas Bu Putri.“Pak Bisri itu yang memegang keuanga
Read more

Bertemu Tante Sukma. 22

BERTEMU TANTE SUKMAPART 22"Jelas boleh, dong ... aku minta WAnya?" ucap Mas Bima seraya mengedipkan mata. Membuatku risih, walau dia masih berstatus suamiku. Tapi tetap saja risih. Dasar buaya darat!Ternyata seperti ini, kelakuan ia di luar, kalau ketemu cewek yang ia lihat cantik. Ah, aku terlalu polos selama ini. Setiap hari hanya menggunakan daster lusuh. Pantas ia semakin tak meresponku dan semakin semena-mena. Ternyata seperti ini tingkahnya di luar."Bu, mari masuk!" ajak Pak Maftuh. Aku mengangguk pelan. Aku ingat-ingat pesan Pak Maftuh untuk tak bersuara dulu. Karena aku tak mau juga, kalau Mas Bima tahu siapa aku. Karena diam-diam terbesit ide cantik dari otakku ini, untuk mengerjai Mas Bima. Itu pun aku harus tetap berunding dulu dengan Bu Putri dan Pak Maftuh.Aku melangkah masuk mengikuti Pak Maftuh. Sengaja mencueki Mas Bima si buaya darat itu.Masalah Pak Revando ngajak bicara empat mata dengan Pak Maftuh tadi, kayaknya tak diindahkan oleh Pak Maftuh. Terbukti Pak Rev
Read more

Adu Mulut. 23

ADU MULUTPART 23"Kamu benar, Sayang! Ini perempuan yang aku ceritakan tadi!" ucap Mas Bima. Sungguh tega sekali dia. Teganya dia memfitnahku meminta no WA nya? Yang ada di yang meminta no WAku. Dasar buaya darat! Sok kegantengan banget dia."Heh, dia itu pacar saya! Jadi jangan ganjen sama dia!" sungut Bu Sukma. Aku mengulas senyum. Tetap terus aku kontrol emosi ini. Agar tak meledak.Kuatur napas ini. Aku ingin menjawab ucapan perempuan itu, semoga Mas Bima tak mengenali suaraku."Ehemm ... dia pacar anda? Kirain anaknya!" ucapku santai. Perempuan bernama Sukma itu terlihat mendelik."Jaga ucapanmu!" sungutnya. Aku tetap melemparkan senyum. Jelas ia semakin geram. "Emm," ucapku seraya menatap mereka begantian. Sorot tatapan menjatuhkan yang aku berikan."Memang pantasnya kalian itu anak dan Emak! Nggak Malu, Mas, pacaran sama perempuan yang pantasnya jadi mertuamu?" ledekku. Mas Bima terlihat tak suka dengan ucapan yang aku berikan."Kalau bukan sekertaris Pak Maftuh, habis kamu!
Read more

Klarifikasi. 24

KLARIFIKASIPART 24[Mbak, kalau mau makan siang, bisa ke kantin, ya! Rundingan saya dengan Pak Bisri belum selesai. Mungkin agak telat kembali ke kantor.]Seperti pesan singkat dari Pak Maftuh.[Ok!] hanya balasan singkat yang aku berikan dan kirimkan.Kulirihk jam, jam menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Perut memang sudah sangat keroncongan. Memang sudah waktunya untuk di isi.Aku segera beranjak dan segera melangkah menuju ke kantin. Tadi di kasih pegangan satu juta oleh Bu Putri. Lumayan lah.Sebenarnya aku belum tahu di mana kantinnya. Tapi, aku mengikuti saja langkah para karyawan yang sedang beristirahat.Jelas mereka juga pasti menuju ke katin. Dengan langkah pasti dan percaya diri aku segera menuju ke kantin seorang diri.Setibanya di kantin, aku segera memesan makanan dan minuman. Tak berselang lama, apa yang aku pesan sudah di antar.Nasi goreng dan es teh manis. Hanya itu, karena melihat menu-menunya, harganya cukup membuatku membelalak. Nggak enak sama Bu Putri,
Read more

Reaksi. 25

REAKSIPART 25"Hah? Bima segitunya?" ucap Bu Putri terkejut saat aku ceritakan semuanya. Aku mengangguk dengan cepat.Ya, aku sudah pulang dan sudah menceritakan semuanya. Sudah sampai di rumah buyut. Pak Maftuh yang mengantarkan. Beliau masih di sini juga. Juga ikut terperangah mendengar ceritaku."Nampaknya Pak Bima suka dengan Melisa," tebak Pak Maftuh."Iya, Pak. Kalau mendengar cerita Ratih, nampaknya iya. Pak Bima suka sama Melisa," sahut Bu Putri. Pak Maftuh manggut-manggut."Iya, kita bisa manfaatkan ini," ucap Bu Putri lagi."Iya, Bu. Lagian aku bisa balas dendam secara langsung," balasku. Bu Putri mengulas senyum seraya manggut-manggut."Bodoh si Bima! Bisa-bisanya ia tak mengenali istri sendiri," ucap Pak Maftuh."Itu karena tidak perhatiannya ia sama Ratih. Jadi saat Ratih dandan sedikit menor dan berpenampilan glamor, ia tak mengenali istrinya sendiri. Bodoh!" sahut Bu Putri.Ya, benar juga ucapan Bu Putri. Karena saking tak perhatiannya denganku selama ini, ia tak menge
Read more

Bima Tahu. 26

BIMA TAHU?PART 26"Nggak usah bohong kamu!" ucap Mas Bima. Aku melipat kening."Apa maksudmu?" tanyaku berusaha santai. Mas Bima terlihat mengulas senyum. Ia mainkan ekspresi wajahnya. Membuatku semakin penasaran apa maksudnya. Apa ia beneran tahu?Ah, semoga saja ia tak tahu siapa diriku? Tapi, kalau tahu? Apa yang harus aku lakukan."Aku tahu, kamu pasti juga memikirkan ku kan?" tanyanya. Cukup membuatku menganga.Hah? Astagaaa ... jadi ini yang ia maksud dia tahu dan aku berbohong? percaya diri sekali lelaki ini. Tapi, cukup membuatku lega. Karena aku pikir dia tahu siapa aku. Ternyata ia hanya kegeeran saja. Alias sok kegantengan."Anda terlalu percaya diri!" ucapku. Mas Bima memainkan alisnya. Bibirnya terlihat mengembang."Tak ada perempuan yang bisa menolak saya! Pasti kamu juga memikirkan saya. Akui saja! Aku tahu itu," jelasnya semakin percaya diri yang luar biasa."Segitu percaya dirinya anda. Apa anda merasa laki-laki paling tampan di dunia?" tanyaku, dengan suara yang aku
Read more

Permintaan. 27

PERMINTAANPaRT 27"Bima semakin menjadi?" tanya Bu Putri, setelah aku ceritakan semuanya. Aku mengangguk. "Iya.""Bagus! Itu artinya Bima sudah mulai agresif kepada Melisa, kalau bisa manfaatkan keadaan itu!" ucap Bu Putri. Aku mengangguk lagi.Ya, aku memang sudah pulang, seperti biasa diantar Pak Maftuh dan beliau sudah pulang.Sampai detik ini masih aman. Semoga akan selalu aman. Karena belum ada informasi apapun tentang di mana Pak Aksa di sekap.Walau sebenarnya selalu deg-degan jika Pak Maftuh mengantarkanku pulang ke rumah buyut. Karena takut ada yang membuntuti."Iya, Bu. Jujur saya sangat jijik, walau dia masih sah menjadi suami saya. Benar-benar hidung belang! Benar-benar tak menyangka dia seperti itu,"ucapku geram jika mengingat kejadian tadi siang."Ya, wajar jika kamu jijik, Ratih. Saya saja juga kesal dan jijik mendengarnya," balas Bu Putri.Lagi, kuatur napas ini. Jika mengingat kejadian tadi, rasanya masih merasa sesak hati ini. Dan masih juga terasa tak percaya.Aku
Read more

Tindakan. 28

TINDAKANPART 28Aku sudah di kantor sekarang. Keadaan sangat riweh. Semenjak dana dibekukan, keadaan kantor ini semakin memburuk."Pak, apa yang terjadi? Kenapa keadaan di luar seperti itu?" tanyaku kepada Pak Maftuh."Terjadi demo, karena gaji karyawan belum cair," jawab Pak Maftuh.Bibirku melongo mendengarnya. Astagaaa ... apa yang akan terjadi?"Lalu?" tanyaku. Pak Maftuh menggeleng."Entahlah. Hanya Bu Putri yang bisa mencairkan uang perusahaan Marendra," jelas Pak Maftuh.Kuatur napas ini sejenak. Mencerna semua yang aku dengar."Kalau keadaan uang membeku terus menerus, kantor ini akan gulung tikar, karena kehilangan pekerjanya," lirihku."Ya, kamu benar," balas Pak Maftuh."Emm, aku hubungi Bu Putri dulu," ucapku."Tunggu! Terlalu berbahaya jika menelpon di sini," balas Pak Maftuh."Lalu?""Aku akan jaga di pintu. Takut ada orang yang menguping," ucap Pak Maftuh. Aku mengangguk. Kemudian Pak Maftuh segera melangkah menuju ke pintu.Setelah Pak Maftuh sudah berada di pintu, ak
Read more

Satu Langkah. 29

SATU LANGKAHPART 29"Keadaan kantor memang lagi genting. Beri kami waktu, untuk menyelesaikan masalah ini. Secepatnya akan kami bayar gaji kalian semua. Bari kami waktu, selambat-lambatnya tujuh hari."Seperti itulah ucapan Pak Maftuh tadi, memberikan janji kepada para karyawan.Kehadiran Pak Maftuh masih sangat berpengaruh ternyata. Mereka terlihat diam dan nurut. Mungkin mereka masih mempercayai ucapan Pak Maftuh."Pak Maftuh berani sekali anda memberikan janji. Satu Minggu waktu yang singkat. Apakah Anda yakin uang akan cair? Atau jangan-jangan Anda tahu di mana Bu Putri sekarang?" ucap Bu Sukma.Ya, Mas Bima dan pacarnya masuk ke ruangan Pak Maftuh. Lebih tepatnya memaksa.Raut wajah Pak Maftuh terlihat tenang. Ia justru mengulas senyum."Kalau tak ada yang berani keluar, apa akan membiarkan mereka tetap melakukan demo di luar sana?" tanya balik Pak Maftuh."Lebih baik diam. Dari pada memberikan janji yang tak pasti!" sungut Bu Sukma.Lagi, Pak Maftuh masih melempar senyum."Di s
Read more

Mabok. 30

MABOKPART 30"Tapi, melihat wajah cantikmu itu, aku merasa tak asing," ucap Mas Bima setelah meneguk minuman yang sudah diberikan obat. Nampaknya belum ada reaksi."Emm, wajahku memang pasaran," jawabku. Mas Bima terlihat menggeleng pelan kepalanya."Nggak juga. Tak ada wajah secantik dirimu, hanya kamu yang memiliki kecantikan itu," ucapnya dengan sorot mata buayanya.Kucebikan bibirku. Andaikan ia memujiku seperti itu. Dalam artian ia sadar jika yang ia puji istrinya, betapa bahagianya aku.Bagaimana aku bisa nampak cantik kala itu, tak ada modal untuk cantik. Memakai bedak juga bedak Azkia yang aku pakai. Karena tak ada Anggaran dana untuk beli makeup.Sekarang mungkin aku nampak cantik, karena memang di modali sama Bu Putri, demi mendekati musuhnya ini."Pak Bima bisa saja. Nampaknya beruntung sekali yang menjadi istri Bapak," ucapku, dia nampak mengusap-usap wajahnya. Mungkin kepalanya sudah berat."Jelas. Jelas beruntung yang menjadi istri saya. Cuma istri saya kurang bersyukur
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status